Sukses

Lifestyle

Lestarikan Budaya Lokal dengan Permainan Tradisional

Fimela.com, Jakarta Kemajuan teknologi sekarang ini membawa dampak positif dan negatif. Salah satunya adalah semakin langka permainan tradisional Indonesia yang diketahui apalagi yang dimainkan anak-anak di negeri ini. Permainan tradisional sebagai salah satu alternatif pemenuhan hak anak, mendorong Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyelenggarakan Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia (FPTA Indonesia).

Acara tersebut digelar di Taman Bhinneka Tunggal Ika, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Festival yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia ini merupakan bentuk pengenalan budaya lokal sekaligus memenuhi hak anak untuk bermain dan memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang positif dan kreatif.

Saat anak terpapar permainan digital, kini waktunya orangtua memperkenalkan kembali permainan tradisional yang sarat akan nilai. 

FPTA Indonesia berisi pameran, pertunjukan, dan perlombaan yang seluruhnya adalah permainan tradisional. Dari 154 permainan tradisional yang telah diidentifikasi, 78 di antaranya akan dipamerkan dalam Festival ini. Ada sekitar 2.500 anak dari berbagai daerah mengikuti Festival ini sebagai wujud keragaman negara Indonesia.

Perkembangan teknologi membuat anak-anak Indonesia semakin banyak yang kecanduan gadget. Tentu saja ini berbahaya untuk tumbuh kembang anak ke depannya. Mereka terancam kurang bersosialisasi dan tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya. FPTA Indonesia 2016 akan memberikan pengalaman permainan tradisional kepada anak, guru, orang tua, dan masyarakat melalui acara pameran, pertunjukan dan perlombaan.

Menteri PPPA Yohana Susana Yembise di Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia. foto: beritasatu.comPermainan tradisional Indonesia sangat kaya akan penggunaan obyek, fungsional, simbolik, dan sebagian besar dilalukan di outdoor. Contoh permainan yang dimaksud seperti: lari batok kelapa estafet, galasin, bentengan, lari bakiak, dan egrang. Tujuan lainnya adalah menanamkan kesadaran di anak, guru, orang tua, dan masyarakat agar memahami bahwa permainan tradisional adalah metode yang baik untuk tumbuh kembang anak sekaligus melestarikan kearifan budaya lokal.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yohana Susana Yembise, ikut menghadiri acara tersebut pada Minggu (11/12/2016) kemarin di TMII., “Dengan mengangkat permainan tradisional khas Indonesia menjadi suatu terobosan baru di masyarakat. Permainan tradisional dinilai memiliki nilai filosofis tinggi dan memancing interaksi antar teman,” ucap wanita yang akrab disapa Mama Yo ini.

Kelereng merupakan salah satu permainan 90-an di kalangan anak laki-laki.  (Via: permainan-tradisional.com)

Menurut Yohana, memperbanyak arena bermain akan lebih punya dampak positif daripada hanya mengandalkan kemajuan teknologi saja. “Keberadaan arena bermain merupakan upaya mengembangkan kreatifitas anak dan perlu dijaga demi memberikan kenyamanan anak saat menggunakannya,” pungkas Mama Yo di ajang festival permainan tradisional tersebut.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading