Sukses

Lifestyle

Menolak Pinangan Seorang Pria karena Belum Siap Meninggalkan Orangtua

Semenjak balita, orangtua kita akan selalu menjaga buah hatinya agar tidak terluka atau terjatuh. Mereka lebih banyak berkorban untuk kita, tanpa meminta apa pun. “Jagain kamu, Nduk!” dari dalam terdengar suara kecil yang mengerucut. Seorang wanita paruh baya yang hanya duduk sambil melipat baju. “Kini kamu udah gede, rasanya sulit kalau sampai melepaskanmu begitu cepat.”

Aku yang mendengarkan suara kecilnya, kini memilih menggigit bibir. Tak tahu, apa yang harus dilakukan, setelah mengingat bahwa pernikahan sudah di ambang pintu. Semenjak kecil, sosok ibu selalu mendekapku, di kala mendapatkan masalah, di saat bersedih maupun gembira. Ia yang menjadi satu-satunya alasan untuk cepat lulus wisuda kemudian bekerja. Tetapi kemudian ada lamaran dari seorang lelaki yang akan menikahiku. Rasanya seperti berat, seakan tidak ingin dipisahkan. Tapi, itulah jalan hidup yang tidak bisa dihindari, membangun rumah tangga baru.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/chuttersnap

Aku masih belum bisa membalas budi atas apa yang sudah ibuku korbankan sejak menginjakkan kaki di muka bumi. Gajiku hanya cukup untuk membiayai kebutuhanku, hanya sekian persen untuk ibu. Setelah aku merenungkan diri, sebagai anak terkadang terlalu egois. Memikirkan masa depan sendiri, lantas melupakan masa tua ibu dan ayah. Maka, aku tidak menerima pinangan itu, aku belum siap menjalani kehidupan baru tanpa ibu, meninggalkannya seorang diri. Aku masih ingin membahagiakannya, dengan terus berada di sampingnya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/felix russell saw

Setiap akan berangkat kerja, aku sempatkan untuk mengobrol bersama di meja makan, usai pulang kerja, kami juga saling bercerita, mendengarkan semua kisah-kisahnya, menonton TV bersama, dan terkadang aku memilih berbaring bersamanya di setiap malam. Aku ingin menjaganya, meski kesibukan di tempat kerja bahkan sampai lembur, ibu selalu menemaniku. Ia lebih sering membuatkan makanan kesukaanku, seperti pisang goreng dan teh hangat. Kesederhanaan yang menghangatkan suasana.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/kien do

Bagiku menjaga dia, tidak harus menungguinya seperti satpam, tetapi lebih mendengarkan kisahnya, menghargai, mengayomi dan memberikan perlindungan maupun pelukan hangat untuknya merupakan cita-cita semua orangtua di masa tua—di sisa-sisa akhir hidupnya. Kalau perlu, setelah menikah bawa sekalian beliau, karena pengorbanan orangtua membesarkan anak tidak akan pernah bisa dibalas dengan segunung emas sekalipun. Bahagiakan dia, kelak kita akan turut bahagia.



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading