Sukses

Beauty

Miris, Perempuan Ini Nyaris Hilang Nyawa Setelah Pewarnaan Alis

Fimela.com, Jakarta Ingin cantik tapi nyaris mengorbankan nyawa, itulah realita yang dihadapi perempuan bernama Nicola Tunstil dari Newcastle upon Tyne. Gara-gara menjalani treatment kecantikan eyebrow tinting atau pewarnaan alis yang berakhir di rumah sakit.

Eyebrow tinting merupakan suatu teknik yang mengombinasikan pembentukan dan pewarnaan alis sekaligus dengan mengaplikasikan pewarna berbentuk gel atau cair seperti tinta. Berbeda dengan sulam alis yang menggunakan jarum, eyebrow tinting memakai aplikator yang diminati karena tidak terasa sakit dan warnanya bertahan cukup lama.

Rupanya Nicola Tunstill menderita reaksi alergi ekstrem terhadap paraphenylenediamine (PPD), bahan kimia umum yang biasanya ditemukan dalam perawatan rambut. Ia menderita kesulitan bernapas setelah tenggorokannya bengkak. 

Nicola pun sudah memberi tahu salon tempat ia melakukan pewarnaan alis jika memiliki alergi terhadap PPD. Namun ia mendapat jawaban yang menenangkan karena produk yang digunakan bebas PPD, namun nyatanya hal itu tidak benar. 

Selain mengalami sulit bernapas, Nicola juga meninggalkan bekas luka seumur hidup pada bagian alisnya. Sebelumnya wajah Nicola juga membengkak dan alisnya terbakar.

 

 

Pentingnya Uji Tempel pada Kulit

Nicola juga mengaku abai untuk melakukan pengecekan alergi dengan menempelkan bahan pewarna pada kulit. Begitu juga pihak salon yang tidak menerapkan tahapan uji alergi pada standar operasional prosedurnya.

"Salon harus selalu melakukan uji tempel, mereka harus lebih waspada tentang bahaya PPD. Mengejutkan jika saya sudah memberi tahu mereka tentang alergi PPD, tapi mereka tetap melanjutkan treatment," ujar Nicola melansir dari mirror.co.uk.

Nicola tak ingin ada lagi korban PPD karena kelalaian dan yang terpenting tidak mengalami trauma yang dirasakannya. Nicola juga bercerita awal mula ia menderita alergi PPD yaitu saat berlibur di Dubai pada tahun 2011.

Kala itu ia menjajal tato henna warna hitam di lengannya. Dan saat itu juga ia merasakan kulitnya gatal dan memerah. 

"Kulit saya rupanya bereaksi saat ditato henna, tapi masih belum menyadarinya saat itu. Karena gejalanya berhenti setelah beberapa minggu dan tatonya memudar," jelasnya lagi.

 

 

Menjajal Mewarnai Rambut Sendiri

Hingga lima bulan kemudian pada Maret 2012, Nicola mencoba mengecat rambutnya dengan produk yang dijual di supermarket. Tanpa pikir panjang ia langsung mengaplikasikan cat di kepalanya.

"Saya mulai mencoba mewarnai rambut sejak usia 15 tahun. Saat itu saya merasa kepala seperti terbakar jadi langsung dicuci. Dan dalam setengah jam, kulit kepala saya mulai mengeluarkan nanah, saya sangat ketakutan," kenangnya. 

Esok harinya ia mengunjungi dokter umum dan mengetahui jika menderita alergi PPD. Dokter menjelaskan jika ia mengembangkan alergi karena tato henna.

Dan tujuh tahun kemudia, pada Juni 2019, ia kembali mengunjungi salon untuk melentikkan bulu matanya. Dan ahli kecantikan menawarinya untuk pewarnaan alis yang membuatnya harus kembali trauma dengan kondisi alergi ektrem yang dideritanya.

Simak video berikut ini

#ChangeMaker 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading