Sukses

Entertainment

[Eksklusif] Cerita Ray Sahetapy Usai Syuting Film Captain America

Fimela.com, Jakarta Ray Sahetapy bikin heboh dunia perfilman tanah air. Soalnya dia didapuk untuk bermain dalam film kolosal bertajuk Captain America: Civil War.  Selama syuting di Atlanta, Ray mendapat sambutan yang begitu spesial dari pihak Marvel Studio yang memproduksi film tersebut.

Memang Ray bukan aktor Indonesia pertama yang terlibat dalam produksi film yang dibikin perusahaan film besar dari mancanegara. Namun, keterlibatan Ray yang sudah tidak muda lagi ini, bisa menjadi inspirasi bagi para sineas muda.  Usia bukan halangan untuk unjuk gigi.

Baca juga: Main dalam 'Captain America', Ray Sahetapy Bikin Penasaran

Ray yang sudah malang melintang di kancah perfilman negeri ini merasakan atmosfir yang berbeda dalam produksi film ini. Ia merasakan langsung bagaimana profesionalitas setiap insan yang terlibat dalam produksi film tersebut. Dan itu terjadi saat komunikasi mulai terjalin, dilanjutkan dengan proses syuting di Atlanta, dan akhirnya Ray kembali lagi ke Indonesia.

Ray Sahetapy. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Ray bermimpi suatu waktu nanti produksi film di Indonesia juga akan seperti itu. Dari proses praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi dan pemasaran digarap sungguh-sungguh. Jadi ketika sebuah film diproduksi, estimasinya untung. Bukan mengalami kerugian seperti  beberapa produksi film di tanah air. “Saya yakin kita bisa meniru proses produksi seperti mereka yang ada di Hollywood atau di belahan bumi mana pun. Kapan, itu yang harus dijawab oleh kita semua. Ya insan film, pemerintah, dan masyarakat,” katanya.

Bagi Ray syuting film untuk produksi perusahaan film manca negara macam bersama Marvel Studio adalah pencapaian tersendiri. Namun ia tidak cepat puas dengan apa yang sudah dilakoninya kini. “Semua ini berawal dari keterlibatan saya dalam film The Raid: Redemtion. Film yang disutradarai Gareth Evans itu kan didistribusikan ke seluruh dunia. Dan aksi saya dalam film itu dilihat oleh pihak Marvel Studio. Dari sanalah mereka kemudian mengajak saya main di Captain America: Civil War ini,” terang pria yang terlahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957 ini.

Baca juga:  Ray Sahetapy, dari Jakarta Merambah ke Hollywood

Ray Sahetapy. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Ray amat lega saat ia berhasil menyelesaikan scene demi scene film ini. “Saya jelas amat senang bisa menyelesaikan tugas dengan baik sesuai arahan sutradara. Namun para kru juga tak kalah senangnya. Karena proses syuting berjalan lancar. Sekarang saya sudah tak sabar untuk menunggu film ini selesai dan ditayangkan di seluruh dunia,” kata Ray sembari menambahkan pihak Marvel akan menawarkan kerjasama lagi kepadanya jika ada karaker yang cocok untuk film produksi mereka selanjutnya.

Sepulang syuting film Captain America:  Civil War, Ray Sahetapy langsung melakoni rutinitasnya syuting  sinetron komedi (sitkom) Saya Terima Nikahnya, yang tayang di NET. Ray langsung disambut para pemain Nungky Kusumastuti, Tika Bravani, dan Dimas Aditya.  Meski tak sampai sepekan berpisah karena Ray harus syuting di Amerika, hal itu sudah membuat mereka rindu.

Di sela-sela kesibukan syuting, suami Sri Respatini Kusumastuti ini berkenan menerima Edy Suherli, Fathan Rangkuti, Ruben Silitonga, dan Henry  untuk sebuah wawancara dan pemotretan khusus di bilangan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/4/2015) malam. Inilah petikan wawancara selengkapnya.

Ray Sahetapy Sempat Tolak Captain America: Civil War

Karena ketidaktahun dan kesibukan syuting di Indonesia, Ray Sahetapy sempat menolak saat ditawari bermain dalam film ini. Soalnya, jadwal syuting yang disodorkan kepadanya bentrokan dengan syuting sitkom Saya Terima Nikahnya (NET).

Namun, setelah beberapa teman  menyayangkan penolakan itu, Ray kemudian berpikir ulang. Ia kemudian meminta bantuan seorang teman untuk menghubungi pihak Marvel Studio. Intinya, Ray bisa dan bersedia terlibat dalam film Captain America: Civil War.

Bagaimana ceritanya Anda bisa ikut bermain dalam film Captain America: Civil War ini?

Hemmm, ceritanya panjang ya. Namun semua ini berawal dari keterlibatan saya dalam film garapan Gareth Evans The Raid: Redemtion.  Seperti Anda tahu di film ini bermain pula Iko Uwais, Yayan Ruhian,  Donny Alamsyah dan Joe Taslim.  Ternyata, mereka memerhatikan  akting saya di film tersebut. Lalu saya dihubungi untuk ikut main dalam film terbaru mereka, Captain America: Civil War.

Ray Sahetapy.(Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Apa reaksi Anda ketika itu?

Ya biasa saja. Soalnya saya tidak tahu Marvel Studio itu sudah memproduksi film apa saja. Jadi saya belum tahu seperti apa track record mereka di dunia film. Selain itu ada pekerjaan di tanah air yang rutin saya lakoni, syuting sitkom Saya Terima Nikahnya yang tayang di NET. Karena jadwal syutingnya bentrok saya akhirnya menolak tawaran itu.

Sayang sekali ya

Oh ya, teman-teman saat saya ceritakan saya menolak main dalam film Captain America: Civil War, semuanya menyayangkan. Mereka semua komentarnya seragam. Kok saya menolak tawaran sebesar dan seprestisius itu. Banyak sekali yang mau main di sana namun tidak bisa. Eh, kok saya malah menolak.

Kemudian seperti apa kelanjutannya?

Saya minta bantuan seorang teman untuk menghubungi pihak Marvel Studio. Intinya saya siap bermain di film terbaru mereka yang ditawarkan sebelumnya. Dan ternyata mereka menyambutnya dengan senang hati.  

Ray Sahetapy. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Anda sebenarnya dicasting dulu atau tidak sebelum bermain dalam film ini?

Saya bilang kepada mereka kalau mau casting saya boleh tetapi casting-nya di Jakarta. Saya tidak mau jauh-jauh ke Amerika cuma untuk casting yang belum tentu saya bergabung. Ternyata mereka tegaskan tidak ada casting. Saya memang diminta untuk langsung bermain. Soalnya track record saya seperti apa mereka sudah mengetahuinya. Setelah deal antara saya dan pihak Marvel Studio saya diminta mengirimkan ukuran jas, baju, celana, sepatu dan lain-lain yang akan digunakan untuk syuting. Saya sampai mengukur ke penjahit.

Persiapan apa yang dilakukan sebelum berangkat ke Amerika?

Untuk urusan busana dan perlengkapan syuting lainnya sudah disiapkan pihak Marvel. Saya datang cuma bawa diri saja. Pokoknya, saya berangkat ke sana dan syuting.

Anda tidak boleh menceritakan soal cerita film dan karakter yang diperankan, seperti apa sebenarnya?

Mereka itu benar-benar  ingin menjaga cerita dan karakter yang ada dalam film itu terjaga sampai waktunya tiba ditayangkan. Soalnya kalau diceritakan ke pihak luar, bisa ditiru oleh kompetitor. Dan kalau itu terjadi kredibilitas mereka dipertaruhkan. Makanya saya diminta menandatangi pernyataan kalau tidak akan menceritakan soal cerita film ini dan karakter yang saya perankan. Jadi kepada teman media dan teman-teman sineas mohon maaf sekali. Bukannya saya tidak mau berbagi cerita. Tapi saya memang belum boleh cerita.

 

Kita Juga Bisa Seperti Sineas Hollywood

Aba-aba untuk melanjutkan syuting datang dari salah seorang  kru sitkom Saya Terima Nikahnya. Tidak cukup dengan  itu, Nungky Kusumastuti pun ikut memanggil Ray untuk melanjutkan syuting scene berikutnya. “Ayo papiiiii,” seru Nungki dengan nada khas, melengking dan panjang. “Oke mamiiii,” sahut Ray mencoba menirukan nasa suara Nungki. Dalam sitkom ini keduanya memang berperan sebagai sepasang suami-istri.

Tak ribet mengarahkan Ray Sahatapy syuting. Semuanya berjalan dengan lancar. Tak berapa lama ia sudah menyelesaikan syutingnya. “Ayo kita lanjutkan perbincangannya,” serunya.

Meski Anda dilarang menceritakan soal cerita dan karakter, namun foto-foto fitting busana tersebar luas di internet?

Itu kan ekspresi kegembiraan saya. Makanya saat ada teman yang bertanya saya ceritakan dan saya kirim gambarnya. Mulanya cuma untuk koleksi pribadi, eh ternyata menyebar ke mana-mana.

Baca juga: 'Captain America: Civil War' Jadi Film ke-69 Ray Sahetapy

Ray Sahetapy. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Apa yang bisa diadopsi dari pengalaman Anda syuting dengan kru Marvel Studio?

Syuting yang merekalakukan memang serius sekali. Semua direncanakan dengan persiapan yang matang. Lampu untuk syutingnya saja besar sekali. Bayangkan untuk mengangkatnya harus menggunakan crane khusus. Piguran yang terlibbat juga ratusan orang. Salah satunya ada orang Indonesia. Dia bilang mau jadi piguran saja susah, apalagi dapat peran seperti saya.  Itu karena budget yang mereka anggarkan untuk syuting sebuah film memang besar.

Kalau dari sisi teknologi Hollywood memang tak ada lawan, dari sisi apa kita bisa “melawan” mereka?

Sebenarnya kita punya semangat, ini yang  sekarang  mulai pudar. Mari kita  bangkit, kita kuatkan lagi semangat kebersamaan yang selama ini ada. Saya yakin sineas kita bisa kok membuat karya yang bagus.

Bagaimana dari sisi cerita film?

Jujur untuk cerita sebenarnya Indonesia itu gudangnya. Banyak sekali kisah-kisah dari berbagai daerah yang bisa menjadi inspirasi. Ada cerita Sangkuriang, Gatot Koco, Bima, dan lain sebagainya. Cuma bagaimana kita mengemas ide cerita yang lokal itu agar bisa  diterima oleh publik dunia.  

Ray Sahetapy. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Bagaimana dukungan istri terhadap keterlibatan Anda di film Captain America:  Civil War ini?

Saya beruntung  punya istri yang support sekali. Dan support terbesar yang diberikan istri saya adalah kebebasan berekspresi. Dia memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada saya untuk melakoni setiap aktivitas syuting. Itu yang tidak saya temukan selama ini. Yang namanya seniman itu memang harus begitu. Harus ada kebebasan agar kreativitasnya keluar.

Jadi Anda yakin kalau suatu saat nanti sineas kita akan berkiprah di kancah yang lebih luas?

Oh tentu, sekarang saya sudah ada yang terlibat bermain dalam produksi film dari luar. Seperti Joe Taslim, Iko Uwais, Yayan Ruhian, Christine Hakim dan lain sebagainya. Saya yakin daftar nama sineas Indonesia yang akan terlibat dalam produksi film mancanegara akan bertambah panjang.

Bagaimana tanggapan Anda soal pendapat yang berkembang, kalau pihak Marvel Studio menggaet Anda demi kepentingan pasar. Tujuannya agar film ini lebih banyak disaksikan penonton Indonesia?

Kultur Amerika itu memang  multi etnis, bermacam-macam ras kumpul di sana. Coba  saja lihat film-film produksi mereka, ada orang kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit cokelat. Dari asal negaranya pun bermacam-macam. Kebudayaan mereka memang dibangun dari keragaman. Saat mereka memproduksi film hal itu juga terlihat. Saya pikir model seperti ini kan bagus sekali. Jadi karya film yang dihasilkan kaya warna. Soal ada yang bilang ini strategi pasar, ya enggak apa-apa.

Ke depan syuting film apa lagi yang akan Anda lalukan?

Sudah ada beberapa pihak di tanah  air yang meminta saya untuk main film. Cuma waktunya berkejar-kejaran dengan produksi sitkom ini. Semoga waktunya bisa diatur dengan baik. Dan semuanya bisa berjalan dengan baik.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading