Sukses

Lifestyle

Terpapar COVID-19, Perempuan Ini Beberkan Pengalaman Isolasi di Hotel Karantina dari Pemerintah secara Gratis

Fimela.com, Jakarta Ketika Jessica Nemire memberi tahu orang-orang bahwa ia akan tinggal di hotel karantina COVID-19 yang disponsori pemerintah, mereka mengatakan itu terdengar seperti plot film horor. Jessica sedang berada di rumahnya ketika ia mengetahui dirinya terpapar virus Corona.

Ia tinggal di San Francisco dan kota itu menyediakan pengujian COVID-19 yang disponsori pemerintah secara gratis kepada penduduknya. Hasil awalnya adalah negatif, namun kesalahan mungkin terjadi, terutama di awal infeksi.

Jessica tidak bisa pindah ke tempat baru atau bertemu teman-temannya. Ia juga telah diberhentikan karena pandemi dan bertahan dengan pekerjaan serabutan, sehingga isolasi di hotel dengan uang pribadi bukan pilihan yang tepat.

San Francisco menyediakan hotel karantina gratis untuk orang-orang yang tidak punya tempat lain untuk isolasi. Jessica meninggalkan pesan di hotline yang menjelaskan situasinya.

Jessica diberitahu bahwa dirinya harus melakukan isolasi total, hanya boleh berjalan-jalan di sekitar tempat parkir dengan menggunakan masker. Para petugas kesehatan juga akan mengirimkan makanan 3 kali dalam sehari dan mereka akan melakukan pengujian COVID-19 di tempat, sehingga Jessica tidak perlu kemanapun dengan alasan apapun.

Mereka mengirimkan van untuk menjemput Jessica. Mobil van yang datang adalah mobil berwarna putih besar dengan lembaran plastik kusam yang diselotip untuk memisahkan Jessica dari pengemudinya.

 

 

Jessica dijemput dengan van untuk menuju ke hotel karantina dari pemerintah

Ketika sampai di hotel, itu adalah fasilitas standar bintang 2 dengan tempat parkir berpagar yang diawasi oleh penjaga, sehingga tidak ada yang bisa masuk. Jessica disambut 2 orang perawat yang ramah untuk menunjukkan kamarnya, memverifikasinya bahwa Jessica tahu mengapa ia di sana, mengukur suhu tubuhnya, dan menjelaskan bagaimana karantina akan dilakukan.

Perawat-perawat tersebut juga mengatakan bahwa karena setiap tamu di hotel itu telah terpapar virus, mereka tidak diizinkan pergi sampai mereka benar-benar sembuh secara medis. Tidak ada yang diberikan kunci kamar, jadi jika mereka meninggalkan kamar, mereka tidak akan bisa masuk kembali.

Jessica diberitahu bahwa para petugas di sana akan melakukan pemeriksaan harian pada setiap tamu untuk memantau gejala dan ada profesional yang berada di tempat selama 24/7, termasuk staf pendukung kesehatan mental. Di kamar Jessica ada nomor yang ditandai dengan jelas bisa dihubungi kapan saja untuk meminta handuk ekstra, makanan tambahan, atau apapun yang mungkin diperlukan.

Maka, mulailah perjalanan Jessica tinggal di hotel karantina. Kamarnya memiliki WIFI, meja, TV, lemari es mini, dan microwave.

Jessica membuat jadwal harian untuk dirinya sendiri agar tetap produktif. Ia menulis, melamar pekerjaan, dan menghabiskan banyak waktu mencari tempat untuk pindah setelah dipulangkan.

Di hari ketiga, Jessica merasakan sesak hingga sulit bernapas. Dadanya sesak, hidungnya tersumbat, dan ia tidak bisa mencium bau.

Jessica merasakan gejala dalam beberapa hari

Jessica mencari tahu di Google dan mendapati bahwa itu adalah gejala COVID-19. Ia menelepon perawat jaga dan mereka membawakan 2 obat yang berbeda.

Gejala yang dirasakan Jessica bertahan sepanjang waktu ia di sana dan semakin memburuk. Ketika ia memberi tahu perawat dalam salah satu pemeriksaan harian, mereka menyakinkan Jessica bahwa itu mungkin hanya alergi, karena tidak ada gejala lainnya.

Beberapa hari sebelum akhir masa tinggalnya di sana, seseorang mampir untuk memberi Jessica tes COVID-19, mencatat jika hasilnya negatif, ia akan baik-baik saja. Mereka juga mengatakan dapat membantunya mencari tempat tinggal jika ia masih belum memilikinya.

Hasil tesnya negatif dan ia diberi surat bebas COVID-19 dari pemerintah. Jessica mendapatkan layanan luar biasa yang bisa ditawarkan San Francisco kepada masyarakatnya, bersama dengan pengujian gratis untuk mencoba memperlambat penyebaran virus.

Los Angeles, New York dan beberapa kota lain memiliki pilihan karantina serupa bagi mereka yang membutuhkan. Jika kamu mengenal seseorang yang terpapar oleh COVID-19 dan tidak memiliki tempat lain untuk isolasi, hubungi departemen kesehatan setempat untuk mengetahui apakah layanan tersebut tersedia.

Jessica menekankan bahwa ini adalah pengalaman pribadinya. Namun, ia berharap jika ada seseorang yang terpapar COVID-19 dan tidak memiliki tempat untuk isolasi tanpa risiko mengekspos orang lain, hotel karantina bisa menjadi jawaban aman dan menyakinkan.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading