Sukses

Lifestyle

4 Alasan Mengapa Move On dalam Waktu Singkat Itu Perlu

Next

Jayne dan Neil, misalnya. Pasangan asal Inggis ini punya kehidupan pernikahan bahagia selama enam tahun. Namun, sindrom kematian mendadak dewasa (SADS) membuat Neil meninggalkan Jayne dan kedua anak mereka selamanya. Enam bulan kemudian, Jayne berhasil move on. Dia dekat dengan Adam, laki-laki yang saat ini menjadi tunangannya, bahkan sudah memiliki anak darinya. Banyak yang mengatakan, hubungan itu terlalu cepat. “Tentu saja aku tak pernah membayangkan hidupku akan berjalan seperti ini,” ungkap Jayne. “Aku tahu banyak yang mengatakan ini terlalu cepat, dan tak mudah mengatakannya kepada orangtua ataupun teman-teman Neil, tapi ini yang terbaik untuk kami, dan kami pikir kehadiran bayi adalah cara indah untuk makin mengukuhkan hubungan ini,” lanjutnya.

“Yang paling berat memang ‘hukuman sosial’. Terlalu cepat ganti pasangan akan membuat kita dicap tak setia, selingkuh, atau pandangan negatif lainnya. Hal ini terlalu sensitif dan mudah memancing fitnah,” Nessya (28, writer) berpendapat. Batalnya pertunangan Nessya dengan sang mantan sempat membuatnya mendapat hukuman sosial itu. “Bahkan, cap buruk juga kuterima dari keluarga besar. Aku berpisah, dan kebetulan dalam waktu empat bulan aku dipertemukan dengan suami sekarang. Itu membuat mereka sempat menduga yang tidak-tidak, padahal tiap orang punya cara sendiri untuk menemukan kebahagiaanya,” lanjut Nessya. Salahkah, menemukan orang baru yang dirasa tepat untuk mengisi hari-hari kita? Tentu tidak. Alasannya, klik halaman berikutnya, Fimelova.

Next

Lupakan masa lalu, sambut yang baru

Pakar kencan online sekaligus penulis buku laris The Perils of Cyber-Dating, Julie Spira, mengatakan kalau melupakan masa lalu adalah cara terbaik untuk memulai hubungan baru yang sehat. “Kamu tak akan benar-benar terbuka untuk hubungan baru yang sehat kalau kamu belum sepenuhnya menutup pintu masa lalu,” jelasnya. Spira sama sekali tak menyinggung masalah waktu karena kesiapan mental seseorang, kebesaran hati, dan kemauannya untuk beranjak dari masa lalu berbeda-beda. Memang tak bisa menjadikan waktu sebagai patokan.

Masa-masa sulit mengantarkan kebaikan

Hal pakem perihal masalah hati adalah bahwa pengalaman buruk dan masa-masa berat yang dialami dalam hidup akan membawa kita kepada kebaikan, ungkap psikolog Amy Johnson. Siapa pun tak boleh putus harap, karena ada yang membutuhkan penantian panjang untuk mendapatkan kebaikan itu, tapi ada yang beruntung mendapatkannya dalam waktu relatif singkat. Itulah yang namanya anugerah. Katanya, “Banyak penulis besar, pengusaha, dan aktivis menemukan lagi gairahnya setelah melalui masa sulit, termasuk putus cinta. Pikirkan hal ini sebagai kesempatan untuk ‘melakukannya dengan lebih baik’ di lain waktu.”

Membedakan antara pelarian dan kesempatan

Psikolog sekaligus konselor hubungan Jennifer Oikle mengatakan putus cinta sebagai masa peralihan hati, sehingga dia menyarankan untuk melewati masa-masa itu, menikmatinya, baru kemudian memikirkan hubungan baru. “Jangan sampai memulai hubungan saat kondisi psikologis tidak siap,” tegas Oikle. Waktu bukanlah patokan, tapi memastikan seseorang yang datang menawarkan cinta baru bukan sebagai pelarian membutuhkan kedewasaan. Kuncinya, saat kita bisa mandiri dan merasa tak membutuhkan sosok untuk membuat kita bahagia, itulah kesempatan tepat untuk memulai hubungan baru.

Cinta saja belum cukup…

Ada benarnya Jayne gelisah saat harus mengatakan kalau dirinya sudah menemukan pengganti Neil kepada keluarga dan teman-teman mantan suaminya itu, atau keresahan Nessya yang sempat merasa mendapat cap buruk atas hubungan cintanya. Sadari, sekadar cinta untuk membangun sebuah hubungan tentu belum cukup. Makin dewasa, makin banyak pertimbangan untuk memutuskan hal yang berhubungan dengan masa depan, termasuk menentukan orang yang tepat untuk ada di samping kita seumur hidup. Anggaplah, keluarga dan lingkungan sebagai penguji keseriusan hubungan baru itu, kalau tak mau menyebutnya sebagai ‘hukuman sosial’.

FIMELA.com pernah membahas soal lika-liku menjalin hubungan baru setelah putus cinta, dan di sana psikolog Rosdiana Setyaningrum, owner ADR Adisory, mengungkapkan kalau memiliki pasangan lagi setelah berpisah dengan mantan bukan sebuah kesalahan, asal tak membawa-bawa masa lalu dalam hubungan yang baru itu. Lagi-lagi, menentukan waktu tepat untuk menjalin hubungan anyar, bukan soal lama atau barunya perpisahan sebelumnya terjadi, tapi soal bagaimana kita sanggup berpaling dan bangkit dari kehidupan yang lalu. Bangun dari mimpi kemarin, temukan mimpi baru hari ini dan esok. Itulah hidup, indah dengan segala macam cara cinta bermain di dalamnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading