Sukses

Entertainment

Perjalanan Karier Chico Jericho dan Julie Estelle Sampai Akhirnya Dicintai Layar Bioskop

Jakarta Pada tanggal 30 Maret 1950, film pertama yang diproduksi di Indonesia setelah Indonesia merdeka yang berjudul “Darah dan Doa” rilis untuk pertama kalinya. Sejak saat itulah, tanggal 30 Maret ditetapkan menjadi Hari Film Nasional. Nah, untuk merayakan industri perfilman Indonesia yang terbukti mempunyai sejarah yang berarti ini, produk ice cream kenamaan Haagen Dasz mengadakan diskusi dengan figur-figur papan atas perfilman Indonesia seperti aktris Julie Estelle, aktor Chico Jerico, sutradara Fajar Nugros, dan produser Amrit Punjabi.

Memang mempunyai minat dan bakat seni peran, Chico dan Julie bercerita bahwa ternyata mereka berdua sama-sama memulai kariernya menjadi model. Bedanya, Chico bermula dari media cetak, sedangkan Julie bermain di iklan dulu sebelum menjalar ke film-film terkenal seperti "Dealova" dan "Alexandria". “Dulu aku masih muda banget saat main iklan. Lalu aku ditawarin untuk main film, dan aku ternyata memang punya semangat sendiri untuk film, jadi aku sekarang lebih fokus kesana,” ujar aktris yang sekarang lagi sibuk bekerja untuk film laga yang akan tayang tahun depan. Intinya, mau memulai dari bawah, dan pelan-pelan menemukan bidang yang ingin diseriuskan, begitu kan Julie?

Untuk Chico sendiri, sebelum ke dunia perfilman, Chico lebih sering tampil di layar kaca. “Gue inget banget dulu gue jadi coverboy majalah. Dari situ gue ditawarin untuk main iklan dan sinetron. Terus berlanjut sering bintangin acara-acara FTV, dan tahun 2014 baru gue fokus ke film karena emang dari dulu suka banget sama film,” komentar Chico. Dalam kasus Chico, terlihat bahwa laki-laki tampan ini cukup sabar untuk melewati proses panjang sampai akhirnya layar lebar mencintai sosoknya. Sangat mencintai, malah. Meski belum memiliki karier panjang di film nasional, film yang memasang wajah Chico sudah banyak, lho.

Fajar Nugros juga ikut sharing mengenai awal ketertarikan dia terhadap menulis dan telling stories. Fajar menyadari bahwa dari kecil, Fajar memang suka mengarang cerita. Karena kegemarannya tersebut dan ketertarikannya terhadap dunia perfilman, Fajar tak hanya berkembang menjadi screenwriter, tapi juga sebagai sutradara. Untuk Amrit Punjabi sendiri, the industry runs in his family. Ayahnya, Raam Punjabi, adalah seorang produser ternama yang telah menghasilkan banyak karya di layar kaca. Mengikuti jejak ayahnya, Amrit Punjabi pun meneruskan usaha produksinya dan juga expand ke perfilman, semua karena ketertarikan Amrit di dunia perfilman Indonesia.

Tetapi, passion untuk film ternyata bukan segalanya untuk bisa berkecimpung di dunia perfilman. Amrit Punjabi berkomentar bahwa satu hal yang penting untuk mengembangkan sebuah film namun sering diabaikan oleh banyak orang adalah kualitas konten. “Semua orang sekarang bisa bikin film dengan teknologi apapun. Tapi film itu adalah sebuah proses,” ucap Amrit saat ditanya mengenai mudahnya membuat film lewat teknologi jaman sekarang seperti smartphone. Menurutnya, mau semudah apapun dan dengan cara apapun film dibuat, kalau cerita dan kontennya menarik untuk banyak orang, maka film itu berpotensi untuk sukses besar.

Sebagai produser, Amrit Punjabi bercerita bahwa memproduseri sebuah film adalah sebuah gamble. Karena produser adalah pihak yang mengeluarkan uang dan yang mengawasi segala proses untuk sebuah produksi film, maka setiap produser pasti menginginkan filmnya untuk sukses di bioskop-bioskop Indonesia, tak hanya untuk kelangsungan film itu sendiri, tapi juga untuk industri perfilman Indonesia secara keseluruhan. Tapi, film-film tersebut akan menghadapi kesulitan untuk menjadi besar kalau penontonnya tidak mempunyai ketertarikan untuk menonton film-film Indonesia di bioskop. 

Jadi, kalau kamu mau masuk ke industri perfilman, pastinya kamu harus rajin tonton film Indonesia di bioskop ya, Fimelova!

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading