Sukses

Lifestyle

Melajang, Nasib atau Pilihan?

Next

“Lajang itu antara untung dan rugi buat saya. Untungnya jelas merdeka, ruginya juga jelas, kesepian. Bukan keadaan ya, tapi pilihan. Dapat pasangan yang ‘pas’ itu nggak gampang, jadi memang pilihan saya untuk nggak terburu-buru menentukan pasangan saya. Harus klop semua, termasuk dengan keluarga saya. Kalau kesepian, siapa sih, yang nggak merasa kesepian kalau sehari-hari sendirian terus?” jawab Dewi, enterpreneur, 28 tahun.

Banyak orang yang “terjebak” dengan ke-single-annya. Mulanya mengenyampingkan urusan cari jodoh karena sedang menikmati pekerjaan dan fokus mengejar karier. Ketika sadar semua sudah terpenuhi, justru perasaan “sudah telat” yang akhirnya muncul. Jebakan itu sukses membuatmu jadi lajang yang awalnya pilihan jadi keadaan. Belum lagi ditambah pandangan sinis masyarakat akibat masih melajang di “usia rawan”.

Ratih Andjayani Ibrahim, Psikolog Perilaku Perempuan, mengatakan, â€œKebanyakan orang takut melajang karena kesan yang ditimbulkan dalam masyarakat stereotip atau kaku. Kesan perempuan tidak laku, turun pasaran, tidak oke, atau perawan tua masih jadi momok mengerikan, dan kaum perempuan sendiri tidak siap mendengar pandangan-pandangan ini. Makin lama menikah, makin banyak yang berkomentar.”

Nggak cuma lantaran karier, lajang pun bisa jadi pilihan karena masa lalu yang membuatmu sengaja menghindari bersinggungan dengan laki-laki, apalagi berkomitmen. Luka masa lalu membuat kita terkadang menjadi takut melangkah, terlalu berhati-hati sampai lupa bahwa kehati-hatian itu membuat kita nggak bergerak maju, stuck di satu titik sampai akhirnya membuat lawan jenis menjauh karena merasa nggak mungkin mengganggu hidupmu yang menurut mereka sudah ada di zona nyaman.

Ini terjadi pada Syarahsmanda, feature editor, 24 tahun. Ketika ditanya kenapa masih melajang sampai sekarang, ia pun berbagi cerita, “Status single itu pilihan. Aku nggak pacaran karena aku memang nggak mau sakit hati gara-gara laki-laki. Aku bukan tipe orang yang gampang sayang juga sih, sama orang. Pernah pacaran satu kali, waktu awal kuliah, sekitar 1,5 tahun. Terus setelah putus butuh jeda sekitar 4 tahun untuk sayang lagi sama orang lain, itu pun nggak pacaran karena dia sudah punya pacar. Pernah bilang dia sudah putus, tapi belakangan aku tahu dia cuma bohong. Masalahnya dia benar-benar memperlakukan aku seperti pacarnya. Itu yang nyakitin. Sempat punya target umur 28 menikah, tapi ya jalani saja apa yang ada di depan mata. Aku nggak akan mencari mereka, mereka yang harus datang sendiri. Nggak ngoyo-lah. I’am happy with my life, seriously.”

Next

 

Atau, kamu menyalahkan pendidikan tinggi dan posisi puncak karier sebagai penyebab utama kelajanganmu, yang membuat laki-laki enggan mendekat? Mungkin memang ada laki-laki yang merasa minder dengan prestasi dan karier perempuan yang cemerlang, tapi pernahkah sesekali melihat ke atas, bahwa kalau ada perempuan lajang dengan karier cemerlang, pasti ada pula pria lajang yang bernasib sama, yang merasa belum menemukan tambatan hati karena juga berpikiran nggak ada perempuan sukses yang masih lajang? Intinya adalah kepekaan, optimisme, dan yang terpenting, positive thinking.

Perlakukan status lajang seperti ketika kamu di posisi mulai meniti karier. Optimisme, mimpi, dan pikiran positif yang akan menggiringmu jadi perempuan menyenangkan dengan sejuta mimpi. Ketika orang lain melihat hidupmu begitu sempurna lengkap dengan kesupelanmu itu, secara nggak langsung kamu sudah mempromosikan dirimu sendiri. Orang akan terus mengingat betapa menyenangkannya dirimu dan dengan sendirinya ikut memikirkan siapa yang pantas menjadi pendampingmu, seseorang yang juga sama menyenangkan dan berprestasinya dengan dirimu.

“Aku perempuan yang nggak suka diatur, itu juga yang membuat aku berpikir ulang untuk berkomitmen. Atau, mungkin aku memang belum butuh laki-laki?” Syarahsmanda menambahkan. Hati-hati dengan ego. Lajang terlalu lama artinya membiarkan diri sendiri bermanja-manja. Karena nggak ada orang lain yang harus dimengerti atau dijaga perasaannya, kamu terlalu santai mengikuti semua kemauanmu, dan nggak jarang orang-orang di sekelilingmu ikut “dipaksa” mengikuti apa yang jadi maumu. Siapa yang tahan seumur hidup bersanding dengan tipe egois dan pengatur nomor satu? Hubungan adalah komitmen antara dua orang yang kedudukan, hak, dan kewajibannya sama. Nggak ada yang lebih menonjol atau superior dibandingkan pasangannya. See? Well, melajang itu keadaan atau pilihan, ini pendapat Syarahsmanda, “Kalau sampai sekarang belum dikasih pasangan, itu artinya aku memang belum siap.” Bisa jadi itu benar. Apa kalian juga berpikir begitu? Lalu, kapan siapnya? Nggak akan siap kalau kamu nggak pernah berniat mempersiapkan dirimu menerima seseorang itu. Nah!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading