Sukses

Lifestyle

Seorang Kakak yang Berjuang demi Adik-adiknya Punya Hati Seluas Semesta

Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.

***

Oleh: Nursittah Nasution

Setiap keluarga punya kisahnya masing-masing. Suatu kisah yang akan selalu dikenang dan diceritakan kepada anak cucu kelak sebagai bekal pelajaran hidup. Sama halnya dengan keluargaku.

Aku terlahir sebagai bungsu dari enam bersaudara. Lahir di keluarga yang sangat sederhana dari ayah seorang petani dan ibu yang mengurus rumah tangga. Aku masih SD kala itu dan belum mengenal arti kata bangkrut, yang aku tahu setelahnya kehidupan seolah berputar 180°. Aku dan ketiga kakakku tetap melanjutkan sekolah, sementara kedua kakak laki-laki tertuaku terpaksa berhenti sekolah.

Sejak saat itu kakak pertamaku yang kami panggil abang mencoba peruntungan dengan merantau ke ibu kota. Masih segar dalam ingatanku ketika ia menenteng koper cokelat segiempatnya meminta restu dan pamit pada Ayah dan Ibu. Usianya 17 Tahun kala itu. Aku lihat ibu berlinang air mata melepas putra sulungnya yang masih remaja, aku tidak menangis karena aku belum mengerti. Namun itu dulu waktu aku masih 6 tahun, sekarang semua tentangnya selalu membuat mataku panas dan dadaku sesak.

Terkadang dalam keluarga tidak hanya orangtua yang berjuang untuk kepentingan anak anaknya, namun ada sosok seorang kakak yang juga ikut berjuang untuk adik-adiknya. Bertahun tahun terus bergulir, aku sudah menduduki bangku SMA dan bertahun tahun pula abangku belum kembali. Tak pernah terbersit rasa rindu di hati, tak pernah terpikir bagaimana keadaannya disana, aku hanya bahagia setiap kiriman uang datang darinya. Pun ketika aku telah duduk di bangku kuliah, setiap bulan abang tidak pernah absen mengirimiku uang. 

Hingga liburan semester aku memutuskan berkunjung ke ibu kota dan tinggal di tempat abang selama seminggu, sekaligus ingin melihat keponakanku yang belum pernah kutemui. Sesuatu yang disembunyikan abang selama ini akhirnya terkuak, dan aku adalah orang pertama di keluarga kami (kecuali istrinya) yang tahu bahwa ternyata sudah 1 tahun belakangan ini abang mengalami pendarahan di hidungnya.

Awalnya aku kira itu hanya mimisan karena mungkin abang terlalu lelah bekerja. Namun pernyataan istrinya membuatku kaget, abang mengidap tumor laring, darah yang keluar dari hidungnya bisa sampai satu baskom kecil. Istrinya bilang abang merahasiakannya dari kami karena tidak mau kami sedih dan kepikiran. Kejadian itu di tahun 2014 dan waktu itu bodohnya aku yang juga ikut merahasiakan dari keluargaku. 

Sosok Kakak yang Luar Biasa

Dua tahun berlalu hingga 2016, abang semakin drop, penyakit yang awalnya hanya tumor berubah menjadi kanker ganas yang disebut malignant neoplasm of nasopharynx stadium 4. Seluruh keluarga syok terutama ibu. Abang mulai menjalani kemoterapi selama 2 tahun hingga rambutnya rontok. Kemoterapi itu hanya untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemo itu sakit dan yang merasakan sakitnya hanyalah si penderita.

Abang berhenti kemo dan mulai menjalani pengobatan tradisional. Hingga awal tahun 2020 kondisi abang semakin drop, kanker mulai menyerang pipi, mata dan mulut. Matanya mulai juling, pipinya membengkak dan abang tidak bisa menelan makanan apa pun kecuali hanya cairan infus. Kami semua menangis menyaksikan tubuhnya yang semakin kurus dan mengecil. Tapi lihatlah dia, tak pernah sekali pun dia mengeluh, menangis, bahkan bertahun-tahun merahasiakan penyakitnya hanya karena tidak mau kami sedih dan kepikiran.

Sekarang abang telah dibawa pulang ke kampung dirawat oleh ayah dan ibu, meskipun kami telah membujuk untuk kemo lagi tapi abang menolak, permintaan terakhirnya dia ingin pulang ke rumah, ke pelukan ayah dan ibu, ke rumah masa kecilnya, kampung halamannya yang dulu hanya dicecapnya sedikit saja karena lebih lama tinggal di rantau.

"Bang mungkin aku terlalu malu untuk mengucapakan betapa aku menyayangimu, bahwa kau sosok pahlawan dan pejuang dalam hidup kami, bahwa setelah Ayah dan Ibu, kaulah yang membesarkan kami adik adik mu hingga seperti sekarang, hormatku padamu, aku harap Abang cepat sembuh meskipun dokter bilang hanya keajaibanlah yang menyembuhkanmu. Tapi aku yakin doa Ibu di sepertiga malamnya, doa Ayah, serta doa dan harapan kami adik-adikmu akan menyembuhkanmu."

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading