Sukses

Lifestyle

Putus Asa, Ayah Menjual Pelukan Agar Bisa Mengobati Anaknya

Fimela.com, Jakarta Dalam keadaan seputus asa apapun, orang tua pasti akan selalu mencari cara untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Ayah yang satu ini pun demikian. Namanya Feng. Tahun 2015 lalu, anaknya, Feng Kai, yang baru berusia 1,5 tahun didiagnosa menderita leukimia.

Untuk melakukan pengobatan medis, tentu butuh biaya yang sangat besar. Kerabat Feng mencoba membujuk ia dan istrinya untuk menyerah karena beban finansial yang berat akan semakin menyulitkan mereka, namun itu tak berhasil. Feng memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai montir sehingga ia bisa fokus merawat putranya. Dua tahun terakhir, keluarganya telah menghabiskan uang sebanyak 370.000 yuan, atau sekitar 715 juta rupiah, untuk membiayai perawatan Feng di rumah sakit. Untuk menutupi biaya tersebut, Feng meminjam uang sana sini tapi tetap tak mencukupi. 

Menjual pelukan seharga 10 yuan demi membiayai pengobatan anak yang idap leukimia. (Foto: Shanghaiist)

Untuk itu, berusaha mencari uang dengan cara lain. Ia mengenakan kostum beruang dan menawarkan pelukan seharga 10 yuan di jalanan. Tergantung di lehernya sebuah papan berisikan cerita tentang sang anak.

Menjual pelukan seharga 10 yuan demi membiayai pengobatan anak yang idap leukimia. (Foto: Shanghaiist)

Awalnya, Feng tak dihiraukan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sana. Melansir dari situs Shanghaiist, Feng hanya berhasil "menjual" tujuh pelukan dan mendapat sekitar 100 yuan. Sementara perawatan putranya menghabiskan 1000 yuan per hari.

Menjual pelukan seharga 10 yuan demi membiayai pengobatan anak yang idap leukimia. (Foto: Shanghaiist)

Beruntungnya, cerita Feng berhasil mencuri perhatian banyak orang. Sehari setelah fotonya tersebar di internet, Feng mendapatkan donasi lebih dari 180,000 yuan dari netizen. Semoga perjuangan ayah ini mendapatkan hasil yang terbaik untuk anaknya!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading