Sukses

Fashion

Keberagaman Jadi Sorotan dalam Koleksi 2 Desainer di JFW 2020

Fimela.com, Jakarta British Council kembali menghadirkan peragaan busana inklusif dalam pekan mode Jakarta Fashion Week 2020 berkolaborasi dengan label Indonesia COTTONINK bersama studio seni dan desain lnggris. Intoart. Peragaan busana ini menampilkan karya desainer, model, dan penari disabilitas serta video kampanye bertema ‘Sama Bisa Bisa Sama’ untuk mendorong industri mode yang lebih inklusif dan merepresentasikan keberagaman di masyarakat. 

“Kondisi disabilitas merupakan bagian dari wajah keberagaman masyarakat namun kerap dilihat dari sudut pandang ketidakberdayaan. Kami ingin mengubah persepsi itu dengan mengangkat karya dan kemampuan seniman disabilitas dalam sebuah peragaan busana inklusif yang lebih jujur dalam merayakan keberagaman masyarakat," kata Camelia Harahap Head of Arts and Creative Industry British Council Indonesia. 

Sebelumnya model-model disabilitas tampil untuk pertama kalinya dalam peragaan busana inklusif di Jakarta Fashion Week hasil kolaborasi British Council bersama desainer Sean Sheila (Indonesia) dan Teatum Jones (lnggris). Kali ini British Council menggandeng COTTONINK dan Intoart.

COTTONINK yang dikenal dengan ciri khas ‘casual with a twist’ menampilkan koleksi terbaru karya illustrator Ayang Cempaka dengan corak floral dan warna-warni penuh semangat, mencerminkan semangat kreativitas dan ekspresi diri yang tidak terhalang oleh kondisi disabilitas.

Koleksi busana yang menggambarkan keberagaman

Koleksi ini dibawakan oleh Feby Widya Putri, Namira Zania, dan Marta Hardy, tiga perempuan yang hidup dengan disabilitas dan berprofesi sebagai barista, penari, dan staf rekrutmen dalam kesehariannya. Peragaan busana ini turut menghadirkan penulis Iagu Kallula Harsynta Esterlita dan kelompok tari Gigi Art of Dance. 

“Bagi kami, fashion is for everyone termasuk juga teman-teman disablitas. COTTONINK membuat desain pakaian agar semua perempuan dengan beragam kepribadian dan bentuk tubuh dapat merasa nyaman dalam mengekspresikan diri. Kami senang dapat berkolaborasi dengan British Council dan lntoart melalui fashion untuk mengajak publik merayakan keberagaman,” kata Ria Sarwono Co-founder COTTONINK.

Koleksi dari penyandang disabilitas intelektual

Sementara itu, Intoart menghadirkan koleksi pakaian yang dirancang oleh tiga seniman peyandang disabilitas intelektual, yaitu Yoshiko Phillips, Andrew Williams, dan Ntiense Eno Amooquaye.

Ketiga seniman ini membuat desain lukisan tangan yang diaplikasikan pada pakaian berbahan rajut John Smedley, salah satu merek pakaian rajut terbaik di dunia yang berbasis di lnggris. Mereka memiliki gaya pribadi yang unik, tetapi dipersatukan oleh bahasa visual yang kuat.

#GrowFearless with Fimela

 

Daftarkan dirimu di sini untuk mengikuti berbagai kelas inspiratif di FIMELA FEST 2019! 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading