Sukses

Lifestyle

Diary Fimela: Donat dan Bomboloni Jadi Jawaban Kegalauan Bekerja di Kantor atau Bisnis di Masa Pandemi

Fimela.com, Jakarta Ketidakpastian menjadi hal yang sangat terasa di pandemi COVID-19. Baik yang bekerja di kantor maupun bisnis sendiri sama-sama tidak memiliki kepastian kondisi ekonomi di masa pandemi. Mencari pekerjaan dan membangun bisnis di masa pandemi pun memiliki tantangan tersendiri.

Hal serupa juga dirasakan oleh Deborah Christianty yang sempat galau untuk memilih mencari pekerjaan di kantor atau menjalani bisnis yang sebenarnya sudah sempat berjalan pada Juli 2020. Kegalauan ini berawal dari keputusan yang cukup berani diambil Debby untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja.

Alasan Debby keluar dari pekerjaannya bukanlah dampak dari pandemi melainkan ada alasan pribadi yang membuatnya memilih untuk mencari peruntungan lebih baik di perusahaan lain. Sialnya, pandemi COVID-19 menyerang di Indonesia dan berdampak pada seluruh sektor.

Bukan perkara mudah bagi Debby untuk menemukan pekerjaan baru di masa pandemi. Banyak perusahaan yang harus merumahkan karyawannya akibat ketidakmampuan mereka membayar gaji pegawai. Sadar bahwa dirinya tidak bisa sekadar diam saja, Debby pun memutuskan untuk membuat sebuah bisnis kuliner setelah melihat adanya peluang akibat kebijakan Work From Home.

 

Terinspirasi dari panganan favorit

Debby melihat adanya kebutuhan masyarakat akan camilan untuk menemani waktu bekerja maupun bersantai di rumah bersama keluarga. Akhirnya, Debby memilih membuat bisnis donat yang memang menjadi panganan favoritnya sedari kecil.

"Suka masak sebenarnya. Tapi masakan rumahan biasa. Kalau dessert kayak gini sebenarnya ngga ada basic sama sekali. Cuma karena dulu waktu kecil pernah bikin sama mama suka bikin donat buat dibagi ke tetangga. Kenapa ngga coba lagi aja," cerita Debby.

Tidak memiliki dasar di bidang bakery maupun pastry tidak membuat Debby menyerah. Memakan waktu sekitar tiga bulan untuk meracik adonan yang pas untuk dijadikan sebagai donat yang layak jual.

Juli 2020, Debby mulai memasarkan donat dan bomboloni buatannya dengan nama It's Bonut. Berbagai respon dan masukan didapatkannya dari konsumen untuk menjadikan kualitas It's Bonut lebih baik.

 

Galau bekerja di kantor

"Banyak masukan karena kembali lagi basic-nya bukan di situ. Kalau saat itu ngga buka, aku ngga tau ada masukan apa. Sebenarnya, masih ngga yakin di awal mau buka (It's Bonut) tapi karena ingin dapat masukan dari orang lain, jadinya kita buka. Ingin tau selera orang seperti apa," cerita Debby.

Belum sempat merasakan buah dari berkembangnya bisnis It's Bonut, Debby dihadapkan pada pilihan bekerja di kantor atau meneruskan bisnis yang sudah ia lakoni. Beberapa kali Debby menerima wawancara pekerjaan yang membuatnya berharap bisa kembali mendapat pemasukan tetap. Namun sayang, kabar baik dari perusahaan tidak kunjung tiba yang membuatnya semakin galau.

"Ngga bisa dipungkiri dengan kerja di kantor dapat penghasilan perbulan. Bisnis inginnya hanya menjadi tambahan. Bisnis sendiri pasti naik turun. Belum lagi uangnya harus diputer lagi. Kalau gaji bisa 100% buat kita. Kalau bisa sih kerja sama bisnis jadi bisa double," ungkap Debby.

Setelah bergumul dengan kegalauan hatinya untuk menunggu pekerjaan dari kantor atau meneruskan bisnis It's Bonut, akhirnya Debby memantapkan hatinya untuk membuka kembali It's Bonut dengan menyajikan donat dan bomboloni. Ia kembali menjamah pelanggan setianya untuk mencicipi It's Bonut yang selama beberapa bulan vakum.

 

Hadir kembali dengan wajah baru

Kembalinya It's Bonut sebagai bisnis yang Debby lakoni bukan tanpa tantangan. Karena menghilang cukup lama, Debby berpikir harus kembali bersama It's Bonut-nya dengan sesuatu yang baru. Salah satunya dengan menghadirkan rasa baru dan mengganti desain kemasannya.

Debby mengejar momen akhir tahun sebagai momen kembali It's Bonut. Debby percaya dengan keunikan donat dan bomboloni buatannya, It's Bonut bisa menjadi produk yang cukup dikenal.

"Kalau diliat dari donat kebanyakan itu bikinan pabrikan. Tapi ini dibikin pakai tanganku sendiri. Aku kasih personal touch yang orang lain belum tentu bisa rasakan. Intinya apa yang dimakan dari It's Bonut itu dari aku," ungkap Debby.

Saat ini It's Bonut diproduksi dengan berpindah-pindah tempat antara Bekasi dan Gading Serpong. Setiap kali berpindah, ia pun hanya membuka pesanan untuk di salah satu daerah tempat Debby berada

Dalam satu hari, Debby hanya menyanggupi 4 lusin untuk memastikan kualitasnya tetap baik hingga sampai ke tangan konsumen. Sehingga Debby berharap ke depannya ia bisa memiliki gerai sendiri agar ia tidak perlu lagi berpindah-pindah tempat untuk memproduksi It's Bonut.

Simak video berikut ini

#changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading