Sukses

Fashion

[Vemale's Review] The Book of Forbidden Feelings - Lala Bohang

Judul: The Book of Forbidden Feelings
Genre: Fiksi
Penulis Teks & Ilustrasi: Lala Bohang
Layout: Natasha Tontey
Editor: Siska Yunita
Cetakan Ketiga, September 2016
PT Gramedia Pustaka Utama

I wanted to say, "I would love to know your obsessions, Is it landed house, gadgets, power, domestic life, succulent plants, achievements, money, work, more likes and followers, health, validations, sex, organic food, pets, perfect selfies, children, sports, religion, relationship, minimalism, perfection, muscles, urban toys, shoes, traveling, or fame?" but nobody is prepared for that kind of question on a first date.
So I said, "You look great."


Saya yakin setiap manusia pasti memiliki rahasia terdalamnya. Ada hal-hal yang tak ingin diketahui orang lain. Walau kadang rasanya ingin bisa meluapkan semua perasaan dengan jujur, tetap saja kita terpaksa mau tak mau harus memendamnya demi kebaikan diri sendiri juga kepentingan orang lain. Setiap manusia pun memiliki sisi melankolis. Ada saatnya ketika sendiri, kita justru merasa lebih bebas. Merasa lebih lepas untuk bisa jujur terhadap diri sendiri. Dan di buku The Book of Forbidden Feelings karya Lala Bohang ini, saya seolah diajak untuk memasuki sebuah dunia lain. Dunia yang memberi saya ruang untuk bisa jujur dan terbuka terhadap semua rasa dalam diri.

Foto: copyright Vemale/nda

Bisa dibilang untuk membaca buku ini tak sampai habis satu jam. Tapi kalau ingin menyelami setiap makna kata dan ilustrasi di dalamnya, hm... bisa jadi akan lebih lama meresapi halaman demi halamannya. Dengan cover yang begitu sederhana dan isi ilustrasi yang berwarna hitam dan putih, buku ini sukses mengaduk-aduk perasaan.

Kepingan puisi dan kata-kata di dalam The Book of Forbidden Feelings ini memiliki makna yang begitu dalam tapi juga mengurai luka. Ada soal patah hati, kesendirian, kesepian, hingga soal berdialog dengan diri sendiri. Kalau kamu baru patah hati atau memiliki luka yang belum sembuh, membaca The Book of Forbidden Feelings ini akan membuatmu merasa, "Ah, ternyata aku tak sendirian. Ternyata apa yang kurasa ini adalah hal yang normal." Kalau boleh saya bilang, buku The Book of Forbiddeng Feelings ini seperti cermin yang merefleksikan perasaan tergelap dan terdalam manusia, khususnya wanita. Perasaan-perasaan yang selama ini sering kita sembunyikan atau takut diketahui orang pada dasarnya adalah hal yang manusiawi.

Salah satu halaman ilustrasi dan kata-kata yang membuat saya cukup tertohok ada di halaman 40-41. Tentang persahabatan yang dimiliki wanita.

Foto: copyright Vemale/nda


Woman to woman friendship is the hardest of them all.
It's caring but at the same time bullying.
It's supportive but at the same time envious.
It's a smiley expression but the same time judgemental.
It's a sweet emoticon but at the same time constant comparison.
It's understanding but at the same time demanding.
It's accepting but at the same time never feel good enough.
It's listening but at the same time talking someone's back.
(The Book of Forbidden Feelings, pg. 40-41)


Tak bisa dipungkiri kalau dalam sebuah persahabatan, ada hal-hal yang sering kita sembunyikan. Mungkin ini bagian dari sisi gelap dalam sebuah persahabatan wanita. Kadang kita bisa bersikap seolah suportif dan saling mendukung. Namun, ada saat-saat tertentu kita merasa cemburu padanya. Tak sekali dua kali kita berusaha untuk memahami tapi juga menuntut sesuatu. Di satu sisi kita berusaha menjadi pendengar yang baik tapi di sisi lain kita menggosipkan orang lain. Hal-hal itu pasti pernah kita rasakan, hanya saja rasanya "terlarang" untuk diungkapkan karena kita tahu ada perasaan orang lain yang perlu kita jaga.

Foto: copyright Vemale/nda

Membaca The Book of Forbidden Feelings sepertinya akan lebih sempurna dengan ditemani segelas teh hangat saat hujan turun. Kita diajak untuk menyelami perasaan-perasaan yang selama ini sering kita tutupi. Diajak berusaha jujur dan terbuka dengan semua rasa yang kita punya. Meski mungkin itu terasa gelap dan membukanya akan menimbulkan luka. Tapi justru dengan begitu, kita akan merasa lebih hidup dan bernyawa.

The Book of Forbidden Feelings, buku sederhana nan cantik yang sukses membawa kita ke lorong tergelap perasaan sekaligus membuat kita merasa lebih hidup. Cocok sekali untuk dikoleksi. Membaca sekali tak akan pernah cukup. Setiap kali, untuk kesekian kalinya, membuka halaman demi halamannya kita akan mendapatkan perasaan hangat yang berbeda.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading