Sukses

Lifestyle

Benarkah Vaksin MMR Menyebabkan Autisme? Ini Jawabannya

Fimela.com, Jakarta Vaksin tidak pernah luput dari konstroversi, bahkan isu beredar vaksin MMR dapat membuat anak mengalami autisme. Padahal, vaksin ini bertujuan untuk melindungi tubuh dari penyakit gondong, campak, dan rubella.

Isu tersebut sebenarya sudah merebak di tahun 1990an. Dokter bernama Andrew Wakefield menyimpulkan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR) dan kaitannya dengan autisme dalam studinya diterbitkan di jurnal The Lancet.

Namun, The Lancet menarik tulisan tersebut karena dianggap adanya kesalahan. Dokter Wakefield sendiri bukanlah ahli vaksin, ia adalah dokter spesialis bedah.

Penelitiannya tahun 1998 hanya menggunakan 18 sampel. Setelah diaudit oleh tim ahli, terbukti bahwa ia memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Ini sudah diumumkan di majalah British Medical Journal, Febuari 2011.

Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di banyak negara menyimpulkan jika autis tidak disebabkan oleh vaksin MMR. Seperti penelitian di Amerika yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa vaksin MMR aman untuk diberikan pada anak dan tidak menyebabkan autisme.

Dilansir dari Alodokter, vaksin MMR bukanlah penyebab dari autisme, karena kondisi tersebut lebih erat kaitannya dengan faktor genetik

Tidak mengandung bahan berbahaya

dr. Caessar Pronocitro M.Sc Sp.A, yang bertugas di RS Pondok Indah Bintaro Jaya mengatakan bahwa vaksin MMR, seperti halnya vaksin-vaksin lainnya, tidak mengandung bahan berbahaya, karena dibuat melalui proses yang berteknologi tinggi dan bertujuan membentuk daya tahan tubuh terhadap virus campak, gondongan, dan rubella.

Vaksin MMR ini, dr. Caessar mengatakan sangatlah penting karena dapat mencegah infeksi virus campak, gondongan, dan rubella.

"Virus campak dapat menyebabkan demam tinggi, ruam-ruam, serta komplikasi seperti peradangan otak dan paru-paru pada anak yang belum pernah mendapat vaksin," ujarnya saat dihubungi redaksi Fimela.com

Ia juga menambahkan, virus rubella dapat menyebabkan demam dan ruam, serta keguguran atau risiko bayi lahir dengan cacat apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil. Dan virus gondongan dapat menyebabkan demam dan pembengkakan kelenjar ludah yang terasa nyeri di bagian bawah pipi. Oleh karenanya, penting untuk melakukan vaksin.

Jangan berikan anak vaksin jika...

Vaksin disuntikkan pada bagian otot lengan atas atau paha. Vaksin MMR diberikan dalam dosis optimal pada saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan dosis booster atau penguat pada usia 5 tahun.

Pemberian vaksin MMR ini akan memicu sistem imunitas untuk menghasilkan antibodi, agar nantinya siap untuk melawan virus rubella, campak, dan gondong.

dr. Caessar mengatakan sepanjang anak tidak sedang demam atau sakit berat, maka tetap dapat menerima vaksin. Batuk pilek ringan, apalagi tanpa demam, bukanlah indikasi menunda vaksin.

"Terlebih lagi, sebelum vaksinasi dokter akan memeriksa dahulu. Bila dari pemeriksaan dokter anak ternyata sakitnya berat, maka vaksin akan ditunda," tutupnya.

 

Simak video berikut

#GrowFearless with Fimela

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading