Sukses

Parenting

3 Cara Mengatasi Ketakutan pada Anak

Fimela.com, Jakarta Ketakutan adalah bagian yang tak terhindarkan dari menjadi anak-anak. Bersembunyi di balik sofa saat terjadi badai atau memastikan bahwa di lemari tidak ada monster, ini adalah contoh kecil dari ketakutan yang dihadapi anak-anak. Namun, jika terus seperti itu, anak tak akan pernah dapat mengatasi rasa takutnya.

Mengajari anak Anda cara mengelola ketakutannya tanpa campur tangan orangtua akan membantunya membangun kepercayaan diri dan kemandirian yang dia perlukan agar lebih bisa mengontrol dan mengurangi rasa takut, baik saat ini maupun setelah tumbuh dewasa. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi ketakutan pada anak, langsung saja simak ulasan di bawah ini, ya, Sahabat Fimela.

Memikirkan Ketakutan

Bagaimana orangtua membantu anak-anak merasa lebih berani? Kuncinya adalah keterampilan tak terlihat yang disebut pengaturan diri. Mengatur diri sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk memproses dan mengelola emosi dan perilaku dengan cara yang sehat. Mintalah anak untuk memikirkan sejenak rasa ketakutannya sebelum mereka meyakinkan diri sendiri bahwa tidak ada yang menakutkan dari ruangan yang gelap atau monster di dalam lemari.

Tetapi untuk anak-anak, membangun pengaturan diri membutuhkan waktu, latihan, dan ruang untuk belajar, yang berarti orang tua harus terbiasa membiarkan anak-anak menjadi sedikit tidak nyaman saat mereka memikirkannya.

Jangan Takut pada Rasa Takut

Rasa takut merupakan bagian tumbuh dewasa yang normal dan sehat pada anak-anak. Walaupun terkadang anak-anak menghadapi hal-hal yang benar-benar menakutkan. Namun sebagian besar ketakutan masa kanak-kanak tidak memiliki ancaman yang sebenarnya, misalnya "monster" di lemari hanyalah mantel tua yang tergantung.

Buatlah anak-anak menerima ketakutannya dan itu bukan hal yang buruk, karena ketakutan itu bisa berfungsi melindungi dirinya dan semua orang memiliki rasa takut. Kemudian ajaklah ia untuk berpikir realistis bahwa ketakutan-ketakutan yang ada hanyalah ilusi atau buatan dari pikiran mereka sendiri.

Meminta Bantuan Medis

Jika ketakutan pada anak terus berlanjut, terlalu kuat, atau mulai mengganggu kehidupan sehari-harinya, mungkin inilah saatnya untuk mencari bantuan dokter atau psikolog. Tanda-tanda bahwa ketakutan bisa menjadi sesuatu yang berlebihan, meliputi: pertama, kekhawatiran yang obsesif, anak terpaku pada objek ketakutannya, sering memikirkan atau membicarakannya, atau bahkan ketika pemicunya tidak ada. Misalnya, anak yang takut dokter gigi, menjadi sangat cemas berbulan-bulan sebelum melakukan kunjungan ke dokter gigi.

Kedua, Ketakutan yang membatasi kemampuan anak untuk menikmati hidupnya atau berpartisipasi dalam aktivitas. Misalnya, menolak mengikuti perjalanan kelas ke taman karena mungkin ia takut ada anjing di sana.

Sebenarnya, jika terjadi ketakutan pada anak yang masih normal, misalnya dia tidak menyukai film horor, hal ini bisa tidak perlu diatasi. Karena dengan hal itu, anak jadi bisa menentukan mana yang dia suka dan yang tidak disukai. Semoga bermanfaat.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading