Sukses

Lifestyle

Semua yang Kita Lewati adalah yang Terbaik Sesuai Porsinya

Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.

***

Oleh: Annisa Rahayu - Banyumas

Sebagai perempuan, menjadi mandiri adalah cita-cita saya. Oleh karena itu saya mencoba bercita-cita memiliki pekerjaan yang bisa membuat saya mandiri dalam menjalani hidup. Pendidikan dalam keluarga telah membiasakan untuk berusaha keras saat menginginkan sesuatu, membentuk saya menjadi pribadi yang kuat dan tegas dalam mewujudkannya. Hidup di tengah keluarga dengan latar belakang pendidikan menginspirasiku untuk juga menjadi pendidik dewasa kelak. Meski saat itu saya belum tahu betul apa dan bagaimana menjadi pendidik yang baik. Arahan orangtua menjadi batu loncatanku dalam memandang keinginan yang akan menjadi cita-citaku yaitu menjadi guru.

Tidak lama setelah mendapat gelar Strata 1, saya bisa diterima menjadi pendidik di salah satu sekolah dasar swasta di mana orang tua ikut merintis sekolah tersebut. Tetapi bukan berarti saya bisa dengan mudah masuk. Meski begitu saya tetap mengikuti prosedur penerimaan karyawan yang ada

Pengiriman lamaran pekerjaan, beberapa tes seleksi (tertulis, praktek dan wawancara), serta tahap pengumuman saya coba lalui. Dan tibalah saatnya pengumuman via telepon bahwa saya bisa ikut bergabung menjadi pendidik di sana. Bahagia tak terkira. Tanpa harus menunggu lama setelah pengumuman tersebut, esok harinya saya harus mulai berangkat bekerja. Sebuah awal karier yang bagus, karena tidak perlu menunggu lama setelah wisuda dan itu sungguh luar biasa. Tak jarang teman-teman kuliah yang sudah lulus mereka tidak langsung mendapat pekerjaan. Kadangkala mereka harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusannya sewaktu kuliah.

Dari situ saya diuji bahwa antara kuliah yang cenderung teori dengan praktik langsung di lapangan sungguh berbeda. Dan inilah hidup yang sesungguhnya. Karena merupakan hal baru, butuh waktu adaptasi beberapa bulan agar bisa lancar saat bekerja menjadi pendidik. Dengan modal saya sewaktu kuliah dan nasihat-nasihat dari para guru di sana saya belajar banyak hal. Sepandai apapun kemampuanku dalam memahami suatu hal jika tidak memiliki keterampilan menyampaikan dengan baik, maka ilmu tidak akan bisa sampai kepada anak didik. Bukan hanya sekadar berbicara omong kosong tanpa guna, tetapi harus bisa berbicara dengan porsi yang pas sesuai kemampuan anak didik. Kemampuan menguasai kelas menjadi hal penting supaya apa yang disampaikan benar-benar bisa diperhatikan dengan baik, dengan begitu diharapkan ilmu yang ada bisa tersampaikan dengan baik pula.

Beberapa bulan kemudian akhir tahun ajaran. Di tahun ajaran baru berikutnya saya pun masih dipercaya untuk mengajar kelas yang sama yaitu kelas satu hingga tahun ke empat. Begitulah hidup, kita harus pandai mengambil hikmah yang baik bagi orang-orang yang mau berpikir. Dari sini saya bisa kembali mengasah kemampuan menjadi pendidik, saya juga belajar memahami hidup.

 

 

Dunia Kerja Memang Berbeda

Dunia kerja memang jauh berbeda dengan waktu masih sekolah. Kedewasaan kita ditempa dan diasah. Banyak hal baru yang saya temui. Tidak hanya keterampilan dan kepandaian tetapi bagaimana ego dan perasaan kita dalam menyikapi sesuatu yang terjadi. Kita tidak hanya harus baik dalam bersikap, tetapi harus tepat dan benar dalam mengambil tindakan tanpa merugikan orang lain.

Hidup seseorang kadang naik turun. Keberagamaan seseorang juga semakin hari semakin berkembang. Dan setiap orang tentu menginginkan sesuatu yang ada pada dirinya semakin baik lagi. Begitu pula dengan saya kala itu. Berawal dari orang tua yang lebih dulu, saya pun mulai tertarik untuk mengenal as-sunnah lebih dalam (mendalami agama). Akhirnya saya mulai ikut majelis taklim d sela-sela waktu bekerja. Namanya hidayah itu dari Allah semata.

Meskipun orang tua juga memiliki keinginan untuk bisa beragama lebih baik dengan mengenal as-sunnah, jika Allah tidak berkehendak, maka tidak akan sampai tergerak sedikitpun hati ini. Bersyukur sekali hidayah itu ada padaku. Saya yang tadinya hanya mencicipi kini mulai ketagihan. Dan akhirnya karena satu dan lain hal saya bulatkan tekad dan memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saat itu. Pekerjaan yang membuat kedewasaan saya berkembang kini ditinggalkan demi mendalami as-sunnah.

Terbiasa bekerja setiap hari, kini saya harus mencari pekerjaan baru lagi. Alhamdulillah tanpa menunggu lama saya bisa diterima sebagai karyawan salah satu rumah sakit umum di daerah saya. Berbekal informasi dari rekan taklim orang tua, saya coba mendaftar pekerjaan di sana. Bersyukur di RSU itu saya bisa lebih mendalami as-sunnah karena pembimbing di sana adalah salah satu penggiat taklim di kabupaten tempatku tinggal. Selain bekerja, saya pun bisa belajar agama sebagai salah satu kegiatan yang diadakan di rumah sakit itu. Meski pekerjaan saya kali ini berbeda dari sebelumnya, saya masih bisa mengasah keterampilanku berbicara di depan orang lain.

Di sana saya diterima di bagian kerohanian rumah sakit. Tugas utama saya adalah mengingatkan para pasien rawat inap untuk tetap melaksanakan salat dan mengajarkan tata cara bersuci saat sedang sakit. Tak hanya itu, para pasien kadangkala ada yang sampai curhat layaknya teman dekat. Ada yang mengalami KDRT, pola hidup yang buruk, keteledoran saat beraktivitas, ketidak hati-hatian mereka saat berkendara, dan masih banyak lagi.

Banyak hal baru dan saya pun banyak belajar dari kehidupan mereka. Berbeda saat menjadi guru, keadaan yang saya temui kala itu cenderung tidak berbeda jauh antara hari ini dan hari esok. Bagaimana menyaksikan problem anak dengan anak lainnya, problem kesulitan belajar, dan disibukkan dengan persiapan pembelajaran supaya tidak membosankan.

Enam bulan bekerja di RSU, akhirnya saya pun menikah dengan seorang yang juga telah lebih dulu mengenal as-sunnah. Satu bulan setelah menikah saya pun hamil. Mendapatkan suami yang jauh dari tempatku bekerja akhirnya saya putuskan untuk keluar dari pekerjaan saya ditambah lagi usia kandunganku yang semakin tua, karena setelah menikah saya memilih untuk tinggal bersama suami.

Kini hari-hari saya lebih banyak di rumah sembari menunggu buah hati kami lahir. Hasrat sayabekerja tertahan demi sang anak.

Selalu Ada Hikmah di Balik Semuanya

Setelah putra pertama kami lahir, semakin sibuk dengan kehidupanku menjadi ibu rumah tangga dengan sesekali mengikuti taklim yang ada di dekat rumah. Tidak ada yang lebih saya inginkan kecuali merawat bayi saya. Saya berharap anak sendiri bisa lebih dekat dengan orangtuanya. Saya percaya anak hebat berawal dari orangtua hebat. Hebat dalam penjagaan, pendidikan dan pendampingan dalam melewati masa-masa tumbuh kembangnya. Anak kita adalah harta kita. Saya ingin memiliki harta yang baik dan berkualitas. Untuk mendapatkannya butuh perjuangan. Mungkin kita bisa bekerja sedangkan anak bisa kita titipkan kepada orang lain. Meski karakter anak tidak jauh berbeda dari orang tuanya, tetapi ketika anak terbiasa didampingi orang lain lambat laun karakter anak akan terbentuk mencontoh orang-orang yang sering dekat dengan dia.

Orang tua pasti punya harapan besar untuk anaknya, bukan sekadar mengikuti arah tanpa ada perbaikan dan arahan yang lebih baik. Dari sini saya mencoba mendampingi dan mengasuh anak saya sendiri. Hingga usia sekitar dua tahun kurang hasrat bekerja saya mulai tumbuh lagi. Ingin mencoba berbisnis, merasa tidak ada bakat. Ingin coba freelence tetapi masih belum bisa mengatur waktu. Akhirnya harus puas untuk tetap di rumah saja.

Allah memang Maha Pengatur yang paling baik. Di bulan Januari 2019 ada tawaran menggantikan cuti melahirkan salah satu guru di ma’had as-sunnah dekat rumah. Dengan ragu dan minder saya mencoba memenuhi tawaran tersebut. Minder dengan modal pengetahuan agama yang minim tetapi karena motivasi dari orang-orang terdekat dan guru di sana membuat saya lebih mantap untuk melangkah. Berbekal pengalaman saya saat menjadi guru, saya bisa mengikuti dan beradaptasi dengan cepat apalagi di sana diberi tanggung jawab untuk mengajar di kelas satu lagi setingkat SD.

Meski secara praktik tidak terlalu formal tetapi output dari ma’had di sana tidak boleh diragukan. Selain itu para guru di sini juga dibekali taklim rutin agar wawasan keagamaan mereka semakin bertambah. Yang terpenting saya masih bisa bekerja dan belajar as-sunnah lebih dalam lagi. Di sana putra pertama saya diperbolehkan ikut, jadi masih bisa tetap mengawasi perkembangannya. Di bulan ke-4 yaitu bulan April ini akhirnya saya dipercaya menjadi guru tetap.

Tiada yang bisa saya lakukan selain bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan. Saya bisa tetap menjalankan peran saya sebagai istri dan ibu untuk anak saya karena pekerjaan kali ini tidak jauh dari rumah kurang lebih sekitar 500 m.

Saya juga masih bisa mendampingi anak karena dia bisa ikut bersama ke ma’had. Saat di ma’had saya bisa menjalankan amanah yang lain yaitu mengajar. Selain itu saya juga masih bisa belajar saat ada kegiatan taklim di ma’had tersebut. Sungguh kenikmatan yang luar biasa telah saya dapatkan. Dalam hidup ini semua akan indah pada waktunya. Semua yang kita lewati itulah yang terbaik sesuai porsinya. Meski harus melewati naik turunnya kehidupan, insyaa Allah semua untuk kebaikan di waktu yang akan datang. Tinggal bagaimana kita bisa memaksimalkan segala upaya yang ada dan jangan ragu. Yakinlah dalam hidup untuk berani menjadi yang lebih baik agar hidupmu tak hanya indah untukmu, tetapi juga indah jika orang lain pun bisa tahu dengan harapan mereka bisa mengambil hikmahnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading