Sukses

Lifestyle

Menikah di Usia Belia, Menyatukan Perbedaan Dua Keluarga Tidaklah Mudah

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Mendapatkan persetujuan untuk menikah di usia yang belia itu sangat sulit dari kedua belah pihak. Menikah bukan seperti pacaran yang bisa dan sangat mungkin untuk putus nyambung. Baiknya menikah itu sekali seumur hidup kita. Berbeda dengan zaman dahulu pernikahan dini itu sangatlah tinggi dan hingga saat ini pun masih ada di pelosok negeri ini orangtua yang menikahkan anaknya di usia remaja. Dengan alasan daripada berzina lebih baik dikawinkan saja.

Harus dengan pemikiran matang dan jurus jitu untuk meminta dinikahkan dengan laki-laki pilihan. Baru lulus kuliah saya memutuskan untuk dipinang. Perjuangan kami berdua untuk kata “iya” dari orangtua kami begitu alot. Berbagai syarat dari orangtua kami harus dilakukan dan diikuti.

Persyaratan pra nikah dilakukan, keterbukaan menjadi satu alasan kedua keluarga. Beratnya ada pada pihak lelaki yang meminta saya untuk menjadi bagian keluarganya yang baru. Dari mulai mahar yang diminta oleh keluarga saya. Padahal saya sendiri ikhlas diberi mas kawin berapa dan apapun. Satu yang pasti syarat saya tidak boleh ada madu di kemudian hari.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Keluarga saya meminta datang ke notaris dan meminta untuk perjanjian pisah harta. Keluarga laki-laki khususnya calon suami saya sangat tersinggung atas permintaan itu. Saya pribadi tidak memiliki pemikiran seperti itu, tetapi keluarga saya yang bersikukuh. Karena itu dilakukan untuk melindungi saya di kemudian hari. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan maka orangtua saya memberi perlindungan itu. Kemudian saya diperbolehkan untuk bekerja sesuai dengan keinginan saya dan hingga usia yang tidak ditentukan.

Calon suami saya memiliki dua adik yang belum selesai kuliah, maka pihak laki-laki meminta keikhlasan saya untuk calon suami saya membiayai kuliah kedua adiknya hingga lulus. Saya pun tercengang atas permintaan itu, dua adik. Kalau satu adik saya masih tidak keberatan. Dengan berbesar hati calon ibu mertua saya setuju hanya satu adik laki-lakinya saja.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Pertemuan yang sangat membuat waswas. Perasaan yang sangat tak karuan, bagaimana jika akad pernikahan ini batal? Keluarga saya yang sangat banyak meminta. Bagaimana jika calon suami saya yang tekadnya sudah bulat jadi melempem ?

Bagi ladies yang belum paham itu perjanjian pisah harta saya jelaskan sedikit saja. Pisah harta merupakan perjanjian sebelum dilangsungkan pernikahan yang di dalamnya dimuat cara pembagian harta bersama, berapa besaran persentase pembagiannya jika terjadi perceraian atau perpisahan dan managemen keuangan rumah tangga selama perkawinan berlangsung serta ketentuan pemisahan harta selama perkawinan berlangsung. Pada intinya perjanjian pisah harta ini diisi sesuai dengan kesepakatan masing-masing pasangan. Perjanjian ini tidak dibuat di bawah tangan ya ladies tetapi dibuat di hadapan notaris lalu dicatat di lembaga pencatatan perkawinan. Maka perjanjian ini mengikat secara hukum.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Pertemuan dua keluarga ini berlanjut ke pembicaraan acara resepsi. Saya mengutarakan bahwa pernikahan ini dilangsungkan di rumah orangtua saya dari akad hingga resepsi. Saya tidak ingin menyewa gedung. Bukan karena biaya saja tapi saya akan merasa sangat sakral jika akad dilangsungkan di rumah. Jika memang pihak keluarga keberatan boleh hanya akadnya saja di rumah.

Berbeda dengan keluarga dari pihak mempelai pria menginginkan pesta yang meriah dan mewah yang menghabiskan biaya yang lumayan besar. Saya menyampaikan kepada keluarga alangkah baiknya biaya yang cukup besar tersebut untuk uang muka pembelian rumah. Akad dilangsungkan di rumah dan resepsi di gedung dekat rumah orang tua saya, menjadi kata sepakat. Perjalanan dari rumah ke gedung resepsi menggunakan delman. Bisa dibayangkan delman tersebut adalah kereta kencana raja dan ratu sehari. Kesederhanaan dan kesakralan yang saya inginkan. Kemewahan kebahagiaan di dalam masa pernikahan itu yang saya harapkan kemudian.





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading