Sukses

Lifestyle

Suka Duka Punya Beberapa Sahabat dengan Satu Profesi yang Sama

Tidak semua orang bisa menyesuaikan dirinya pada profesi dalam pekerjaannya. Tapi, apabila profesimu sama dengan profesi sahabat-sahabat terbaikmu, rasanya sepusing apapun pekerjaan dalam profesi itu, ketika bisa sama-sama merasakannya, menyenangkan saja.

Aku dan sahabat-sahabat terbaikku sejak di bangku kuliah menyebut squad kami, sebagai "Angel Nurses" Karena kami sebagai perawat, sebuah profesi dalam lingkup dunia medis, yang hari-harinya bergelut dengan nyawa manusia. Hati baik siapa di dunia ini yang tidak menganggap perawat sebagai bidadari? Mungkin, yang berhati pahit saja.

Angel Nurses, berisi lima orang wanita, yang tentu saja cantik dan baik hati. Tidak bersama dalam satu instansi kerja, membuat kami banyak berbagi keluh-kesah selama bekerja. Tidak lupa pula, saling sharing perkembangan ilmu masing-masing.

Ilustrasi./Copyrigh unsplash.com

Kami tidak banyak waktu berkumpul bersama, karena shift kerja berbeda masing-masing, pun kadang krisisnya kantong. Jadi, sekalinya kumpul kami bisa berjalan seharian. Tertawa hingga sakit perut, foto-foto hingga lelah, belanja hingga kantong menipis, atau bahkan makan hingga ngantuk dan bersikap bodoh.

Ketika kami kumpul bersama, tak jarang kami bernostalgia. Tentang zaman kuliah, zaman di mana perjuangan akan begitu susahnya ingin jadi perawat sesungguhnya dirasakan. Belajar mati-matian saat ujian tulisan, atau pun tutorial. Saat turun praktek, harus bergelut dengan Asuhan Keperawatan yang tebalnya ampun-ampunan dan ditulis tangan dengan rapi, kemudian akan dicorat-coret kembali oleh pembimbing. Kami akan mengeluh satu per satu tentang hal itu. Dengan berbeda tanggapan.

Kemudian kami akan tersenyum bahagia saat cerita kami tiba di Yudisium--penggelaran. Saat nama kami bertambah gelar di belakangnya. Tiba di cerita wisuda, saat kami memakai toga, dan mengabadikan momen itu tanpa lelah. Senyum kami akan memudar lagi, saat cerita masuk di lelahnya mencari kerja setelah lulus. Bagaimana kami harus berjalan ke tiap-tiap rumah sakit dengan map di tangan, panas-panasan, hujan-hujanan, hanya demi membuktikan kepada orang tua kami, kami bisa bekerja setelah lulus, dan menjadi perawat yang sesungguhnya. Agar ilmu yang kami dapat selama bertahun-tahun, tidak mati ditelan waktu. Maklumlah, ilmu kami ilmu yang berkembang. Jika ditinggalkan, maka kami pun tertinggal.

Namun, takkan ada hasil tanpa proses. Proses yang kami jalani, berbuah hasil yang manis. Pelan-pelan, kami semua mendapat pekerjaan sesuai profesi kami. Dan hingga kini, kami bangga dan bahagia menjalaninya. Kami pun bersyukur, jika kami tidak mengalami semua hal itu, takkan ada yang bisa kami ceritakan dengan seru dan beragam ekspresi saat kami bersama.

Ilustrasi./Copyrigh unsplash.com

Bertahun-tahun bersama, bukan berarti tidak ada badai dalam persahabatan kami. Kami pernah diberi cobaan akan fitnahan orang lain, membuat dua di antara kami berlima salah paham dan pada akhirnya tidak bersua selama berminggu-minggu. Belum lagi, polemik percintaan, salah satu di antara kami pernah mempunyai kisah cinta yang tidak kami restui, sehingga dia pernah merasa kami tidak mendukungnya. Hingga menjauh dari kami. Padahal, kami punya sebab mengapa kami tidak merestuinya. Dan masih banyak lagi.

Tetapi, karena rasa cinta dan sayang yang sudah bertahun tumbuh, masalah apapun di antara kami, dari kecil, hingga besar pun, kami anggap sebagai kerikil-kerikil kecil yang menghalangi jalannya persahabatan kami. Sehingga dengan mudahnya kami bisa menendangnya dengan jauh.

Itulah kisahku bersama squadku yang hebat. Angel Nurses, malaikat tak bersayap, dengan seragam belel, perut kosong, kantong krisis, tapi senyum yang tetap cantik dan keramahan yang mampu meruntuhkan badai amarah. Tak kalah dengan profesi lain, kami pun tanpa pamrih. Love you all, my squad, my profession, my ever best friendship.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading