Sukses

Lifestyle

Reda Gaudiamo. YouWork #3: Learn New Skills!

fax

image courtesy @lartpourlart

Kadang-kadang, kalau nasib sedang bagus, ada yang mau mengajari. Kalau yang mengajari  itu ternyata peramah, sabar, dan tidak sombong, wah nasib bagus banget, tuh. Kalau kita nggak ngerti, dia bersedia mengulang, mau mengajari dengan tempo lambat, nggak buru-buru, nggak pake ngomel bonus senyum? Hadeeeeuh, berkat surgawi itu namanya dan musti disyukuri. Karena sungguh tak banyak orang rela meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dengan kita.  

Saya masih ingat betul ketika harus mengirim fax untuk pertama kalinya. Mendengar kata ‘fax’ baru hari itu. Kenalan dengan mesinnya, ya hari itu juga. Ceritanya saya nggak mau nanya sama siapa pun. Tetapi setelah pencet sana sini dan tak terjadi apa-apa, saya terpaksa bertanya pada Mbak Sekretaris, yang dengan ogah-ogahan memberi penjelasan. No smile? No problem. As long as you teach me how, I am fine. Cukup sekali itu diajari, besoknya saya keranjingan main mesin fax (nggak bener banget!).

Belajar hal baru itu selalu menguntungkan. Pertama, karena memudahkan pekerjaan. Nggak ngerepotin orang. Kedua, bisa jadi nilai tambah buat diri sendiri.

Keahlian –di luar bidang yang dipelajari di bangku kuliah- menjadi bahan pertimbangan utama ketika saya harus memilih anak buah. Kalau beberapa calon mengaku punya IP yang sama tinggi, maka saya pasti mencari kolom keahlian yang dikuasai. Menguasai bahasa Inggris, Microsoft Office, sekarang jadi hal biasa. Semua orang bisa. Tetapi kalau ada tambahan bisa bahasa asing selain bahasa Inggris, menguasai software lain –photoshop, indesign—public speaking, juara pidato/debat, aktif di organisasi (syukur-syukur pernah jadi ketua atau bendahara atau sekretaris)… saya tahu siapa yang harus dipilih.

Belajar hal baru, keahlian baru, itu perlu. Kadang, diperlukan waktu khusus untuk menguasainya. Bisa keluar duit juga.  Kalau memang sungguh dibutuhkan, ya usahakanlah itu. Tak apa agak berhemat jajan dan belanja sedikit dua dikit sekarang.  Yang penting, hal yang dipelajari itu dijalani dengan sungguh, sehingga keahlian didapat dan duit nggak terbuang mubasir.  Malah bisa balik berlipat-lipat nantinya. Beneran!

Buat meyakinkan teman-teman agar mau belajar keahlian baru, saya punya contoh lain. Tokohnya, bapak saya sendiri. Karena satu dan lain hal, dia cuma sekolah sampai tingkat SMP (jaman Belanda). Ketika sadar bahwa ijazah SMP tak akan membawanya melangkah jauh di dunia kerja, ia mulai belajar aneka hal. Mulai dari mengetik 10 jari lancar tanpa ngintip sampai fasih berbahasa Spanyol. Ada yang lewat kursus, tetapi banyak yang dipelajari sendiri pakai buku, kaset atau bertanya ke banyak orang. Bahasa Jepang –misalnya- ia pelajari dalam waktu seminggu dan membuatnya bisa jadi penerjemah di kedutaan Jepang, mengalahkan para sarjana. Bahasa Prancis –dikulik habis lewat kaset yang diputar siang malam—mengantarnya sampai ke posisi wakil atase perdagangan kedutaan Prancis di Indonesia, merontokkan calon-calon yang bergelar heboh.. Itu cuma sebagian dari hasil ‘kegilaannya’ belajar. Kalau dijembreng semua di sini, bisa nggak habis-habis ceritanya dan bikin saya minder saja. Nggak bakalan bisa menang, deh.

So, have you learned something new today?

QUESTION OF THE DAY:

  • Keahlian apa yang diperlukan di pekerjaan saat ini, tapi belum Anda kuasai?
  • Kapan mau mempelajari hal itu?
  • Aturlah waktu, buat target, dan laksanakan.

reda gaudiamo

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading