Sukses

Lifestyle

Kekerasan, Mengapa Banyak Terjadi pada Perempuan?

Next

domestic violence

Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2012, ada lebih dari seratus ribu kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi pada 2011 lalu. Dan sebagian besar dari kasus kekerasan tersebut terjadi di ranah domestik atau KDRT. Jika dirunut dengan panjang, ada banyak hal yang menjadi penyebab kekerasan terhadap perempuan, dan sebenarnya pihak perempuan juga nggak bisa sepenuhnya disalahkan. Dalam kasus KDRT, perempuan selalu menjadi korban. Masalah ekonomi, anak, hubungan dengan mertua, atau yang paling ekstrem, karakter suami yang temperamental, adalah penyebab umum terjadinya masalah internal rumah tangga.

KDRT biasanya terjadi karena ada pihak yang ingin lebih dominan atau lebih bisa mengontrol yang lain, untuk menjadi yang paling berkuasa di rumah. Penunjukkan kekuasaan itu  pun dilakukan dengan banyak cara, mulai dari mengancam, menyakiti korban, sampai menyakiti orang-orang yang dekat dengan korban. Ada juga kekerasan ekonomi, yang biasanya disebabkan pihak suami yang nggak lagi bisa memberi nafkah kepada istri dan keluarganya, atau juga perselingkuhan, yang menyebabkan istri ditinggalkan sehingga kehilangan pemberi nafkah. Sementara untuk kasus kekerasan nondomestik yang kini banyak terjadi adalah pemerkosaan, khususnya yang berhubungan dengan penggunaan sarana transportasi publik. 

Dari segi usia---masih berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan---korban paling rentan kekerasan adalah perempuan usia 25-40, meskipun data di lapangan menunjukkan bahwa korban sebagian besar berusia antara 13-40. Ini artinya, dalam rentang usia yang lebih panjang tersebut, ada lebih banyak jumlah korban dari kekerasan yang terjadi. Jika dilihat dari kasus pemerkosaan yang terjadi dalam sarana transportasi publik, mungkin ada yang mengatakan bahwa perempuan bisa jadi faktor penarik atau pemicu, misalnya dari pakaian yang dikenakan saat berada di tempat umum. Namun, kalau yang menjadi korban nggak berpakaian seperti yang dituduhkan tersebut, kesalahan seharusnya nggak lagi ditimpakan kepada perempuan.

 

Next

 

abusive husband

Sebaliknya, hal itu berhubungan dengan niat dan karakter pelaku kekerasan. Jika seorang penjual sayur yang berpakaian seadanya pun menjadi korban pemerkosaan saat ia naik kendaraan umum sendirian, itu terjadi karena adanya niat dan karakter buruk si pelaku, serta kesempatan, di luar penilaiannya tentang penampilan korban. Selain masalah genetik, karakter seseorang bisa terbentuk karena faktor lingkungan. Pelaku pemerkosaan bisa saja besar dalam keluarga kebanyakan yang jauh dari kasus kriminal, misalnya, namun jika ia lebih banyak menghabiskan waktu bergaul dengan orang-orang yang dapat mendorongnya melakukan hal itu, sehingga ia nggak memiliki quality time yang cukup bersama keluarga, nggak heran ia melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, baik fisik atau psikis.

Untuk mengurangi risiko kekerasan tersebut, minimal terhadap diri sendiri, sebaiknya perempuan lebih aware pada sekitarnya. Jangan menciptakan kesempatan terhadap kejahatan, misalnya dengan berada sendirian di daerah yang sepi atau nggak kita kenal. Sesuaikan setiap pakaian yang kamu kenakan dengan jenis acara atau lokasi, misalnya, kamu sebaiknya nggak memakai rok mini ketika nggak ada yang bisa menemanimu menghadiri pernikahan teman, atau saat naik kendaraan umum. Meski sudah ada kebijakan layanan pemerintah untuk perempuan korban kekerasan, namun para korban cenderung menutup diri sehingga nggak melaporkan kasusnya kepada pihak berwenang, karena itu dianggap akan membuka aibnya dan keluarga.

Di sini, perempuan korban juga perlu lebih terbuka, selain untuk menyelamatkan dirinya, juga mengurangi risiko kemungkinan kekerasan berikut yang bisa terjadi padanya atau perempuan lain. Selain itu, dari segi hukum, seharusnya setiap ketentuan yang dibuat lebih berperspektif perempuan korban, sehingga penanganan kasusnya pun lebih ramah perempuan. Ini tentunya perlu menjadi catatan pemerintah, bahwa perempuan belum mendapatkan kemudahan prosedur yang maksimal dalam mengakses keadilan untuk diri mereka sendiri. Mekanisme peradilan dengan perspektif HAM dan gender perlu diperbaiki untuk kebaikan perempuan.

Jadi, perempuan seharusnya lebih dihargai, nggak hanya di Hari Perempuan Sedunia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading