Sukses

Lifestyle

Mengharukan! Simak 4 Kisah Perempuan Tangguh yang Rela Berjuang untuk Keluarga

Fimela.com, Jakarta International Women’s Day yang jatuh pada 8 Maret 2020 menjadi momen selebrasi para perempuan. Tahun ini, tema #EachForEqual menjadi highlight yang menekankan pada kesetaraan gender. Menyambut perayaan International Women’s Day tahun ini, Grab mendukung tema #EachForEqual dengan berkomitmen menjadi platform yang inklusif dan memastikan setiap orang dapat menikmati manfaat dari ekonomi digital.

Manfaat ini juga yang dirasakan oleh para perempuan tangguh yang tergabung menjadi mitra Grab. Masing-masing berperan sebagai orang tua tunggal yang berjuang membahagiakan keluarganya. Rela bekerja siang dan malam, cerita perjuangan mereka bikin mewek dan bisa jadi inspirasi bahwa perempuan pun bisa menjadi tangguh demi keluarga yang mereka sayangi.

Lestari Hendrawati, Single Parent yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Perempuan mana pun dapat menunjukkan ketangguhannya jika sudah menyangkut buah hati yang disayangi. Hal ini juga yang terjadi pada Lestari Hendrawati, perempuan 40 tahun yang berprofesi sebagai mitra GrabCar di Bandung sejak Mei 2017 lalu.

Cerita panjang dialami perempuan yang menghidupi 4 orang anaknya, adiknya yang sedang sakit, dan ibunya. Awalnya, ia bekerja selama 8 tahun di sebuah perusahaan di Sukabumi. Namun, sekitar bulan September 2016, sang ayahnya memintanya berhenti dan pulang ke Bandung. Dua minggu setelah kembali ke rumah, ayahnya meninggal dunia. Selama 5 bulan ia belum bekerja kembali dan menghidup keluarganya dari uang pensiun dini.

Jam kerja yang fleksibel akhirnya yang membuat Riri memutuskan menjadi mitra GrabCar. Ia memilih bekerja pukul 3 sore hingga pagi. Semangatnya bekerja tak pernah surut. Bahkan saat hamil anak keempat pun ia tetap berusaha mencari nafkah. Namun, setelah sang buah hati lahir, keluarganya diterpa masalah yang membuatnya memutuskan untuk menjadi single parent.

“Seluruh waktu saya sepulang ngetrip saya berikan untuk keluarga. Terus saya kan nggak pernah kerja siang. Saya ngalong (bekerja sore sampai malam, bahkan pagi). Saya biasa keluar jam 3 atau 4 sore, kemudian pulang saat pagi,” katanya.

Meskipun jam kerjanya di malam hari, tapi Riri selalu dipantau oleh teman-teman komunitasnya sehingga ia merasa aman dan nyaman. Selain itu, ia juga memanfaatkan fitur Berbagi Lokasi Saya atau Share My Ride yang dikembangkan oleh Grab untuk para mitra driver. Lewat fitur ini, ia bisa mengatur kontak darurat dan membagikan lokasinya kepada kontak darurat sehingga ia merasa lebih aman selama bekerja.

Menjadi mitra GrabCar adalah pilihan terbaik baginya karena bisa mendapatkan penghasilan lebih cepat. Ia juga bisa bekerja kapan saja, sehingga tetap bisa menyesuaikan waktunya bersama anak-anak di rumah. Ia merasa beruntung karena bisa menjadi salah satu dari jutaan mitra pengemudi Grab yang mendapatkan kesempatan memperbaiki perekonomian mereka demi membahagiakan orang tersayang.

Ika Dewi Sulistiyani, Pekerja Kantoran yang Banting Setir Bekerja di Jalan

Perempuan asal Surabaya ini awalnya bekerja sebagai tim administrasi cadangan di sebuah perusahaan. Saat itu ia dikontrak selama setahun untuk menggantikan karyawan yang cuti melahirkan. Hingga saat kontraknya hampir berakhir, Dewi sempat merasa cemas karena belum menemukan pekerjaan lain. Sampai akhirnya ia menemukan iklan lowongan di Facebook dan mencoba peruntungannya.

“Saat itu kebetulan ada yang pasang lowongan Grab. Katanya dibutuhkan mitra pengemudi perempuan dan laki-laki. Syaratnya memiliki SIM, KTP, KK, STNK, dan SKCK. Menurutku kok syaratnya masuk akal. Dari situ saya langsung ingin coba. Kebetulan Sabtu dan Minggu kan libur, hari Sabtu saya coba mendaftar di Grab. Pas daftar, saya sempat minder. Loh, kok yang daftar laki-laki semua sedangkan saya perempuan sendiri. Tapi meskipun saya minder saya tetap duduk di situ,” paparnya.

Di awal-awal bergabung, Dewi mengaku masih malu-malu. Rutinitasnya hanya ngeGrab lalu pulag. Hingga akhirnya ia bertemu dengan orang yang mengajaknya bergabung dengan komunitas ojek online di Surabaya. Dari situ ia banyak melakukan sharing dengan teman sesama driver GrabBike terkait kendala yang dihadapi. Ternyata, penyebabnya adalah smartphone yang digunakan hanya memiliki RAM 1GB. Atas saran mereka, ia mulai menabung membeli smartphone dengan RAM lebih tinggi.

Dewi sudah keluar rumah sejak jam 6 pagi untuk mulai bekerja. Ia memberi target untuk dirinya sendiri agar bisa mendapatkan uang minimal Rp 200 ribu per hari. Meskipun begitu, ia tidak melupakan kewajibannya sebagai ibu. “Kadang kan di jalan kita bisa bad mood karena satu dan lain hal. Tetapi kalau sudah pulang ke rumah, harus hilang semua bad mood itu. Orangtua melihat kita tersenyum kadang sudah lega,” ujarnya.

Bekerja di jalan memang berisiko tinggi. Tapi, ia tidak pernah khawatir karena Grab memiliki teknologi keamanan yang luar biasa.

“Selain pelatihan berkendara aman dan bela diri dasar, Grab juga punya teknologi keamanan yang luar biasa. Sekarang ada fitur “Pusat Keselamatan” untuk mitra pengemudi dan pengguna. Di situ ada berbagai macam fitur seperti bagikan lokasi perjalanan, tombol darurat dan layanan bantuan. Selain itu ada juga fitur Free Call, jadi nomor telepon pribadi penumpang dan pengemudi tidak akan bisa dilihat. Saya jadi tenang, penumpang juga harusnya merasa lebih nyaman.”

Kristina, Single Mother yang Membesarkan Ketiga Anaknya

Ibu mana pun pasti akan rela berjuang demi kebahagiaan anak-anaknya. Seperti yang dirasakan Kristina, seorang ibu tangguh asal Medan yang berjuang menghidupi ketiga putrinya dengan membuka warung. Ia mengaku sempat kewalahan menjalankan warung tersebut seorang diri karena warung harus sering tutup saat menjemput anaknya sekolah atau ketika ia sedang belanja memenuhi kebutuhan warung.

Untungnya, sejak bergabung dengan GrabKios, Kristina merasakan lebih banyak kemudahan. Ia mengaku bisa lebih leluasa mengatur waktu untuk menjalankan warung yang sudah berdiri sejak tahun 1997 dan mengurus keperluan anak-anaknya.

“Sekarang bisa menjadi lebih hemat dan juga bebas mengatur kebutuhan toko setiap kali belanja. Enggak perlu menyewa becak bermotor setiap kali mau belanja. Ongkosnya bisa ditabung. Semua bisa dikontrol lewat telepon genggam saya,” katanya.

Terlebih belanja di GrabKios kini bisa dengan satuan yang lebih kecil, sehingga ia bisa lebih leluasa mengatur jumlah belanjaan yang belum terlalu besar. Ia mengaku jumlah pembelinya tengah mengalami penurunan sehingga modalnya untuk belanja tidak terlalu besar. Untungnya GrabKios menawarkan harga yang bersaing.

Meskipun GrabKios adalah layanan berbasis aplikasi, tapi ia mengaku sama sekali tidak kesulitan menggunakannya. Sejak awal, ia sudah diberikan pendampingan dari GrabKios untuk menggunakan aplikasi.

“Dari awal sudah dibantu oleh para staf dari GrabKios untuk menggunakan aplikasi, kalau ada yang kurang jelas, tinggal menanyakan langsung kepada mereka. Bahkan di awal mereka langsung mencontohkan setiap kali saya mau belanja,” ujarnya.

Rahmadani, Ibu 3 Anak yang Rela Bekerja Tanpa Libur

Meskipun dikenal sebagai makhluk yang lembut, seorang perempuan bisa menjadi sangat tangguh saat harus berjuang untuk orang yang disayanginya. Seperti Rahmadani, seorang ibu yang menanggung 3 orang anak sekaligus orangtua yang sedang sakit. Bukan hal yang mudah, tapi tidak membuatnya kemudian menyerah.

Sempat menjadi sales susu untuk menghidupi keluarga, ternyata pekerjaan itu menyita banyak waktu dan energi. Terlebih jika penjualannya tidak bisa mencapai target yang ditentukan. Hingga kemudian ia diajak temannya untuk bergabung menjadi mitra GrabBike dengan pertimbangan waktu yang lebih fleksibel. Butuh waktu hingga 2 bulan sejak mendaftar untuk benar-benar bisa turun ke jalan menerima orderan. 

Video tutorial yang diberikan GrabBike lewat pelatihan GrabAcademy diakui sangat membantunya, selain dukungan teman-teman yang lain. Sempat tidak paham rute, tapi akhirnya ia berhasil mengatasinya. Ia pun mengaku bekerja setiap hari tanpa libur demi memenuhi kebutuhan di rumah.

Dia mengatakan mulai nge-bid setiap harinya setelah selesai mengantarkan ketiga putrinya ke sekolah. Dia baru berhenti setelah pukul 13.00 WIB saat anak-anaknya pulang sekolah. Ia berhenti untuk makan siang bersama-sama putri-putrinya dan mengantarkan mereka ke tempat orang tuanya. Setelah itu, baru lanjut nge-bid sampai pukul 21.00 WIB setiap harinya. “Kalau saya pulang, anak-anak biasanya sudah tidur, saya ketemunya dengan orang tua saya,” ujarnya.

“Pendapatan saya bisa lebih baik 50% kalau dibandingkan saya kerja di tempat sebelumnya. Tetapi yang lebih menarik tentu keleluasaan waktu yang saya dapat setelah bergabung dengan Grab,” pungkasnya.

Keempat perempuan tersebut memiliki cerita perjuangannya masing-masing untuk membahagiakan orang yang mereka sayang. Dalam rangka menyambut International Women’s Day, Grab berkomitmen menjadi platform inklusif dan aman untuk single mother sehingga mereka bisa mengambil bagian dalam ekonomi digital.

Grab juga telah melakukan kemitraan dengan berbagai organisasi dan badan pemerintahan termasuk Komnas Perempuan, Pundi Perempuan dan Forum Pengada Layanan untuk menciptakan tata kelola platform yang inklusif dan aman bagi semua.

Selain itu, Grab menjadi perusahaan aplikasi teknologi pertama yang memperkenalkan fitur teknologi keamanan dengan memperkenalkan berbagai fitur termasuk layanan telepon cuma-cuma dalam aplikasi (VoIP) untuk melindungi data pribadi pelanggan serta mitra pengemudi, teknologi pengenalan wajah bagi pelanggan dan mitra pengemudi, tombol darurat dan bagikan lokasi perjalanan.

Sejalan dengan misi GrabForGood, Grab terus berusaha menjadi platform yang inklusif dan aman, untuk memastikan tiap orang bisa menikmati manfaat dari ekonomi digital.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading