Sukses

Lifestyle

Eksklusif, Lika-liku Perjalanan Hendy Setiono Jadi 'Raja Kebab'

Fimela.com, Jakarta Memutuskan untuk melepas pendidikan demi bisnis dan impian tak mudah dilakukan anak muda. Tapi Hendy Setiono, dengan tekad yang bulat dan menekuni hobi kulinernya, dia memilih untuk memulai usaha kecil-kecilan. Meski saat itu keputusannya menimbulkan kekhawatiran orangtua, Hendy menolak untuk mundur dan bekerja keras melebarkan sayap Kebab Turki Baba Rafi. 

Hendy sempat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, Jurusan Teknik Informatika. Di tengah jalan saat dia mengunjungi orangtuanya yang bertugas di Qatar, matanya yang jeli berhasil melihat sebuah peluang bisnis di Tanah Air. 

Di usianya yang masih sangat muda, Hendy memutuskan untuk mulai mendirikan Kebab Turki Baba Rafi tahun 2003. Meski tak ada darah pengusaha yang mengalir dalam tubuhnya, dia pantang mundur dan terus belajar sembari menjalankan bisnisnya perlahan-lahan. 

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

"Ibu saya adalah guru. Ayah saya operator di Qatar. Saat saya berkunjung ke sana, saya menemukan menu kebab untuk pertama kalinya. Saya lantas terinspirasi untuk berjualan kebab di Surabaya. Ketika kembali dari Qatar, dengan modal awal Rp 4 juta, saya mulai berjualan kebab menggunakan satu gerobak pertama saya," ceritanya saat ditemui Bintang.com. 

Tidak mudah untuk mengembangkan bisnis kecil yang akhirnya kini menjadi sangat besar, bahkan sampai merambah ke tujuh negara lainnya selain Indonesia. Malaysia menjadi negara pertama yang menjadi sasaran Hendy untuk membuka cabang. Hingga akhirnya, sayap Baba Rafi Enterprise sanggup merambah Filipina, China, Srilanka, Brunei Darussalam, Singapura, dan terakhir Belanda. 

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Meski kini nama Hendy telah dikenal banyak orang, bahkan gaungnya terdengar di luar negeri, ayah dari tiga anak ini mengalami banyak masa-masa sulit saat menjalani bisnis ini. Sebagai salah satu ikon pebisnis muda yang sukses, Hendy berbagai kisah perjalanannya dari penjual kebab gerobakan menjadi President Director. Berikut petikan wawancara Hendy Setiono dengan Karla Farhana dan fotografer Galih W. Satria. 

Eksklusif, Lika-liku Perjalanan Hendy Setiono Jadi Raja Kebab

Berawal dari kenikmatan kebab yang banyak di jual di Qatar, Hendy menemukan peluang berbisnis di Indonesia. Dengan misi ingin memperkenalkan makanan khas Timur Tengah yang pada waktu itu belum populer di Indonesia, Hendy akhirnya mulai berjualan kebab menggunakan satu gerobak di Surabaya. Meski butuh waktu agak lama, Kebab Turki Baba Rafi akhirnya menjadi besar bak sebuah kerajaan.

Kenapa memilih kebab untuk berbisnis?

Karena hobi saya jalan-jalan dan kuliner. Dari dua hobi ini terinspirasi untuk bisnis ini. Qatar juga negara pertama yang pernah saya kunjungi. Ketika saya ke sana dan melihat banyak orang berjualan kebab, akhirnya saya berpikir, kenapa tidak jualan kebab saja, karena di Indonesia 12 tahun lalu belum ada yang namanya kebab. Jadi saya ingin memperkenalkan menu kebab ke masyarakat Indonesia.

Bagaimana Mas Hendy mulai berjualan?

Saya memulai dengan gerobak kecil. Konsumen saya dulu mengira saya jualan martabak. Karena berjejer dengan orang yang jualan martabak. Dan orang belum banyak yang kenal.

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Bagaimana membangun branding bisnis ini?

Saya kemudian mem-branding kebab baba rafi dengan mengubah warna. Tadinya warnanya putih biasa menjadi kuning merah. Pilih warna itu agar lebih menarik dan eye catching. Sehingga konsumen juga percaya untuk membeli produk kita.

Kenapa Kebab Turki Baba Rafi franchise?

Karena saat itu saya berpikir, kalau Cuma satu gerai, ini akan lama tumbuhnya. Saya kumpulkan keuntungan pada gerai pertama, lalu saya buka cabang ke dua. Saya kumpulkan lagi, lalu buka cabang ke tiga. Begitu seterusnya. Tahun pertama saya buka enam cabang. Menurut saya ini relative agak lambat pertumbuhannya. Saya lantas berpikir, bagaimana caranya agar lebih cepat berkembang. Akhirnya saya berpikir untuk di-franchise-kan saja, menjadi waralaba. Tahun ketiga kita sudah memiliki 25 cabang milik sendiri, kami akhirnya mulai mewaralabakan Kebab Baba Rafi. Dengan begini, kami juga memberi kesempatan pada calon mitra yang mau belajar bisnis.

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Bagaimana prosesnya hingga punya 1200 outlet?

Saya awalnya memulai di Surabaya dulu. Waktu itu sambil kuliah di ITS. Saya saat itu memang ingin fokus ke bisnis. Karena itu saya memutuskan untuk keluar dan benar-benar fokus menjadi pengusaha. Karena inilah, saya berpikir, ada banyak manfaat dengan membuka cabang. Pertama membantu konsumen yang kelaparan. Kedua, membantu membuka lapangan kerja. Setiap tambah outlet pasti akan bertambah karyawan baru. Ketiga, kami juga membatu supplier, seperti pedagang dari daerah, atau penjual sayur yang tidak mampu menjual sayurannya di tempat-tempat besar dengan menampung sayuran mereka. Keempat, kami membantu mitra-mitra bisnis kami. Mereka yang ingin berbisnis kebab tapi tidak tahu caranya, dengan cara ini bisa kami bantu. Mereka jadi punya bisnis kebab yang sudah branded.

Perjalanan Kebab Turki Baba Rafi dari Qatar ke Belanda

Tidak semua orang bisa menjalankan bisnis hingga sukses menjadi besar. Apa lagi mengubah uang jutaan menjadi miliaran. Tapi apa pun mungkin ketika Hendy sudah bertekad untuk menjalaninya. Sembari bercerita kisah perjalanan Kebab Turki Baba Rafi, Hendy ternyata juga gemar membagikan ilmu bisnisnya kepada orang lain. 

Bagaimana mengubah Rp 4 juta menjadi miliaran?

Modal awal Rp 4 juta itu dulu saya pinjam dari adik saya. Saat saya belum menikah, adik perempuan saya punya tabungan. Saya datang, ingin pinjam uang. Dia tanya buat apa? Saya bilang buat bisnis. Dia tanya lagi, kapan mau dibalikin? Saya saat itu tidak tahu kapan bisa mengembalikannya. Karena saya belum tahu business plan, manajemen, marketing. Saya hanya punya niat untuk memulai. Kalau gagal, ya tidak apa-apa, karena nominalnya tidak besar. Tapi, karena modal berasal dari pinjaman, saya jadi lebih bersungguh-sungguh. Karena, kalau saya gagal, saya harus bayar ke adiknya. Ini yang membuat saya tak puya pilihan untuk mundur. Jadi kalau bisnisnya sambilan, yang hasilnya juga sambilan. Tapi kalau bisnisnya sungguh-sungguh, insya allah hasilnya pun berkah.

Bagaimana strategi bisnis Kebab Baba Rafi?

Sebenarnya sederhana saja. Soalnya saya juga bukan terlahir dari darah pengusaha. Karena itu pengetahuan bisnis saya masih sangat terbatas. Saya pikir semua dilakukan dengan learning by doing. Berbeda dengan sekarang, di mana entrepreneurship itu menjadi lifestyle. Orang bilang ingin jadi entrepreneur karena keren. Tapi 12 tahun lalu tidak ada yang seperti ini. Bisnis dulu benar-benar bagaimana caranya agar kita bisa hidup. Jadi awalnya saya berbisnis, ya bagaimana caranya saya bisa hidup, makan, dan ternyata pada akhirnya keuntungan ini bisa digunakan untuk buka cabang. Selain itu, saya ingin punya pekerjaan yang sesuai dengan hobi, dan dibayar. Hobi saya jalan-jalan, makan-makan. Dua hobi ini menghasilkan bisnis kuliner yang sukses.

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kapan memutuskan untuk buka cabang di luar negeri?

Pertama kali itu saya pilih Malaysia, mulai dari yang terdekat. Itu Februari 2012.

Awalnya, bagaimana memasarkan Baba Rafi?

Dulu masih sangat manual. Dulu, kan ada yang namanya acara salam-salaman di radio. Nah, dulu saya suka fiktif. Saya telepon, saya bilang titip salam ya, buat si anu, ditunggu di outlet Kebab Baba Rafi, Surabaya. Jadi mempromosikan dengan media yang gratis. Dengan begitu orang lama-lama kenal ada Baba Rafi. Tapi lama-lama ketahuan juga. Penyiarnya bilang, ini jangan-jangan Mas Hendi yang punya kebab Baba Rafi ya? Saya juga dulu pakai selebaran. Saya fotokopi, saya sebarkan. Jadi metode promosi tradisional apa pun saya lakukan. Nah, kalau sekarang ya lewat media sosial, fan page, dan lain-lain.

Bagaimana caranya mempertahankan kesuksesan Kebab Baba Rafi?

Bisnis itu ibarat kita berlari. Tapi bukan sekadar berlari sprint. Cepat di awal, habis itu ngos-ngosan. Bisnis itu ibaratnya kita lari marathon. Jadi kita harus pintar-pintar ambil napas, taktiknya, kapan kita harus lari cepat, kapan kita harus menurunkan tempo, kapan kita harus mendaki. Sehingga marathon itu endurance atau sustainability. Selama 12 tahun ini, bisnis Kebab Baba Rafi endurance-nya seperti berlari marathon. Jadi sebenarnya pertumbuhan kita tidak terlalu cepat. Tapi konsisten, pelan-pelan. Ada proses up and down. Lalui saja dan pelajari kesalahan.

Pernah takut gagal?

Saya juga awalnya takut dengan kegagalan. Takut kalau bangkrut nanti saya makan dari mana? Bagaimana saya menghidupi keluarga dan anak? Dari ketakutan itu, saya memutuskan untuk memilih bisnis yang kecil dulu. Jadi ini alasannya kenapa saya mulai dari satu gerobak. Karena saya takut dengan risiko itu tadi. Kalau saya langsung mulai dengan restoran besar, mewah, begitu ‘buyar,’ modal 6 miliar langsung hilang. Saya rasa saya tidak siap dengan itu. Karena itu saya pilih untuk perlahan-lahan membangun bisnis ini.

Hendy Setiono (Foto by Galih W Satria/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kenapa memilih untuk menikah muda?

Saya memulai bisnis ketika saya berumur 19 tahun dan menikah umur 20 tahun. Saya punya tiga anak anak ketika saya berumur 23 tahun. Saya percaya dengan berkeluarga, pintu rezeki akan terbuka. Akhirnya nama bisnis saya ini saya ambil dari nama anak pertama saya, Rafi. Jadi, Baba Rafi, itu bapaknya Rafi.

Bagaimana dukungan orangtua dan istri?

Orangtua awalnya tidak mendukung. Karena orangtua saya basic-nya karyawan. Ketika saya masih menjadi mahasiswa pun, orangtua saya bilang bisnis ini tidak usah diseriusin. Mereka ingin saya kuliah, terus kerja. Begitu saya sekolah, lalu tidak lulus, saya malah jualan kebab. Orangtua saya juga kaget. Tapi ketika saya menunjukkan kesungguhan dan menunjukkan hasil, pelan-pelan orangtua saya berubah pikiran. Dari awalnya mempertanyakan, sekarang jadi mendukung saya sepenuhnya. Saya percaya kesuksesan itu juga dating dari restu orangtua. Jadi saya bersyukur, orangtua saya mendukung dan mendoakan bisnis saya supaya berjalan dengan baik.

Saya dengan istri bersama-sama membangun bisnis. Istri saya lebih banyak mengurus dalam hal marketing dan manajerial. Sementara saya tugasnya ekspansi. Dengan begini kami menjadi partner bisnis yang sama-sama membangun dari nol. Kami merasakan susah dan senangnya bersama.

Semangat Hendy bersama Baba Rafi Enterprise tak pernah surut. Dukungan dari istri dan orangtua serta ketiga anaknya menjadi kekuatan sekaligus penyemangat untuk terus berjuang mewujudkan mimpinya. Ya, menjadi seorang pengusaha harus punya mimpi besar dan ambisi. Kepada Bintang.com Hendy mengatakan, anak muda yang ingin sukses harus memiliki kreativitas tanpa batas dan ketahanan serta ketekunan dalam hidup. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading