Sukses

Beauty

BEAUTY INSIDER: Herman Coa, Tak Ingin Hanya Menjadi Celebrity Hairdresser

Next

Herman Coa

Saya memang berbakat

Dari kecil dulu saya memang tertarik dengan rambut. Orang-orang terdekat saya sering saya minta untuk saya potongkan rambutnya. Tahu apa passion saya, saya malah nggak diperbolehkan oleh ayah untuk meneruskan minat saya ke sekolah khusus karena bagi beliau, apalagi saya dari ras Chinese, sekolah itu adalah mengambil jurusan yang serius atau meneruskan bisnis keluarga. Dilarang begitu, saya nekat tetap curi-curi belajar di Akademi Tata Rambut dan Kecantikan Rudi Hadisuwarno, sampai akhirnya meninggalkan secara resmi meninggalkan bangku kuliah. Setelah lulus dari akademi tersebut, langkah awal saya untuk menangani pelanggan secara nyata bermula dari keikutsertaan saya di sebuah salon kecil milik seorang teman di daerah Kota. Bakat saya makin terlihat di situ, hingga akhirnya saya diajak bergabung di salon milik Rudi Hadisuwarno.

Sudah bergabung di salon Rudi, bukan berarti saya langsung melesat, karena pada tahun pertama di sana, saya nggak boleh melakukan apa-apa, hanya mengamati cara kerja karyawan yang sudah lebih lama di sana atau paling hanya disuruh blow dry. Walaupun saya merasa sudah bisa melakukan berbagai macam hal dan merasa mampu memotong rambut model apapun, peraturan ketat di sana tetap memosisikan saya sebagai anak baru yang belum berpengalaman. Itu adalah salah satu cara Rudi menjaga kualitas salonnya dan saya memaklumi itu. Pada akhirnya, jam terbang memang membuat saya makin mahir untuk mengetahui apa maunya klien dengan bentuk wajah dan tekstur rambut yang berbeda-beda. Tapi saya rasa, kalau tanpa bakat, saya nggak akan bisa berhasil di dunia tata rambut hingga sekarang.

Next

 

Herman Coa

Saya tak (akan) pernah salah potong rambut

Setelah delapan tahun tergabung di salon Rudi, saya memberanikan diri berjalan sendiri, dengan membuka Salon Talents di Kemang. Menjalani pekerjaan ini secara profesional, saya menganggap diri saya tak ada bedanya seperti seorang seniman yang mampu membuat satu potongan rambut yang sama, tapi bisa berbeda-beda hasilnya di berbagai orang. Saya juga berani bilang kalau saya nggak akan pernah salah potong rambut, tapi mungkin saja salah persepsi. Bisa saja, apa yang diinginkan pelanggan diterima dengan cara yang berbeda, sehingga menghasilkan potongan rambut yang kurang sesuai dengan yang diinginkan. Dengan jam terbang dan ilmu yang sudah dipelajari, saya rasa zero mistake itu wajib, karena keberhasilan saya sangat tergantung dari kecocokan masing-masing pelanggan saya serta promosi dari mulut ke mulut.

Selain menawarkan kualitas, bisnis tata rambut yang saya jalani juga menerapkan sistem garansi. Bila pelanggan kurang puas dengan hasil potongan saya dalam waktu seminggu setelah pemotongan, mereka bisa kembali lagi ke salon saya dan mendapatkan layanan jasa saya secara gratis. Ini cara kekeluargaan saya untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan, karena biar bagaimanapun saya harus punya nilai lebih yang nggak ada di salon lain.

Next

 

Herman Coa

Saya bukan hairdresser para selebriti saja

Kalau melihat deretan klien saya yang terdiri dari selebriti atau sosialita, saya bersyukur, terutama bila mengingat kembali bagaimana langkah saya dihadang oleh ayah saya. Tapi, saya sama sekali nggak mengeksklusifkan diri hanya untuk mereka, karena saya adalah hairdresser untuk setiap orang yang rambutnya ingin saya tangani. Jujur, saya nggak terlalu banyak tahu selebriti mana saja yang saya tangani, biasanya karyawan saya yang mengenali lalu memberitahukan saya. Kebahagiaan saya sebagai hairdresser dan masih teringat hingga sekarang, justru karena memiliki pelanggan dari kalangan orang biasa yang tinggalnya di Cilegon, Banten, namun dengan susah payah datang ke salon saya (waktu itu saya masih di salon Rudi). Dengan hal seperti itu saya merasa dipercaya, diandalkan, dan bisa membuat orang bahagia.

Di dunia tata rambut yang pergerakannya sangat cepat, saya nggak bisa dengan mudahnya merasa aman dan berhenti belajar. Keahlian menggunting itu makin lama makin berkembang, seperti halnya ada juga gunting khusus yang di zaman saya belajar dulu belum ada. Begitu juga dengan trik pengguntingan, ada yang bagusnya saat rambut basah atau kering, disesuaikan dengan model rambut yang diinginkan atau tekstur rambutnya. Saya nggak boleh mudah terlena saat ada orang yang mengatakan saya hebat atau sudah master, karena saya tetap harus melihat orang lain. Bahkan, hairdresser yang usianya jauh lebih muda dari saya, memiliki teknik tata rambut yang sudah bagus.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading