Sukses

Health

Ternyata Ini Alasan Interval Vaksinasi Booster COVID-19 Jadi 3 Bulan

Fimela.com, Jakarta Tiga bulan setelah mendapat vaksin dosis kedua, kita bisa mendapatkan vaksin booster. Hal ini bukan tanpa alasan. Sudah ada kajian yang menjadi dasar penguat jarak vaksinasi dimajukan menjadi tiga bulan. 

Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K)., M.Si mengatakan bahwa jarak atau interval pemberian vaksin penguat (booster) yang mulanya 6 bulan menjadi 3 bulan setelah vaksin dosis kedua bukanlah ide sesaat atau hasil mengarang. Berikut penjelasannya.

 

Berdasarkan Hasil Kajian

“Dimajukan itu karena sudah hasil kajian. Dulu yang 6 bulan itu ngambil dari data luar negeri, tapi ternyata lansia di Indonesia dalam waktu 3 bulan antibodinya sudah menurun. Ini diteliti di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Eijkman,” kata profesor yang yang akrab disapa Miko dalam seminar daring Herohelp.id belum lama ini seperti yang dilansir dari laman Liputan6.com.

Antibodi lanjut usia (lansia) akan menurun setelah tiga bulan suntikan dosis kedua vaksin primer. Jika tidak menerima booster, dikhawatirkan antibodinya semakin menurun sehingga tak terlindungi dari virus dan berakhir dengan kematian.

Di sisi lain, pasien lansia merupakan kelompok yang angka kematian akibat COVID-19-nya memang tinggi di Indonesia.

“Jadi, memajukan (jarak vaksinasi) itu bukang ngarang-ngarang, bukan ide sesaat, bukan niru dari luar negeri,” tambahnya.

Tindak Pencegahan Penularan

Selain pada lansia, COVID-19 juga berbahaya bagi anak, lanjut Miko. Terutama yang belum divaksinasi atau baru satu kali vaksin COVID-19.

Beberapa kelompok anak lainnya yang memiliki risiko tinggi terkena gejala parah adalah:

Anak dengan komorbid atau penyakit penyerta seperti obesitas, autoimun, pengonsumsi obat yang menurunkan kekebalan tubuh seperti obat kanker, diabetes, asma, dan lain-lain. Anak dengan penyakit kronik seperti kanker darah dan kanker lainnya. Anak yang sering berkerumun dengan orang dewasa yang sering bekerja di luar rumah.

Maka dari itu, Miko menyarankan pencegahan infeksi COVID-19 terutama varian Omicron pada anak hingga lansia.

Pencegahan dapat dilakukan dengan selalu memakai masker. Hal ini penting lantaran virus masuk lewat lubang hidung atau mulut. Setelah masuk, virus menempel di reseptor atau cantolan di saluran napas. Kemudian masuk ke dalam sel, menyebar ke paru, dan berada di dalam darah.

“Jika masker menutup lubang hidung, mulut, dan pemakaiannya tidak longgar atau melorot maka varian apa pun tidak bisa masuk.”

Miko juga mengimbau para orangtua yang masih beraktivitas di luar rumah dan sering menggunakan kendaraan umum agar sering mencuci tangan.

“Bila perlu di rumah pakai masker, tidak berkerumun di ruang tertutup lebih dari 15 menit,” kata Miko. Semoga informasinya bermanfaat, ya. 

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading