Sukses

Lifestyle

Beda Budaya, Beda Cara Kerja: Plus-Minus Bekerja dengan Orang Asing

Next

bekerja dengan orang asingAdakah perbedaan bekerja dengan atasan orang asing dan atasan dari negeri sendiri? Well, buat mereka yang hobi keluar masuk perusahaan multinasional pasti dengan mudah menjawab, ‘ADA’. Ya, perbedaan kebudayaan antara penduduk di Asia, Eropa, Amerika, dan beberapa negara lain tentu membuat orang memiliki cara kerja dan berpikir yang berbeda.

Tanpa bermaksud menyinggung SARA, tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang dari setiap negara akan membawa cara kerja yang berbeda. So, buat kamu yang cukup sering bekerja dengan atasan dari berbagai negara, pasti sudah bisa langsung mengenali dan menangani cara kerja mereka. Dan secara tidak langsung, bekerja dengan atasan orang asing juga akan memengaruhi cara kerja kita ke depan tentunya.

Adalah Ahmad, yang baru beberapa minggu bekerja di sebuah perusahaan elektronik asal Korea, memberikan sedikit pengalamannya ketika bekerja bersama atasan sesama orang Asia namun berasal dari beda negara, Indonesia, Jepang, dan Korea.

Next

bekerja dengan orang asing“Saat baru lulus, saya bekerja sebagai MT di sebuah perusahaan produk kecantikan ternama asal Prancis. Namun, saat itu atasan langsung saya adalah orang Indonesia, saya sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan atasan dari Prancis. Suasana kerja di tempat itu sangat kekeluargaan dan membuat nyaman. Namun justru, saya merasa kurang berkembang hingga akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke sebuah perusahaan elektronik dari Jepang. Jujur, saat kali pertama pindah, saya mengalami culture shock. Semua berbeda 180 derajat, mulai dari cara bekerja, suasana kantor, dan atasan saya pun orang Jepang asli,” tutur Ahmad pada FIMELA.com.

Perbedaan kultur dan cara kerja menuntut Ahmad untuk cepat melakukan adaptasi. Orang Jepang yang dikenal cepat dan tegas dalam bekerja pun dirasakan Ahmad saat masuk ke lingkungan kantornya yang baru. “Hubungan antara bawahan dan bos di tempat kerja saya terasa lebih formal. Tanggung jawab besar dan juga decision making yang cukup strategis yang langsung diberikan pada saya memberikan tantangan tersendiri. Bos selalu memberi pertanyaan apa implikasi kalau kita melakukan A dan apa implikasinya kalau melakukan B pada saya. Mereka sangat terbuka terhadap inisiatif yang dikeluarkan oleh bawahan dan juga membuka diri untuk diskusi. Walaupun selama di sana memang hampir selalu learning by doing, tanpa mendapat arahan langsung dari atasan,” Ahmad kembali bercerita.

Next

bekerja dengan orang asingDan Ahmad pun menuturkan ada perbedaaan jelas yang terasa saat ia bekerja dengan atasan orang Indonesia dan orang Jepang. “Ada perbedaan besar yang saya rasakan ketika bekerja dengan atasan orang Indonesia dan orang Jepang. Saat saya mengalami masalah dan datang ke atasan (orang Indonesia), biasanya kami bisa langsung diskusi dan mencari solusi untuk mengatasi masalah. Tapi, ketika saya mengalami masalah dan datang ke bos yang satunya (orang Jepang), biasanya mereka justru malah akan bertanya apa solusi yang saya tawarkan untuk masalah tersebut, setelah itu barulah kami berdiskusi. Tidak pernah mereka menawarkan langsung sebuah solusi pada saya. Dan yang pasti, jangan pernah mengatakan ‘nggak tahu’ sama mereka karena pasti akan langsung kena marah. Dia biasanya akan mengatakan, “You are the PIC, you are the business owner. You have to know better than me.” Hikmahnya? Mereka mengajarkan kita bukan sekadar menjadi karyawan, tapi juga melatih kita untuk how to be a good businessman. Saat marah, mereka pun marah layaknya seorang profesional. Walaupun tidak semua orang Jepang dan Indonesia sama, tapi itulah kesan yang saya dapat ketika bekerja denngan mereka,” Ahmad berbagi.

Sama seperti Ahmad yang mengalami culture shock menghadapi atasan orang Indonesia dan orang Jepang, Sisy yang bekerja lama dalam menghadapi atasan orang Jepang pun mengalami culture shock saat pindah kerja ke sebuah perusahaan Prancis.

Next

bekerja dengan orang asing“Saya cukup lama bekerja dengan orang Jepang dan kini saya memutuskan untuk pindah kerja. Saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan Prancis. Cukup mengagetkan ketika kali pertama pindah kerja, lingkungan dan cara kerja di tempat baru sama sekali berbeda dengan di kantor lama saya, 180 derajat mungkin. Di kantor lama, saya biasa mengerjakan dan menyelesaikan semua dengan cepat, begitu pun dengan semua rekan kerja di satu departemen. Tapi di sini (di tempat baru), alur kerja cukup lambat dibandingkan dengan kantor lama saya. Dan setelah saya beberapa kali bertemu langsung dengan atasan orang Prancis, ternyata mereka memang tergolong lama dalam menyelesaikan satu pekerjaan. Misalnya saja, untuk masuk ke masalah A, si bos Prancis biasanya akan memberikan pendahuluan pada pembicaraan yang panjang lebar di awal. Dan ini sama sekali berbeda ketika saya bekerja dengan orang Jepang, mereka tidak banyak basa-basi dan biasanya langsung bicara ke inti permasalahan. Ya, saya cukup kaget di tempat baru. Karena saya yang terbiasa cepat harus mengimbangi dengan cara kerja mereka yang seperti itu,” Sissy, Marcomm Manager, berbagi cerita pada FIMELA.com.

Bukan hanya kita yang akan mengalami culture shock ketika bekerja dengan orang asing, bisa jadi mereka (orang asing) pun mengalami culture shock saat harus bekerja sama dengan kita. Kebudayaan dan gaya hidup di satu tempat pasti akan memengaruhi cara kerja yang mau tidak mau akan harus mengalami penyesuaian satu sama lain ketika bekerja di lingkungan multikultur. Apakah kamu juga punya pengalaman lain saat harus bekerja dengan partner atau bos orang asing, Fimelova?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading