Sukses

Lifestyle

Dua Adik Nikah Duluan tanpa Kabar, Ternyata Saudara Kandung Bisa Setega Itu

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: F - Jawa Tengah

Tahun 2019 lalu adalah tahun yang cukup berat untukku. Karena sebenarnya harapan di tahun itu aku berharap bisa menikah dan membina keluarga baru. Tapi apalah dayaku harapan hanya sebatas angan belaka. Harapan yang kurajut harus pupus dan aku harus mengalah untuk adik laki-lakiku yang memutuskan untuk menikah lebih dulu.

Mudik adalah rutinitas wajibku apalagi pada Hari Raya Idulfitri pulang kampung adalah sebuah keharusan. Bertemu teman, keluarga, dan saudara adalah sebuah kebahagiaan, tapi Lebaran tahun ini terasa berbeda. Bak tersambar petir di siang hari sesampainya aku di rumah aku mendengar kabar adikku akan menikah. Semuanya sudah siap dan sudah menetapkan hari. Begitu hancur perasaanku, bukan karena karena aku iri adikku menikah lebih dulu tapi kenapa baru sekarang aku mendapat kabar? Seperti tidak ada yang menghargaiku, menghargai aku sebagai kakak yang lebih tua apalagi seorang kakak perempuan.

Sakit dan sedih hatiku kenapa tidak ada seorangpun yang memberi kabar kepadaku jauh jauh hari setidaknya agar aku bisa menyiapkan hati dan mental. Dan meskipun hati sakit dan hancur diperlakukan seperti ini aku tetap berusaha bersikap biasa aja di depan semua orang. Aku tetap santai dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

 

Berusaha Tegar tapi Runtuh Juga

Ya, sekuat-kuatnya wanita menjaga perasaan tetap saja dia tetap rapuh dengan emosi yang berkecamuk. Perasaan dan pikiran yang bertumpuk-tumpuk tetap tak bisa tertahan. Iya air mataku akhirnya jatuh juga.

Saat hari pernikahan adikku aku berusaha tegar dan kuat meski kaki dan tangan terasa dingin aku menghadiri pernikahannya. Harapanku adalah adik laki-lakiku meminta izin kepadaku terlebih dulu sebelum melakukan ijab qabul pernikahan. Namun, realitanya meskipun aku berada di sana kehadiranku seperti dianggap hanya tamu biasa yang menyaksikan pernikahan orang lain. Aku seperti tidak dianggap ada karena mereka melakukan segala prosesi tanpa melibatkan aku di dalamnya. Oh, Tuhan, hatiku begitu hancur dan tidak ada seorang pun yang berusaha menguatkan aku.

Hingga pada saatnya kirab tiba (pengantin perempuan datang ke rumah laki-laki) atau datang ke rumahku, aku dipanggil maju ke depan untuk duduk di samping pengantin sebelum acara kirab dimulai. Aku seperti orang bodoh atau seperti pajangan yang dilhat dan jadi perbincangan semua orang. Air mataku jatuh dan tak bisa dibendung lagi. Air mataku terus mengalir deras tanpa henti. Aku merasa sangat dipermalukan karena aku dihadirkan jauh sebelum acara dimulai.

Aku menangis dan terus menangis. Saat aku dipermalukan, tidak ada satu keluarga pun yang datang memeluk atau menenangkanku. Ibuku, ayahku, dan adikku pun hanya memandangiku. Ya Allah keluarga apa ini? Aku dikelilingi banyak orang tapi aku merasa sendirian menghadapi dan menjalani hidup ini sendirian. Tolong kuatkan aku, ya Allah (aku tetap berusaha menyemangati diri dalam hati).

Adik Kedua Menikah

Hari telah berganti hari dan bulan telah berganti bulan tiba saatnya liburan ahir tahun. Ya kali ini aku memutuskan menghabiskan akhir tahun di kampung. Berusaha membuat kejutan aku pun pulang tanpa memberi kabar orang rumah. Sesampainya di rumah malah aku yang terkejut karena rumah sepi dan tidak berpenghuni. Dalam pikirku mungkin orang rumah sedang pergi atau ada pengajian di luar rumah.

Hingga saat sore tiba aku mendapat kabar bahwa adik laki laki yang bungsu telah menikah. Ya Allah kenapa aku mendengar dari orang lain bukan dari keluargaku sendiri? Hatiku hancur untuk yang kedua kalinya. Aku adalah kakak perempuan mereka tapi kenapa tak ada satu pun orang yang mengabari dan meminta izin untuk menikah kepadaku dan lagi-lagi mereka tidak menganggap keberadaanku?

Esok harinya aku bertemu adik bungsuku. Saat bertemu seperti tidak terjadi apa-apa. Dia bersikap biasa saja dan tak ada satu kata maaf pun yang terucap. Tak ada ucapan basa-basi atau merasa bersalah karena menikah tanpa memberi kabar dan sampai detik ini pun tidak pernah ada sepatah kata maaf pun keluar darinya.

Takdir Allah memang tidak ada yang tahu. Aku yang berencana menikah malah dua adikku yang menikah lebih dulu. Ya, mereka menikah pada tahun yang sama.

Perlahan aku bisa menerima ini, memang mungkin sudah jalan takdirku untuk dilangkahi oleh kedua adik laki-lakiku. Mungkin karena Allah percaya bahwa aku bisa melewati ini dengan kuat dan sabar, dan mungkin Allah sedang merencanakan cerita indah untukku dengan mengirim jodoh terbaik yang bisa menjadi teman untukku dan ayah yang baik untuk anak-anakku kelak.

Mimpi yang tertunda mulai kurajut kembali rasa sakit dan kepedihan tidak ingin kuingat lagi dan aku anggap semua itu menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Harapan dan doa mulai kurajut lagi. Aku harap di tahun yang baru ini menjadi harapan baru untukku menjadi harapan indah dan paling indah.

Semoga harapan yang belum sampai di tahun lalu akan tercapai di tahun ini. Menikah adalah resolusiku di tahun 2020 ini. Semoga aku segera dipertemukan dengan jodoh terbaik yang bisa menjadi teman tidak hanya di dunia tapi juga sampai akhirat.

Aku percaya selepas kesabaran yang kau jalani, akan ada cerita indah di sana yang sudah menantimu di depan sana. Jangan pernah lelah, jangan pernah menyerah. Tetaplah tersenyum karena skenario Allah pasti yang paling indah.

 

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading