Sukses

Lifestyle

Tuhan, Kenapa Aku Dilahirkan Jika Fisikku Justru Jadi Hinaan?

Kita tak pernah bisa memilih ingin dilahirkan seperti apa. Tak pernah bisa kita memutuskan ingin memiliki rupa yang bagaimana. Namun, kita selalu punya pilihan untuk menjadi wanita kuat, seperti kisah yang dialami salah satu sahabat Vemale ini untuk Lomba Menulis #MyBodyMyPride.

***

Tulisan ini saya maksud untuk mengeluarkan isi hati saya selama ini. Perasaan yang selalu membuat saya tidak percaya diri, merasa iba dengan diri saya sendiri, kecewa, bahkan sempat saya membenci diri saya sendiri. Kenapa saya tercipta dengan kondisi/keadaan fisik seperti ini?

Kalau saja ada pertanyaan kalau kamu dilahirkan kembali kamu ingin menjadi seperti siapa atau seperti apa? Maka saya akan menjawab, “Tidak, saya tidak ingin dilahirkan!” Ini sangat menyakitkan untuk saya. Beberapa kali saya tidak bisa menerima keadaan saya (fisik). Bahkan saat orang-orang atau teman saya melontarkan pernyataan ‘itu’, sekali pun bagi mereka hanya bersifat candaan semata, hal itu membuat saya sangat terpukul.

Sudah tidak perlu diperjelas lagi, candaan saja sudah membuat saya down apalagi sebuah kalimat yang benar-benar menghina. Menangis tentu saja, apalagi yang bisa saya lakukan selain menerima dan menangis (menangis dalam hati atau sempatkan diri ke toilet untuk menangis atau sekadar membuang muka saat mereka melontarkan perkataan itu). Karena saya tidak bisa meminta peri atau bahkan Tuhan untuk mengubah seketika fisik saya. Kemudian saya hanya bisa mendiami orang yang telah menghina saya, karena memang kenyataannya demikian.

Hal ini yang membuat saya merasa terisolir dari pergaulan. Saya tidak seperti kebanyakan anak perempuan yang lainnya. Saya tidak suka selfie dan difoto, karena saya tidak suka dengan fisik saya sendiri. Hal ini pula yang selalu menjadi pusat perhatian teman-teman kepada saya. Dan lagi menjadi bahan ejekan mereka.

Saya lebih banyak diam dan tidak terlalu mencampuri dunia perempuan. Karena bagi saya itu percuma saja atau bahasa yang lebih halusnya adalah karena saya tahu diri. Saya tidak cantik, ya memang, bisa dibilang jauh dari standar cantik. Dengan warna kulit saya yang gelap, tubuh kurus, wajah jerawatan, hidung besar, bisa jadi postur/fisik saya mirip cowok. Sudah tentu menjadi mangsa bahan bully orang-orang usil yang merasa dirinya perfect, tanpa dosa.

Bukannya tidak mau mengubah atau merawat diri. Saya pun perempuan yang tetap ingin terlihat cantik. Hampir semua produk dengan ukuran kantong saya telah saya coba, namun hasilnya tidak signifikan untuk saya. Malah membuat semakin parah.

Pernah saya membeli suatu produk perawatan dengan harga yang jauh dari murah untuk ukuran saya, hasilnya terlihat jauh lebih baik, tapi tidak berlangsung lama. Karena memang dari sayanya yang selalu mencoba-coba dengan sesuatu yang baru ditambah biaya tersebut yang terbilang mahal untuk ukuran saya. Ternyata benar kalau cantik itu mahal. Lagipula kegiatan tersebut cukup meyita waktu untuk saya yang memiliki karakter simple seperti ini.

Kejadian yang tidak menyenangkan ini telah berlangsung ketika saya SMP hingga saat ini, saya sudah bekerja. Ketahuilah teman-teman, inilah alasan lain yang membuat saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja saya. Saya sudah tidak sanggup lagi menerima setiap perkataan yang menyakitkan keluar dari kata-katamu, temanku.

Cukup di kantor saja kalian bisa menghina saya dengan sangat sehina-hinanya tidak perlu dibawa hingga keluar kantor. Panggilan itu sangat sakit didengar telinga saya, sangat menusuk hati saya. Bahkan perkataan kalian itu membuat saya sangat malu sejadi-jadinya, hingga mungkin rasanya ditelanjangi di muka umum seperti ini.

Dan ketahuilah hal ini, dari dulu saya tidak pernah menghina fisik siapa pun! Tidak satu orang pun. Bahkan kepada orang yang tidak saya suka sekali pun. Ingin rasanya membalas setiap hinaan kalian, karena saya pun tahu kecacatan kalian. Tapi hal itu hanya membuat saya semakin lemah dan lelah. Kalau saja saya tidak beragama, hal-hal negatif sudah pasti saya lakukan dari dulu. Untungnya agama lah yang membuat saya kuat hingga saat ini. Saya percaya Allah Swt. telah menciptakan rupa umat-Nya dengan bentuk yang sempurna.

Ya, pada akhirnya saya harus berdamai dengan diri saya. Menerima kondisi apapun dari kekurangan saya dan menyintainya. Memaafkan orang lain yang telah mem-bully saya. Biarlah kalian berkata apa, inilah saya, dan saya tidak akan mengubah apa pun dari diri saya hanya untuk disukai oleh orang lain. Saya menyukai apa adanya dari diri saya.

Kini saya memulai semuanya dari awal lagi, mewarnai kehidupan baru saya yang akan saya isi dengan kegiatan yang lebih bernilai positif untuk kemajuan diri saya. Maaf teman, walau saya telah memaafkan apapun yang telah terjadi, tetapi untuk kembali seperti di awal rasanya sangat sulit saya terima, ada rasa kecewa yang begitu dalam terkubur apik.

Semoga kalian bisa mengerti hal ini. Sekarang hati saya telah jauh lebih damai dari sebelumnya. Semoga kalian dapat belajar dari kejadian ini. Tidakkah kalian bisa merasakan sakitnya perasaan orang lain dari apa yang telah kalian ucapkan? Kalian tidak akan bisa benar-benar merasakan perasaan seseorang hingga kalian pernah berada di posisinya.

27 Oktober 2016

 

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading