Sukses

Lifestyle

Untuk Bisa Jatuh Cinta, Tak Harus dengan Tatap Muka

Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagian yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.

***

Oleh: Titah Sulistifa Ran - Purwokerto

Mempunyai ikatan dengan seseorang tapi belum pernah sekalipun bertemu? Mungkin ini terdengar aneh, tetapi tidak bagiku. Aku pertama kali berkenalan dengannya melalui suatu aplikasi permainan. Awalnya aku juga tidak mengira hubungan kami akan lebih dari sekadar teman. Tetapi, semuanya terasa mengalir begitu saja.

Kami saling bertukar info akun media sosial, bercerita tentang latar belakang kehidupan masing-masing, impian kami, saling membantu satu sama lain yang tentunya tidak secara fisik hadir di depan mata, melainkan hal-hal yang dapat dilakukan via internet seperti suatu waktu dia pernah membantuku untuk meng-install ulang komputerku dan aku membantunya dalam mengerjakan skripsi.

Setiap hari kami mengenal pribadi masing-masing lebih dalam. Lagu kesukaan, makanan favorit, membahas meme receh, mengenang mantan, saling meledek bucin (budak cinta), bahkan seringkali berdebat tentang suatu pandangan. Semua itu adalah hal yang ternyata membuat kami menyimpan suatu rasa yang sama.

Aku yang menyatakan rasa itu lebih dulu karena aku tidak ingin menghilang tanpa alasan, dulu aku berpikir jika aku tetap dekat dengannya maka rasa itu akan semakin terbentuk dan menjadi kuat dan aku tidak pernah mempunyai pikiran untuk menjalin suatu hubungan dengan seseorang yang bahkan belum pernah kutemui. Jadi, jika aku mengatakannya maka setidaknya aku tidak meninggalkan tanda tanya di hatinya perihal aku menjaga jarak darinya.

Dan ternyata dia mempunyai rasa yang sama denganku. Saat itu kami hanya memutuskan untuk mencoba mengenal lebih dalam satu sama lain. Obrolan kami pun semakin lebih intens dan intim. Kami saling menceritakan masa-masa terberat dalam hidup, rahasia-rahasia yang belum pernah kami ceritakan, bahkan kami sudah berpikir tentang pernikahan.

Ada hal-hal yang membuatku semakin yakin dengannya di antaranya saat kami mengenalkan anggota keluarga masing-masing bahkan seringkali mengobrol dengan mereka walaupun melalui video call. Aku juga mengenal teman-temannya dan aku pernah mengobrol juga dengan mereka. Aku juga diberi akses untuk membuka akun Google-nya, yang mana akun Google adalah hal yang sangat pribadi karena semua rekam jejak digital seseorang terekam dengan baik disana. Aku juga mengetahui akun SIA universitasnya, aku tau isi KTP-nya, aku melakukan segala cara untuk memastikan bahwa dia adalah orang yang nyata.

 

Belum Bisa Bertemu karena Terhalang Jarak yang Jauh

Alasan kami sampai sekarang belum bertemu adalah jarak. Kami adalah sepasang mahasiswa biasa yang terpisah jarak sepanjang 1.502 km yang perjalanannya hanya dapat dilakukan via udara atau laut. Kami belum mempunyai uang yang cukup untuk membiayai perjalanan kami, tetapi kami mempunyai sebuah janji bahwa kami akan bertemu 2 tahun lagi saat kami sudah bisa menghasilkan uang dari hasil bekerja. Setidaknya kami sudah mempunyai niat untuk bertemu secara nyata. Kami juga membebaskan pilihan untuk tetap lanjut atau tidak saat sudah bertemu nanti, karena sekali lagi kami memang cocok sekarang tapi tiada yang tau saat sudah bertatap mata.

Sampai pada akhirnya kami dihadapkan pada suatu benteng tertinggi dalam hubungan kami. Permasalahan yang datangnya bukan dari diri kami sendiri, melainkan dari orang tua. Setelah bercerita begitu banyak mengenai kehidupan masing-masing, kami baru mengetahui bahwa kami berbeda.

Perbedaan yang menurutku tidak akan jadi permasalahan bagi orang lain, tetapi bagiku dan dia menjadi masalah yang besar. Awalnya kami berusaha untuk menghadapinya dengan harapan perbedaan itu akan diterima oleh keluarga masing-masing. Kami juga saling menguatkan bila salah satu di antara kami mulai menyerah dengan perbedaan itu. Kami percaya bahwa kami bisa. Tetapi tidak, semakin kami mengenal lebih dalam, kami menyadari bahwa perbedaan itu memang diciptakan untuk tidak saling menyatu. Kami mempunyai pilihan untuk tetap bersama dengan segala risiko terburuk dan berpisah dengan konsekuensi kami akan kehilangan satu sama lain.

Mungkin kami mempunyai kesempatan untuk tetap menghiraukan perbedaan yang kami hadapi, tetapi kami sadar bahwa semakin kami menganggap perbedaan itu tidak pernah ada maka rasa yang kami punya akan semakin besar. Lalu, pada saat itu terjadi maka akan lebih sulit untuk saling melepaskan, sehingga kami memilih untuk berpisah sekarang. Perpisahan karena keadaan yang berbeda tetapi setidaknya lebih baik karena kami lebih siap untuk menghadapinya saat ini.

 

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading