Sukses

Lifestyle

Selamat Tinggal Suara Mesin Printer!

Apa resolusimu tahun ini? Apakah seperti resolusi sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba New Year New Me ini? Terkadang untuk mewujudkan sebuah resolusi besar, ada hal-hal yang memang harus kita lepaskan meski memang tidak mudah.

***

Entah kenapa ada perasaan yang berat sekal ketika bangun di pagi hari, harus siap-siap ke kantor. Menempelkan jempol di mesin absen, menyapa deretan teman Customer Assistants lalu jalan ke lorong dan bertemu teman-teman marketing, sedikit basa-basi. Kemudian naik tangga ke lantai 2 di mana barisan lelaki penjaga server telah siaga. Sedikit mengintip ke ruang kreatif, meja kerja yang dipenuhi oleh teknologi berlogo buah. Setelah itu barulah menuju meja di pojok ruangan, di samping barisan map-map besar dan printer. Ya! di sana, saya menghabiskan waktu dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Seringnya sih lebih dari itu, sampai jam 6 atau lebih.

Di malam harinya, mulai membuka laptop. Entah kenapa ini kebiasaan yang tak bisa dilewatkan. Kalau tidak menulis biasanya browsing dan mencatat sana-sini. Menempelkan sticky notes di atas kertas karton besar dan menghubungkan antara gugus satu dengan lainnya. Menghabiskan malam hingga tak ada gelap lagi. Keasyikan melakukan riset atau menari-nari di atas keyboard hitam, membuat saya menjadi teman begadang yang bisa diandalkan.

Rutinitas melelahkan./Copyright pexels.com

Sering sekali tidur setelah memanjatkan doa di pagi hari. Tiga jam kemudian bangun dan berangkat dengan wajah yang sudah terpoles make up, berjalan menggunakan sepatu hak. Satu setengah tahun sudah, hari-hari saya berada dalam lingkaran keseharian yang membosankan. Kalau weekend tiba, waktunya saya membawa tas ransel butut dan menggunakan sepatu sport untuk mengunjungi dunia lainnya. Jalan-jalan dari kota satu ke kota lainnya, dari pantai satu lalu belok ke hutan dan naik ke gunung.  Hm... bahagia sekali rasanya.

Bagi orang kantoran yang memiliki kegemaran traveling, tentu tahu rasanya euforia long weekend dan strategi mengambil libur. Sebenarnya sih masih bisa menyempatkan diri untuk jalan-jalan setiap minggunya, tapi seketika mempertanyakan banyak hal kepada diri sendiri. Tentang apa yang sebenarnya diinginkan, tentang impian yang pernah terucap dalam doa, lebih bahagia mendengar mesin printer atau suara menyeramkan di hutan. Lebih nyaman ada di bawah dinginnya AC atau di samping bemo yang mengeluarkan asap beracun.

Bermalam-malam dihabiskan dengan melakukan metode design sprint, metode menyelesaikan dan menguji masalah dalam bisnis. Saya aplikasikan cara tersebut pada diri saya. Berbagai pertanyaan saya lontarkan di depan cermin, lalu menuliskan jawaban ke lembar-lembar sticky notes. Kala itu dinding kamar terpenuhi dengan warna-warni sticky notes dan mengarahkan pada satu penyelesaian. Resign!

Akhirnya resign./Copyright pexels.com

Tak semudah berkata. Ada banyak konsekuensi yang harus dihadapi ketika kata itu tertuang di atas putihnya kertas. Detail rencana ke depan pun harus tersusun dengan rapi. Kesiapan akan ketidakjelasan rutinitas harus disandang. Kritik dan bisik-bisik tetangga yang pasti tidak akan berhenti. Melihat wanita berumur tinggal di rumah dan belum menikah. Apapun yang terjadi nanti, nyatanya 27 Desember 2016. Saya menjadi centre di depan teman-teman kantor yang berkumpul dalam suatu ruangan. Menyiapkan farewell party untuk saya.

Rencana saya sama gilanya dengan hasil riset saya. Kertas karton putih sudah penuh dengan tulisan, gambar, dan peta. Sebelum menyerahkan surat pengunduran diri. Kertas karton tertempel jelas di dinding kamar. Berdiri di depannya dan tersenyum bangga. Meskipun jalan yang bakal dilalui nanti tidak bakal semudah apa yang ada di kertas karton itu. Saya telah mengalami puncak kejenuhan dan  telah menemukan kembali energi impian saya. Saya tahu bakal berat tapi saya siap untuk menghabiskan waktu di depan laptop, menyusun kata menjadi cerita yang layak disampaikan.

Memulai hidup baru./Copyright pexels.com

Sebenarnya selain rutinitas di kantor, saya cukup sering memenangkan kompetisi menulis. Sesekali mengisi kolom di portal online. Menuliskan berbagai tempat-tempat indah di Indonesia. Hidup seperti itu memang tidak menjamin tabungan saya akan konsisten terisi, tapi sayangnya saya perempuan petualang yang terbiasa dengan medan berat dan situasi tak terduga. Saya dibentuk menjadi pribadi berani dan sigap oleh sebuah perjalanan. Bagaimanapun kondisi keuangan saya nanti, sayangnya saya sudah siap untuk menikmati apa yang benar-benar saya inginkan. Menulis dan jalan-jalan.

Ingin menerbitkan buku./Copyright pexels.com

Well, inilah saya di tahun 2018. Duduk di depan laptop di atas kasur yang penuh dengan buku-buku dan lembaran kertas. Di samping kanan ada botol minum. Bangun jam 4 pagi untuk bercakap dengan Tuhan, setelah itu pergi ke lapangan untuk lari memutarinya 3 kali. Sarapan dan membersihkan diri menghabiskan waktu 2 jam. Baca berita di portal media 1 jam. Jam 9 sudah menandakan saya harus beraktivitas. Menulis semua perjalanan yang telah saya telusuri.

Kini jam tidur saya lebih normal dari sebelumnya, tidak lagi tidur 3 jam sehari. Sekarang waktu tidur menjadi 6 jam sehari. Emosi dan pikiran saya jauh lebih stabil dengan bantuan pola hidup sehat.

Menjadi manusia beruntung adalah pilihan saya di tahun 2018, tidak ada lagi suara bising dari mesin printer, kaki yang sakit karena terus-terusan memakai hak tinggi, dan melewati pagi di depan cermin hanya untuk memoleskan bedak setebal 0,5 cm. Selamat datang diri yang bahagia. Selamat melakukan misi 2018. Menerbitkan sebuah buku!




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading