Sukses

Beauty

Bahan Berbahaya Yang Terkandung di Dalam Jajanan Cilok

Kalau Anda sering mengantar anak atau adik ke sekolah, Anda akan melihat pedagang kaki lima berjajar di sana. Menjajakan aneka produk buatan sendiri yang harganya bervariasi.

Ada yang mahal, ada yang juga murah, apalagi yang disasar adalah anak-anak sekolah dengan uang saku yang tidak selalu banyak jumlahnya. Harapannya, adalah barang dagangannya diserbu dengan laris manis dan menghasilkan keuntungan berlipat ganda.

Salah satu jajanan sekolah yang menarik minat anak-anak maupun dewasa disebut dengan 'cilok'. Bentuknya sekilas mirip dengan bakso, hanya saja bentuknya sangat kecil sekali dan dihargai Rp. 100 setiap butirnya.

Anda bisa membayangkan bukan, dengan harga 100 rupiah, dari mana keuntungan si penjual? Dan, bahan dasar apa yang digunakan penjual untuk memasak dagangannya?

Dari pertanyaan tersebut muncullah pertanyaan lain yang menimbulkan kecurigaan berbagai pihak. Investigasi tentang jajanan anak-anak inipun kemudian dilakukan.

Berbahan dasar daging, dan tepung, seharusnya cilok tidak dijual terlalu murah. Harga daging saja saat ini tengah meroket, pastinya seorang pedagang bisa rugi jika menjualnya terlalu murah. Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut adalah bahan berbahaya yang seringkali dipakai oleh pedagang dalam membuat ciloknya.
Courtesy Vemale.com/@_wenny 

Boraks

Boraks ini sering dipakai pada pembuatan bakso maupun cilok untuk membuat cilok lebih kenyal dan disukai anak-anak. Semakin kenyal dan tahan lama, semakin untunglah si pedagang. Apabila hari ini tidak laku banyak, besok bisa dihangatkan kembali dan dijual dengan tampang yang masih segar.

Formalin

BPOM, seperti dilansir oleh Merdeka.com melakukan razia jajanan terhadap sejumlah sekolah di kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dan dari razia tersebut ditemukan banyak jajanan berupa cilik yang mengandung formalin.

Kecurangan ini dilakukan dengan motif yang sama, agar dagangannya bisa bertahan awet selama beberapa hari sehingga masih bisa dijual lagi apabila belum habis.

Pewarna

Pewarna makanan harganya cukup mahal, itulah kenapa para pedagang cilok tidak menggunakan pewarna makanan untuk mempercantik dagangannya. Biasanya, mereka menambahkan pewarna pakaian agar saus yang mereka pakai lebih merah merona serta menarik minat beli anak-anak.

Tusuk bambu

Tusuk bambu yang digunakan oleh para pedagang cilok, tidak selalu tusuk bambu yang bersih dan baru. Biasanya, mereka akan mengumpulkan bekas-bekas tusuk kembali, tidak dibuang lho. Mereka akan mencuci bersih dan mencucinya dengan pemutih sehingga tampak seperti baru, kemudian menjemurnya.

Menggunakan plastik untuk gorengan

Melengkapi versi bakso mini tersebut, seringkali dibuat pula bakso goreng atau siomay goreng versi mini. Yang agar dia bertahan lama dan tetap crispy, menggorengnya dicampur dengan plastik.

Saus

Bila si pedagang tidak membuat saus sendiri, cenderung ia membeli saus dari pedagang lain. Yang tentunya dipilih saus berharga paling murah. Sayangnya, saus berharga murah ini tidak dibuat dari bahan-bahan yang sehat. Pewarnanya digunakan pewarna tekstil yang murah dan bisa membuat saus berwarna merah cerah.

Tuhkan, sekian banyak bahan pada cilok ternyata tidak ada yang benar-benar sehat. Apakah Anda yakin membiarkan anak-anak atau keluarga Anda mengonsumsi jajanan yang bisa merugikan kesehatan itu?

 (vem/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading