Sukses

Lifestyle

Kerja Di Jakarta, Tinggal Di (Pinggir) Kota. Konsekuensinya?

Next

Macet JakartaMacet di Jakarta rasanya bukan berita baru lagi. Hampir setiap hari pasti semua orang akan merasakan kekusutan lalu lintas Ibukota setiap hari. Nggak hanya lalu lintas Ibukota, jalur kereta api menuju Jakarta juga ternyata nggak kalah kusutnya. Tapi, dari sekian banyaknya kendaraan yang lalu lalang di Jakarta, apakah mereka semua berdomisili dan merupakan penduduk Jakarta?

Jakarta sebagai Ibukota dan pusat kegiatan perekonomian masih menjadi daya tarik tersendiri bagi mayoritas penduduk di Jabodetabek sebagai tempat mencari nafkah. Alhasil, nggak heran jika setiap hari lalu lintas darat menuju Jakarta selalu padat setiap pagi.

Tidak hanya masalah pekerjaan, tumbuhnya perumahan-perumahan di daerah Tangerang, Bekasi, dan Depok juga menjadi daya tarik sendiri bagi para penduduk Jakarta untuk memilih wilayah hunian yang lebih asri. Namun, di sisi lain, mereka juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan di Jakarta. BSD, Jatiwaringin, Depok, Alam Sutera, hanyalah beberapa deret wilayah hunian yang menjadi sasaran para penduduk Jakarta saat mencari tempat tinggal baru.

Next

Macet JakartaSelain masalah harga tempat hunian yang masih dikatakan terjangkau (dibandingkan dengan Jakarta), perumahan di daerah pinggiran Jakarta juga menawarkan lingkungan yang masih asri. Wilayah-wilayah seperti ini biasanya menjadi incaran para keluarga kecil baru.

Berdomisili di luar Jakarta namun harus tetap bekerja setiap hari di Jakarta, tentu memiliki konsekuensi tersendiri bagi para commuter. "Saya tinggal di daerah Bintaro dan kantor di daerah Jakarta Selatan. Selama ini, yang pasti saya harus meninggalkan rumah selalu tepat waktu. Berselang 5 menit saja terlambat dari rumah, saya pasti akan terkena macet yang lebih menggila. Dan akhirnya akan sangat terlambat sampai di kantor. Yang seru adalah ketika saya terjebak macet maka kemahiran saya berdandan pun akan diuji. Sebisa mungkin saya sudah merapikan diri di mobil karena terkadang tidak ada waktu lagi untuk dandan kalau sudah kesiangan sampai di kantor," ujar Nina, Account Executive.

Next

Macet JakartaHal yang sama pun dirasakan oleh Dini yang tinggal di wilayah Bekasi Barat. Agar tidak terjebak macet parah dan masih bisa mendapatkan tempat duduk di bus, Dini selalu meninggalkan rumah pada waktu yang sama setiap hari. "Setidaknya paling lambat pukul 06.30 saya sudah harus menunggu bus. Kalau lewat sedikit dari waktu itu, bus akan sangat padat dan pasti jalanan juga akan lebih terasa seperti neraka. Berangkat pagi pun hampir selalu terkena macet, apalagi kalau saya kesiangan. Saya nggak bisa membayangkan stresnya di jalan," Dini berkomentar.

Berbeda dengan Nina dan Dini, Ari seorang commuter yang tinggal di wilayah Bogor ternyata cukup menikmati perjalanan panjang dengan kereta dari Bogor menuju kantornya di wilayah Tebet, Jakarta Selatan. Malang melintang bekerja di bidang media di Jakarta selama belasan tahun, tak pernah sekalipun terlintas di benak Ari untuk mencoba kos di Jakarta. “Ya memang saya harus berangkat pagi supaya tidak terlalu siang tiba di kantor. Rasanya sudah bukan rahasia lagi bagaimana kondisi kereta dari Bogor menuju Jakarta setiap hari. Seolah-olah gerbong kereta tidak akan pernah cukup menampung semua penumpang dari Stasiun Bogor. Tapi, sejauh ini saya sangat menikmati perjalanan Bogor-Jakarta. Terlebih saat saya naik kereta ekonomi. Di tengah-tengah penumpang yang berjejalan, saya masih bisa menikmati pengamen dan para pedagang yang berlalu lalang dengan berbagai cara mereka yang unik,” ujar Ari.

So, hidup memang selalu berbicara tentang pilihan, Fimelova. Buat kamu yang memilih untuk menjadi seorang commuter, pasti sudah tahu konsekuensinya kan? Jadi, nikmati konsekuensi menjadi seorang commuter, siapa takut!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading