Sukses

Info

Kematian Mahsa Amini Menyatukan Rakyat Iran Dalam Kemarahan dan Duka Mendalam

Fimela.com, Jakarta Kematian Mahsa Amini yang diduga tewas dianiaya oleh "polisi moral" menyatukan rakyat Iran dalam kedukaan serta perlawanan. Kasus ini berawal dari penangkapan Mahsa Amini, yang berdasarkan laporan AP News yang dibawa oleh polisi moral pada tanggal 13 September di Tehran. 

Mahsa Amini ditangkap lantaran tidak memakai hijab sesuai aturan yang ditetapkan saat berkunjung ke Tehran. Mahsa Amini sendiri tinggal di daerah Kurdi, di barat Iran.

Selang tiga hari dari penangkapan, Mahsa Amini dinyatakan meninggal di rumah sakit setelah dirawat dalam keadaan koma. Setelah sebelumnya, polisi mengumumkan, Amini kolaps di tahanan karena masalah jantung.

Melansir dari Liputan6.com, Amnesty Iran mencurigai kejanggalan kematian Mahsa Amini dan meminta investigasi kriminal untuk para polisi moral. Mereka menuliskan di akun Twitter resmi, jika semua agen dan pejabat yang bertanggung jawab, harus menghadapi keadilan.

Protes masyarakat dimulai

Mahsa Amini pun dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Di nisannya tertulis "Kamu tidak mati, namamu akan menjadi kode". Nama Mahsa Amini sendiri sudah lebih dari sekedar kode baik di jagad maya dan dunia.

Namanya menjadi topik di jejaring sosial dan mesin pencarian, serta terdengar bergemuruh di demonstrasi jalan-jalan Iran. Di hari pemakamannya, para pendemo juga berkumpul di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini dan mengecam pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

Meski pada 18 September, keluarga mendapat telepon dari Presiden Ebrahim Raisi yang berjanji akan menuntaskan kasus ini, di keesokan harinya, 19 September 2022, ayah Mahsa Amini membongkar kebohongan polisi.

Ayah Mahsa Amini, Amjad Amini mengatakan jika kabar di televisi Iran yang menyebutkan putrinya kolaps karena penyakit jantung adalah bohong. Sebab ia mengatakan putrinya dipukuli saat di mobil polisi, dari keterangan para perempuan yang berada di ambulas bersama Amini.

Menelan Korban

Hingga Jumat, 23 September 2022, AP News melaporkan 26 orang meninggal dari demo besar di berbagai wilayah Iran. Berdasarkan laporan saluran TV milik pemerintah Iran, disebutkan 26 orang terdiri dari gabungan demonstran dan petugas kepolisan.

Di hari yang sama pula, dilaporkan, para pendukung aturan berpakaian wajib berkumpul untuk demonstrasi tandingan di luar Universitas Teheran. Para perempuan berjubah hitam bergabung dengan para pria, mengibarkan bendera republik Islam dengan plakat menyatakan penghargaan pada pasukan keamanan.

Melansir dari VOA, seorang pengunjuk rasa yang bergabung dalam demo tandingan, mengatakan kesedihannya pada kematian Mahsa Amini. Ia menyatakan bergabung untuk mendukung republik Islam, bukan polisi moral, karena ia percaya reformasi mutlak dibutuhkan. 

Ia mengatakan jika Iran tidak memiliki mekanisme protes selama 43 tahun. Ia memahami kemarahan warga, meski menentang cara demonstran melakukan kekerasan.

Begitu juga dengan seorang perempuan, Fatemeh, 37 tahun yang ikut mengambil bagian dalam protes yang dipicu kematian Amini. Ia merasa sebagai perempuan Iran tidak aman saat di jalanan. Polisi membuatnya takut saat mereka melihat apa yang dipakai olehnya dan putrinya yang berusia 10 tahun. Dan berharap pemimpin tertinggi dan presiden mendengarkan rakyatnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading