Sukses

Parenting

Dampak Anak Sering Dimarahi dan Dipukul untuk Jangka Panjang

Fimela.com, Jakarta Tidak ada orang tua yang ingin memukuli atau membentak anak mereka. Tetapi terkadang ketika anak sulit diatur, para orang tua terpaksa mengggunakan teknik tersebut untuk mendisiplinkan anak.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang pemenuhan hak dan perlindungan anak pada masa pandemi Covid-19, menemukan bahwa anak mendapakan berbagai kekerasan fisik maupun psikis selama pandemi.

Pelaku kekerasan fisik terhadap anak didominasi ibu dengan jumlah 60 persen, disusul kakak dan adik sebanyak 36 persen, dan ayah sebesar 27,4 persen. Bentuk kekerasannya tidak lain adalah dicubit sebesar 23 persen, anak dipukul 10 persen, dimarahi 56 persen, dan dibentak 23 persen.

 

Dampak anak yang sering dipukul

Padahal faktanya, penelitian menunjukkan bahwa hal itu sebenarnya bisa menciptakan lebih banyak masalah dalam jangka panjang. Secara lebih lanjut, berikut kami uraikan dampak anak yang sering dimarahi dan dipukul oleh orang tuanya.

1. Anak tumbuh menjadi pemberontak dan agresif

Dengan maksud ingin membentuk disiplin pada anak, tetapi memarahi dan memukul anak justru berdampak pada masalah perilaku mereka untuk jangka panjang. Melansir dari NBC News, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediastircs, hukuman fisik dan verbal yang diberikan para orang tua membentuk anak-anak berperilaku agresif saat mereka tumbuh dewasa.

“Mengalami hukuman fisik membuat kemungkinan besar anak-anak akan memberontak dan agresif di masa depan,” kata mereka dalam suatu pernyataan.

Tidak ada perbedaan khusus jika disiplin keras tersebut dilakukan oleh ayah atau ibu. Studi menemukan hasil yang sama terkait masalah perilaku menjadi lebih buruk.

2. Mengubah cara otak mereka berkembang

Teknik pengasuhan yang keras seperti memarahi, membentak, hingga memukul benar-benar dapat mengubah cara otak anak berkembang. Ini disebabkan, karena manusia umumnya memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang baik.

Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal orang tua di masa kanak-kanak dengan pemindaian mereka yang tidak memiliki riwayat tersebut. Hasilnya, mereka menemukan perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.

3. Berdampak pada kesehatan mental mereka

Selain anak-anak merasa sakit hati, takut, atau sedih saat mendapat perilaku kasar dari orang tua, memarahi dan memukul anak juga menyebabkan masalah psikologis yang lebih dalam hingga dewasa.

Studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediastircs, juga menemukan hubungan antara hukuman fisik dan verbal dari orang tua dengan kesehatan mental pada anak. Dalam studi yang melacak peningkatan masalah perilaku pada anak usia 13 tahun yang dimarahi, ditemukan adanya peningkatan gejala depresi.

Banyak penelitian lain juga menunjukkan hubungan antara pelecehan emosional dan depresi atau kecemasan. Gejala semacam ini dapat memperburuk perilaku dan bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau peningkatan aktivitas seksual yang berisiko.

4. Memengaruhi kesehatan fisik mereka

Tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, memarahi dan memukul anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik mereka. Stres di masa kanak-kanak dari orang tua yang melakukan kekerasan fisik dan verbal, dapat meningkatkan risiko penyakit yang dialami orang dewasa.

Penyakit tersebut meliputi radang sendi, sakit kepala akut, masalah punggung dan leher, dan berbagai penyakit lainnya.

 

Dampak anak yang sering dipukul

4. Memengaruhi kesehatan fisik mereka

Tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, memarahi dan memukul anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik mereka. Stres di masa kanak-kanak dari orang tua yang melakukan kekerasan fisik dan verbal, dapat meningkatkan risiko penyakit yang dialami orang dewasa.

Penyakit tersebut meliputi radang sendi, sakit kepala akut, masalah punggung dan leher, dan berbagai penyakit lainnya.

5. Membuat anak kehilangan percaya diri

Berlawanan dengan kepercayaan populer, memukul tidak memperbaiki perilaku seorang anak. Jika Anda memukul anak Anda, rasa sakit fisik akan sembuh tetapi rasa sakit emosional akan tetap bersamanya selamanya.

Dia mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri dan itu dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan dirinya. Semakin banyak Anda memukulnya, semakin dia akan melakukan kesalahan, yang pada akhirnya akan membuatnya merasa tidak enak dengan dirinya sendiri.

Tidak ada kata terlambat untuk mengubah perilaku pengasuhan Anda. Jika Anda menyadari diri bahwa Anda banyak memarahi dan memukul mereka, mintalah bantuan profesional seperti terapis.

Atau bahkan orang tua lain yang dapat membantu Anda menyortir beberapa perasaan itu dan mengembangkan rencana untuk menghadapinya dengan cara yang lebih sehat.

Penulis: Hilda Irach

#Elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading