Sukses

Lifestyle

Kata Anak Muda Soal Buruh Indonesia, Sudah Makmur?

Fimela.com, Jakarta Setiap perayan Hari Buruh yang jatuh setiap tanggal 1 Mei selalu diwarnai aksi demonstrasi. Tahun ini, para buruh pun kembali menyampaikan tuntutannya terkait upah juga kesejahteraan dan perlindungan yang dinilai menurun dalam dua tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, yang mana ia tak membenarkan jika para buruh telah mendapatkan perlindungan yang lebih baik dari negara. "Jadi pernyataan Menteri Tenaga Kerja bahwa perlindungan kaum buruh makin membaik, itu tidak benar," tegas Said dilansir dari Liputan6.com.

Ilustrasi demo buuruh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berkenaan dengan hal tersebut, para buruh pun kembali mengangkat isu HOSJATUM, yaitu:

1. Hapus outsourcing dan pemagangan

2. Jaminan sosial direvisi, yaitu jaminan gratis seluruh rakyat dan jaminan pensiun buruh sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 60 persen dari gaji terakhir.

3. Tolak upah murah dengan mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Ilustrasi demo buruh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Setiap tahun, tepatnya dalam peringatan May Day, berbagai tuntutan tentang kesejahteraan buruh terus disuarakan. Lalu seperti apa sih tanggapan anak muda Indonesia terkait kemakmuran para buruh yang terus diperjuangkan?

Kata Anak Muda Soal Kemakmuran Buruh Indonesia

Sutan Dholi (25), Karyawan Swasta. (Foto: Dok. Pribadi)

Buruh di Jabodetabek menurut gw belum cukup makmur karena pada umumnya buruh memiliki upah rendah karena emang kalo di Indonesia standar upahnya jauh lebih rendah. 

Banyak banget isu yang terkait dengan buruh selain upah rendah, diantaranya eksplotasi dan kurangnya tunjangan hidup seorang buruh. Dengan biaya hidup di Jabodetabek yang terus meningkat, tentunya hal ini sangat kontradiktif. Kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup buruh menurut gue adalah dengan mengupayakan dan mengedukasi buruh untuk dapat hidup mandiri, seperti berwirausaha dan memanfaatkan kesempatan yang lebih terbuka lebar dalam memafaatkan teknologi informasi. - Sutan Dholi (25), Karyawan Swasta.

Abdi Nurdiansyah (27), Karyawan Swasta. (Foto: Dok. Pribadi)

Buruh lebih makmur kayanya daripada wartawan, cicilan motornya aja type motor besar sementara karyawan biasa aja. Tapi ini lebih ke karakter orang masing-masing sih, semenjak banyak demo-demo buruh yg direalisasi terutama UMR, kayanya buruh jadi kaya OKB (Orang Kaya Baru) deh apa aja dibeli hehe. - Abdi Nurdiansyah (27), Karyawan Swasta. 

Retno Ayu (26), Jurnalis. (Foto: Dok. Pribadi)

Makmur melihat gimana kebutuhan mereka, tapi kalau diliat darituntutan-tuntutan setiap mereka demo atau hari buruh selalu meminta nominal yang terbilang cukup tinggi setingkat karyawan-karyawan. Kalau mereka benar sudah mendapat sejumlah nominal itu seharusnya makmur. Tapi kenyataannya setiap demo mereka masih selalu minta angka lebih dan lebih itu, berarti seharusnya sudah makmur dengan angka segitu, toh karyawan-karyawan pun justru tidak bisa mengeluh meminta naik gaji tapi terlihat makmur-makmur aja - Retno Ayu (26), Jurnalis.

Fitri Andiani (25), Editor Bintang.com. (Foto: Dok. Pribadi)

"Waduh kalo udah makmur atau belumnya sih subjektif ya. Kan tolak ukur kemakmuran tiap orang beda-beda. - Fitri Andiani (25), Editor Bintang.com.

Atina Bilqis (25), Karyawan Swasta. (Foto: Dok. Pribadi)

"Kalo gue bilang sih masih ada 30% (buruh) yg belum. Masih ada yg belum dibayar hak-haknya sesuai peraturan yg berlaku/sesuai kesepakatan. - Atina Bilqis (25), Karyawan Swasta.

Nah itu dia tanggapan dari para anak muda tentang kesejahteraan para buruh, kalau menurut kamu gimana?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading