Sukses

Lifestyle

Eksklusif, Nilamsari dan Catatan Pribadi 'Women Preneur'

Fimela.com, Jakarta Nilamsari, co-founder sekaligus Marketing Director PT. Baba Rafi Indonesia itu duduk di sebuah kursi besar khas para CEO. Perempuan muda berbalut gaun abu-abu ini langsung menyambut hangat kedatangan tim Bintang.com di kantornya. Nilam, begitu dia akrab dipanggil sama sekali tak terlihat serius seperti perempuan-perempuan yang menjalankan bisnis di benak banyak orang. 

Namanya mungkin dikenal dan selalu menempel dengan Hendy Setiono, President Director Baba Rafi Enterprise. Ya, perempuan berambut pendek nan manis ini memang merupakan istri dari Hendy. Bersama-sama mereka membangun bisnis yang diawali dengan modal hanya Rp 4 juta dan satu gerobak saat berjualan kebab di Surabaya. 

Namun, tak seperti perempuan kebanyakan yang kerap hanya menjadi pendamping dari sang suami yang menjalani bisnis, Nilam ternyata memiliki posisi yang sama dengan sang suami. Meski kini Baba Rafi Enterprise telah memiliki ribuan outlet di 8 negara, ternyata tak mudah bagi Nilam untuk mencapai kesuksesan. 

Nilamsari (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Banyak cobaan dan tantangan yang dia hadapi selama menjalani bisnis bersama sang suami. Mulai dari mendapatkan saingan yang hebat, hingga mengalami kerugian. Pengalamannya yang menarik ini lantas dia tuangkan dalam sebuah catatan pribadi berjudul Women Preneur. 

Dia mengatakan, buku itu sebenarnya adalah kisah jatuh-bangunnya Nilam bersama Hendy saat membangun Baba Rafi Enterprise. Tapi, mendapat banyak pertanyaan mengenai rahasia sukses dari banyak orang, dia memutuskan untuk menyelipkan tentang perempuan di dunia bisnis. 

Nilamsari (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

"Sebenarnya, buku yang saya tulis itu tentang Baba Rafi. Cuma saya juga ingin menyelipkan tentang perempuan. Soalnya, di Indonesia, banyak sekali perempuan yang posisinya hanya sebagai pendukung suami," katanya kepada Bintang.com pada Rabu (6/4) lalu. 

Tak hanya melahirkan sebuah catatan yang menggugah banyak orang, Nilam ternyata juga peduli dengan perempuan-perempuan lain yang juga ingin menjalani bisnis. Nilam lantas berkisah kepada editor Karla Farhana dan fotografer Bintang.com Deki Prayoga, mengenai kelahiran catatan pribadi dan kisahnya menjalani bisnis bersama Hendy Setiono. Berikut kutipan lengkapnya. 

Lahirnya Women Preneur

Tak hanya sebagai co-founder Kebab Baba Rafi, Nilam juga menulis sebuah catatan perjalanan bertajuk Women Preneur. Dia mengisahkan, ada beberapa hal yang menjadi trigger buatnya untuk menuliskan kisah yang akhirnya menjadi pembelajaran bagi banyak orang yang juga ingin sukses berbisnis. 

Dari mana muncul ide untuk menulis sebuah buku?

Kalau kita lihat secara global, women as CEO atau women of the owner of the business itu masih sangat jarang. Kebanyakan, perempuan hanya menjadi pendukung suaminya yang berbisnis. Ada banyak isu mengenai perempuan di dunia bisnis. Ada isu tentang Women and Gender yang minggu lalu saya hadiri diskusinya di Taiwan. Di Indonesia sendiri, ada masalah ketimpangan penghasilan antara suami dan istri. Nah, dari situ saya berpikir, kenapa tidak menulis buku untuk mendukung para perempuan untuk berbisnis dan berdikari atas dirinya sendiri.

Apa saja yang terlahir setelah menulis buku ini?

Nah, karena buku ini juga akhirnya lahir komunitas-komunitas yang mendukung para perempuan yang ingin menjadi pengusaha. Selama ini banyak sekali perempuan yang punya usaha kecil-kecilan. Marketing bisnisnya lewat media sosial atau jadi reseller. Padahal, perempuan juga berpotensi tinggi untuk memiliki bisnis yang besar. 

Apa kendala yang sering dialami para perempuan ini dalam menjalankan bisnis?

Ada juga beberapa perempuan yang punya usaha sudah besar. Ketika penghasilan mereka besar, kerap kali mereka bingung untuk menangani bisnis dan keluarganya. Akhirnya, keluarga dan bisnis jadi tidak seimbang. Nah, dalam diskusi komunitas ini, kita akhirnya sharing dan ajak ngobrol. Kami juga menghadirkan perempuan-perempuan yang juga punya bisnis dan bisa menginspirasi para perempuan.

Nilamsari (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Selain tentang bisnis, isu apa lagi yang Mbak Nilam perhatikan ?

Di Indonesia, tingkat perceraiannya sangat tinggi. Ini juga yang kami perhatikan. Terus, juga ada soal lainnya seperti, kebijakan-kebijakan publik di Indonesia yang justru tidak menguntungkan perempuan. Contohnya, tes virginity dan masalah cara perempuan duduk di motor di Aceh. Di Sulawesi juga ada. Jadi di sana, perempuan itu tidak boleh tampil. Kalau ada perempuan (yang menempati posisi tertentu) harus diganti dengan laki-laki. Meskipun gender equality ada di Indonesia, masalah seperti ini ternyata juga masih ada di berbagai daerah. Bahkan di Amerika sendiri pun, gaji perempuan berbeda dengan laki-laki. Gaji laki-laki lebih tinggi. Tapi saya kira di Indonesia soal ini sudah adil.

Sebesar apa peluang perempuan untuk memulai bisnis di Indonesia?

Sekarang, kehadiran Internet dan media sosial membuka peluang yang sangat besar buat perempuan untuk memulai bisnis. Bisnis online ini memudahkan perempuan untuk membagi waktunya antara bisnis dengan keluarga dan kehidupan sosialnya. Dengan ini lahir pula komunitas-komunitas women entrepreneur. Jadi perempuan punya peluang besar untuk memiliki bisnis sendiri. Bukan hanya menjadi supporter sang suami yang punya bisnis.

Bagaimana Mbak Nilam memulai bisnis?

Saya memang memulai bisnis bersama suami. Tapi bukan berarti saya supporter suami saja. Posisi kita sama. Suami saya mengurus hubungan keluar. Seperti marketing, networking, dan lain-lain. Sedangkan saya, lebih mengurus urusan di dalam perusahaan. 

Kapan pertama kali ide menulis buku ini tercetus?

Saya itu menulis buku lumayan lama prosesnya. Lima tahun penulisan buku ini baru jalan. Tapi, mungkin karena tidak banyak perempuan yang berbisnis dan perkembangannya lumayan, akhirnya banyak orang-orang yang bertanya apa rahasianya. Akhirnya, saya tuangkan pengalaman saya membangun bisnis bersama suami.

Eksklusif, Nilamsari dan Catatan Pribadi 'Women Preneur' (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Selain menulis buku, apa saja kegiatan Mbak Nilam?

Selain itu, kami juga punya banyak program CSR, ada juga mentoring untuk pemberdayaan. Terus juga ada mentoring untuk mahasiswa dan anak muda. Kami juga memberikan pelatihan teknis lebih dari setahun. Soalnya, kalau kita berikan sifatnya motifasi, itu sudah terlalu banyak. Jadi kita lebih memberikan teknis. Seperti membuat SOP seperti apa? Bagaimana menghitung biaya penjualan? Kelas ini max. hanya ada 17 peserta. Diadakannya sebulan sekali dan gratis. Karena ini merupakan bagian dari program CSR.

Apa saja kendala yang kerap dialami para perempuan Indonesia yang berbisnis?

Banyak sekali perempuan yang takut, kalau sudah berbisnis, tidak akan punya waktu untuk keluarga. Ada juga perempuan yang ingin menikah, tapi calon suaminya tidak mengizinkan dia untuk berbisnis. Ada juga perempuan yang takut karena baru menikah, terus berbisnis, nanti jadi terlalu sibuk dan nanti tidak bisa punya anak. Tapi bisnis bukan seperti itu. Bisnis adalah bagaimana kita membangun sebuah sistem.

Kekuatan Perempuan Bisa Membuat Perubahan Nyata

Nilam ternyata memang tidak punya darah bisnis. Namun, sejak kecil, Nilam kerap 'memutar' otaknya untuk mencari tambahan uang jajan. Dengan pengalamannya yang dipupuk sejak kecil ini, tak heran perempuan muda ini sanggup 'menyulap' modal bisnis yang tadinya hanya Rp 4 juta menjadi miliaran. Dia percaya, perempuan punya kekuatan untuk membuat sebuah perubahan yang nyata. 

Apakah jiwa bisnis sudah mendarah daging sejak Mbak Nilam kecil?

Kebetulan, ibu saya itu dulu kerja di Jamsostek. Sedangkan bapak saya kerja di bank. Orangtua saya tidak ada yang punya bisnis sama sekali. Tapi dari kecil saya sudah suka nyeleneh. Kalau tidak dikasih uang jajan, jadi saya harus putar otak. Kadang saya jualan di sekolah. Saya dulu beli notes. Uangnya dari ibu. Tapi, nanti notes itu aku jual. Dulu juga pernah, pas zaman saya kecil, ada pewangi bulat-bulat di dalam tempat pensil. Terus saya sebel karena tidak punya. Jadi saya bikin dari sabun. Saya buat bulat-bulat kecil, lalu saya jual. Waktu kecil saya banyak melakukan hal-hal seperti itu buat mencari uang jajan.

Bagaimana caranya Mba Nilam belajar berbisnis?

Dulu saya kuliah lebih tentang komunikasi. Orangtua juga latar belakangnya tidak ada yang berbisnis. Suami saya memang basicnya e-commerce, tapi dia malah mendalami bisnis. Tapi, dari ilmu-ilmu dasar yang kami punya ternyata bisa diaplikasikan kepada bisnis kami. Kami juga benar-benar belajar dari banyak masalah yang menimpa.

Nilamsari (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Apa saja yang menjadikan bisnis lancar?

Business is only about how to overcome the problem. Juga ada mentor yang bisa mempersingkat waktu. Memang untuk bisa sukses kita harus tetap mengalami banyak hal, jatuh-bangunnya. Tapi dengan adanya mentor, bisa mempercepat waktu. Selain itu juga ikut komunitas bisnis.

Apakah networking merupakan hal terpenting dalam membangun bisnis?

Iya, tapi kamu juga harus hati-hati. Sekarang ini dengan bubbling startup yang luar biasa, kebanyakan teman saya yang punya bisnis startup. Mereka mengandalkan networking untuk membangun bisnis. Artinya mereka berbicara banyak hal tentang strategi mereka. Nah, justru ketika mereka banyak ngomong tentang strategi mereka, strategi perusahaan juga jadi terkuak. Artinya, kalau terus-terusan networking, kapan kita melakukan the real work-nya?

Kapan waktu-waktu yang paling sulit buat Mbak Nilam saat membangun bisnis bersama suami?

Waktu mulai pertama kali, kami mulai dengan berger. Sudah sampau 6 outlet waktu itu. Masih di Surabaya. Tiba-tiba muncul ‘berger’ lain. Dia masuk dengan konsep berger murah. Saat itu juga sedang banyak-banyaknya orang kena PHK. Orang-orang cari kerjaan susah. Akhirnya mereka berbondong-bondong buka ‘berger’ yang baru masuk itu. Akhirnya omset kita drop. Kami sampai kesulitan membayar karyawan. Belum lagi bayar sewa dan lainnya.

Tapi tahun 2008, usaha kami lagi tumbuh. Kami berpikir kenapa tidak buka kantor cabang di Jakarta? Selama setahun, yang menjalankan karyawan. Pertumbuhannya masih pesat. Tapi kendala muncul. Satu per satu karyawan sakit. Akhirnya, kami berpikir kalau begini terus bisa anjlok. Kami akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Anak-anak dulu masih kecil. Belum lagi harga dan biaya hidup di Jakarta jauh lebih mahal. Di situ salah satu masa sulit saya.

Nilamsari (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital  Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Banyak mengalami masa-masa sulit, apa yang membuat Mbak Nilam tetap tegar?

Banyak masa-masa sulit yang kami telah jalani. Tapi pada akhirnya, saya percaya, sebagai perempuan kita punya semua. We have it all! Cuma, kita tidak bisa punya stres dalam satu waktu. Sebagai perempuan kita juga harus keep empower ourselves. Just use your power. Kalau kuat, kita bisa membuat perubahan yang nyata. Just believe in your selves.

Meski mengalami berbagai masa sulit dan menghadapi berbagai rintangan, Nilam Sari tak pernah putus asa. Tak pernah lelah untuk belajar, perempuan yang tangguh ini akhirnya sukses keluar dari segala masalah. Tak hanya itu, sebagai perempuan yang menjadi pemilik sebuah bisnis besar, Nilam sanggup menyelaraskan kehidupannya di tempat kerja dan di rumah. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading