Sukses

Lifestyle

Kisah Perempuan yang Disalahkan atas Serangan 11 September, Ini Kejadian Sebenarnya

Fimela.com, Jakarta Serangan 11 September 2001 menjadi awal yang menghancurkan banyak orang dan tak akan pernah bisa dilupakan, salah satunya oleh CEO Massachusetts Port Authority di masa itu. Secara pribadi perempuan satu anak yang sedang mengandung lima minggu tersebut disalahkan seara pribadi atas serangan teroris yang membajak pesawat untuk menabrakkan Menata Kembar World Trade Center di New York City. 

Sejak saat itu juga kehidupannya pun dibajak oleh narasi nasional yang tidak dapat dikendalikannya. Saat itu ia kehilangan pekerjaan, kolega, dan rasa hormat dari bangsanya. Setelah puluhan tahun, ia pun memberanikan diri menceritakan kisahnya sebagai salah satu penebusan atas sikap diamnya selama ini melansir dari rd.com. 

Kembali ke 9/11/2001

Pada Selasa pagi itu, saya sedang dalam perjalanan ke Logan untuk mengejar penerbangan ke D.C untuk bertemu dengan Federal Aviation Administration (FAA). Saya mendengarkan radio saat mendengar laporan pesawat menabrak menara pertama. 

Saya pikir itu pasti kecelakaan hingga saya mendengar secara langsung saat laporan lanjutan mengatakan ada pesawata kedua yang menabrak menara lainnya, dan saya yakin itu serangan terorisme. Seorang anggota staf menelepon saya dan mengucapkan kata yang menghantui hingga hari ini "Dua pesawat tidak terlihat.". 

Kedua pesawat itu telah dibajak dan berasal dari Logan. Sebelum saya ditunjuk sebagai CEO dari Otoritas Pelabuhan Massachusetts, perempuan 36 tahun tersebut menjabat sebagai kepala Bandara Internasional Logan selama dua tahun.

Posisi itu ditunjuk secara politis dan berjalan dengan baik sampai ia meninggalkan jabatannya. Ia telah membuat banyak kemajuan dan membangun landasan pacu baru.

 

 

Badai Api Media

Tak ada yang tahu bagaimana para pembajak bisa melewati keamanan saat itu. Hal itu memicu banyak kemarahan yang sebagian besar ditunjukkan pada saya.

Secara singkat, saya menemukan diri berada di tengah badai api media. Kisah demi kisah, kolom demi kolom memojokkan dirinya meski sudah tidak bekerja di sana. Gubernur saat itu, Jane Swift memaksanya untuk mengundurkan diri enam minggu kemudian serta keluarga salah satu korban menggugat saya. 

Sejak saat itu tidur nyenyak adalah sebuah masa lalu. Saya terus bertanya-tanya; Bisakah mencegah ini? Apakah kematian semua orang itu salahku? Semua benar-benar menghancurkan hidupnya hingga muncul ide untuk bunuh diri.

Akhirnya, kasus kematian yang salah dibatalkan, tetapi gugatan terhadap Logan berlangsung selama 10 tahun. Itu menjadi waktu yang lama dan sangat berat tiap bagiannya.

 

 

Pencarian Penebusan

Saat Laporan Komisi 9/11 disusun, saya bersaksi di depan Penyelidik Komisi, sebuah panel yang disahkan oleh Kongres. "Jika Anda menemukan keamanan Logan berbeda dengan bandara lain hari itu, tolong katakan. Katakan itu untuk kita semua yang merasakan beban ini."

Mereka pun menemukan bahwa keamanan Bandara Internasional Logan tidak berbeda dengan bandara lain hari itu. Tetap saja fakta itu tidak cukup membantu saya untuk lepas dari tuduhan.

Saya ingin presiden atau orang lain mengatakan tentang itu. Saya ingin mereka melihat saya tidak bisa disalahkan dan tidak ada yang bisa saya lakukan untuk menghentikan pesawat itu menabrak menara.

Ia pun menulis buku On My Watch yang dirilis 14 April 2020 untuk memberi makna pada semuanya. Jika satu orang melalui masa sulit, maka menulis itu sepadan.

Tepat setahun setelah kejadian, ia mencari pekerjaan lain yang berhubungan dengan menulis. Sampai akhrinya ia mendapat pekerjaan untuk Boston Herald.

Sayang karena masa lalu politiknya, beberapa penulis di sana menandatangani petisi untuk memecatnya. Namun ia bertahan selama empat tahun sebelum pindah ke kantor swasta. 

Sebelum akhirnya menulis buku, ia hanya merasakan kegagalan dan emosional mental. Namun ia tak menyerah dan mengatakan akan menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri dan menulis buku adalah penyembuhnya.

Pesan yang ingin dibagikan adalah meski jalan hidup sulit sedang dilalui, semua bisa berdampingan dengan kebahagiaan. Rasa sakit yang dirasakan harus diimbangi dengan kegembiraan, karena semua orang berhak punya kehidupan yang indah.

Simak video berikut ini

#ChangeMaker 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading