Sukses

Entertainment

Eksklusif Robert Ronny, Siap Ulangi Sukses AADC 2 Lewat Kartini

Fimela.com, Jakarta Kesuksesan sebuah film adalah berkat kerjasama seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Lalu apa hubungan kesuksesan film AADC 2 (Ada Apa Dengan Cinta 2) dengan seorang Robert Ronny? Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Ronny adalah Executive Producer film laris tersebut.

Seperti diketahui, AADC 2 merupakan kerjasama Miles Films dengan Legacy Pictures. Duo Mira Lesmana-Riri Riza berkolaborasi dengan Robert Ronny sebagai produser eksekutif film tersebut. Hasilnya, AADC 2 menjadi salah satu film terlaris Indonesia sepanjang masa dan sementara ini menjadi film Indonesia terlaris di tahun 2016 ini.

***

“Saya senang bisa ikut terlibat dan bekerjasama dengan sineas sekelas Mira Lesmana dan Riri Riza di AADC 2 ini,” tutur Robert Ronny. Meraih 3,6 juta penonton lebih tentu bukan hal mudah. Walaupun film AADC memang punya banyak penggemar, namun film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra ini juga mampu memenuhi ekspektasi banyak orang.

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Sejak mulai diumumkan akan dibuat, lalu saat proses syuting dan menjelang pemutaran, sudah banyak orang yang penasaran dan tak sabar ingin menyaksikan sekuel dari AADC itu. Sampai akhirnya filmnya diputar, penonton menyerbu gedung bioskop dan merasa puas setelah menyaksikan AADC 2.

Peran produser di sini termasuk Robert Ronny, tentu tak bisa dianggap kecil. Selain itu, tentu ada alasan tersendiri kenapa duo Mira dan Riri memutuskan untuk bekerjasama dengan Ronny untuk memproduseri AADC 2. Ronny bukanlah nama baru di perfilman Indonesia. Suami dari Catherine Keng ini sudah cukup lama berkiprah di dunia film.

Di tahun 2002, Ronny menjadi salah seorang Associate Producer dan terlibat dalam proses kreatif film Andai Ia Tahu. Film yang disutradarai Indra Yudhistira itu menjadi langkah awal Ronny di dunia perfilman. Selain menjadi produser, Ronny juga menjadi penulis skenario dan bahkan sutradara di sejumlah film.

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Yang terbaru, Ronny juga menjadi Executive Producer film I Love You From 38.000 Feet (ILY From 38000 Ft) yang tayang di bioskop tanggal 5 Juli 2016 lalu. Legacy Pictures memang berkolaborasi dengan Screenplay Films dalam memproduksi film drama tersebut. Selain itu setidaknya ada dua proyek film yang sedang ditangani Robert Ronny.

Salah satunya adalah film Kartini yang disutradarai Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo serta sejumlah pemain terkenal lainnya. ILY From 38000 Ft ternyata juga meraih kesuksesan meski harus bersaing dengan empat film nasional lainnya yang diputar saat liburan Lebaran.

Strategi dan kiat apa saja yang dilakukan Ronny? Apa juga yang membuatnya menekuni dunia film meski latar pendidikan S1 nya adalah seorang Insinyur teknik sipil? Simak wawancara Henry dan hasil jepretan Febio Hernanto saat Robert Ronny berkunjung ke redaksi Bintang.com di kawasan Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

1

Sebagai Executive Producer Produser Eksekutif, Robert Ronny ikut berperan dalam kesuksesan film AADC 2 yang meraih 3,6 juta penonton. Begitu juga dengan I Love You From 38000 Ft, yang meraih 1,6 juta penonton lebih. Lalu seperti apa perannya di kedua film tersebut?

Proyek apa yang sedang dikerjakan saat ini?

Film terbaru saya yang beredar di bioskop, yang dimana saya terlibat,adalah ILY From 38000 Ft, main di bulan Juli 2016, liburan lebaran lalu. Untuk proyek yang akan datang saya juga jadi produser film Firegate yang masih dalam tahap post production dan baru saja menyelesaikan shooting film Kartini.

Anda adalah salah satu Executive Producer AADC 2, bisa diceritakan bagaimana prosesnya?

Jadi ceritanya saya lagi butuh memproduksi film yang bisa jadi hits dan ditonton banyak orang. Film pertama saya bersama Legacy Pictures, Kapan Kawin, dapat banyak pujian tapi hasil nya di Box Office tidak sesuai harapan kami. Dari situ saya mencoba meng approach mbak Mira untuk bisa ikut kerja sama dalam mem produksi film AADC 2 yang harapkan bisa sukses. Saya butuh beberapa bulan untuk meyakinkan mbak Mira bahwa Legacy Pictures adalah partner yang tepat bagi Miles Film untuk AADC 2. Setelah beberapa bulan,baru kemudian Mbak Mira memutuskan bekerja sama dengan kami untuk memproduksi AADC 2.

Apa yang membuat pihak Miles memutuskan untuk bekerjasama?

Mbak Mira dan mas Riri adalah orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang film dan mereka termasuk yang terbaik. Saya sebagai orang yang lebih muda dan belum banyak pengalaman merasa masih harus banyak belajar terutama pada orang-orang seperti mereka. Kita ternyata punya sejumlah pandangan dan visi yang sama. Sepertinya hal itu yang membuat mereka merasa cocok bersama saya.

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Sejauh apa keterlibatan Anda di AADC 2?

Saya termasuk terlibat cukup awal, sejak Mbak Mira masih men develop script AADC 2. Saya cukup beruntung bisa ikut terlibat dalam proyek AADC 2 ini dan belajar banyak dari Mbak Mira dan Mas Riri. Mereka berdua sangat open untuk saya ikut terlibat dalam proses pre production hingga post production. Saya sangat senang bahkan bisa ikut proses shooting AADC 2, saya belajar banyak dari Mas Riri sebagai sutradara dan Mbak Mira sebagai produser.

Apa sejak awal sudah optimis AADC 2 bakal sukses?

Kalau yakin sukses, pasti sejak awal sudah yakin. Apalagi Miles kan sudah punya pertimbangan tersendiri yang membuat mereka memutuskan untuk membuat sekuel AADC. Dengan segala proses dan perjuangan yang kita lewati dan dukungan dari banyak pihak, kita memang optimis banget. Tapi terus terang, bisa mencapai tiga juta penonton lebih sama sekali diluar dugaan kita.

Apa pelajaran yang didapat dengan kesuksesan AADC 2?

Pastinya banyak pelajaran yang saya dapat. Banyak pengalaman berharga yang saya dapat dari mbak Mira, mas Riza dan orang-orang Miles lainnya. Seperti bagaimana mengemas sebuah film dengan baik, detil, terencana dengan baik dan bagaimana membuatnya menjadi sebuah paket yang lengkap dan kemungkinan besar akan disukai banyak orang atau penonton.

Lalu bagaimana dengan ILY From 38000 Ft?

Nah kalau ini hal yang berbeda lagi. Saya juga senang bisa bekerjasama dengan orang-orang hebat seperti pak Sukhdev (Singh) dan Wicky (V. Olindo) dari Screenplay. Mereka tahu dan mengenal betul produk mereka dan hasilnya selalu disukai penonton. Tapi di ILY From 38000 Ft ini saya nggak terlibat sama sekali dalam proses kreatif dan nggak ikut proses syuting seperti AADC 2. Saya hanya mengamati dan mengikuti prosesnya saja. Dan saya senang bisa belajar banyak ilmu dari pak Sukhdev dan pak Wicky dari film ini.

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Apa yang berbeda dari ILY From 38000 Ft?

Film ini lebih ringan dan ditujukan untuk remaja, pasarnya lebih ke anak muda dan ini sesuatu yang baru dan beda untuk saya. Dari film ini saya bisa banyak belajar tentang film untuk remaja dengan bintang-bintang muda yang jadi idola mereka. Yang menarik, ILY From 38000 Ft bukan hanya film drama, tapi juga ada unsur adventure karena menampilkan lokasi syuting yang indah dan mungki belum diketahui banyak orang.

Bisa diceritakan awal Anda membentuk Legacy Pictures?

Saya mendirikan Legacy Pictures di tahun 2014 tidak lama setelah saya pulang dari bersekolah di New York Film Academy di Amerika Serikat (AS). Saya memang sangat menyukai dunia film dan tidak mau setengah-setengah. Melalui Legacy saya berharap kreativitas saya bisa lebih berkembang. Makanya meski sudah punya pengalaman di film, saya merasa ilmu saya masih kurang dan kemudian memutuskan untuk kuliah film. Saya beruntung bisa mendapat bea siswa kuliah film di New York. Karena pendidikan S1 saya adalah Teknik Sipil yang sangat jauh dari dunia film. Meskipun saya sempat bekerja di TV dan Film, saya yakin pendidikan lanjut Sekolah Film sangat penting untuk membuat saya menjadi filmmaker yang lebih baik.

Apa latar pendidikan Anda?

Saya ini lulusan Teknil Sipil di tahun 1998. Tapi minat utama saya adalah dunia film. Dari kecil saya suka film dan tertarik ingin bekerja di bidang film. Masalahnya waktu itu kan perfilman kita lagi lesu, akhirnya saya memilih untuk bekerja di bidang televisi lebih dulu. Di tahun 2000 saya masuk Trans TV, karena saya merasa dunia televisi ada kaitannya sama bidang film juga. Dari situ saya belajar banyak hal sampai kemudian mereka membentuk Transinema. Proyek pertama saya sebagai associate producer adalah film Andai Ia Tahu di tahun 2002.

2

Berawal dari dunia televisi, Robert Ronny kemudian terjun ke bidang film yang sudah menjadi obsesinya sejak lama. Ia berkiprah sebagai produser, lalu menjadi penulis skenario dan bahkan menjadi sutradara. Lalu apa saja proyek terbaru Ronny?

Setelah itu memutuskan untuk berkarier di film?

Iya, setelah itu saya makin mantap untuk terjun di dunia film. Setelah juga menjadi associate producer Biarkan Bintang Menari saya pindah ke MNC Pictures. Salah satu film yang saya produseri adalah Vina Bilang Cinta di tahun 2005. Lalu saya juga menjadi sutradara dan penulis skenario. Film pertama yang saya sutradarai adalah Hattrick di tahun 2011. Saya juga menulis skenarionya. Saya juga jadi salah satu sutradara di film omnibus judulnya Dilema di tahun yang sama. Setelah itu saya lebih fokus sebagai produser.

Kenapa memilih untuk sekolah di bidang film?

Karena masih banyak yang harus saya pelajari, masih banyak ilmu yang harus saya gali. Makanya saya memilih mengambil pendidikan di salah satu kampus yang bisa memberikan pengalaman terbaik sebagai sutradara, yaitu di New York Film Academy, karena kurikulum nya lebih banyak praktek daripada teori nya. Dan saya cukup beruntung bisa bertemu dan belajar dengan Sutradara kelas dunia seperti Ang Lee saat di New York dulu.

Bisa diceritakan film terbaru dari Legacy?

Yang sudah siap rilis film Firegate yang dibintangi Reza Rahadian, Julie Estelle dan Dwi Sasono. Kami saat ini hanya menunggu deal dengan distributor Internasional. Kami berencana menayangkan film ini di luar negeri dahulu sebelum di Indonesia. Film ini tentang penemuan piramida di daerah Jawa Barat yang ternyata lebih tua dari piramida di Mesir. Ini memang ada unsur sejarahnya dan kita benar-benar syuting di lokasi aslinya. Tapi tentu tetap ada unsur fiksinya dan bisa dibilang film ini masuk genre horor. Meskipun resminya genre film Firegate adalah Supernatural Adventure

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Kenapa masuk genre horor?

Saya belum bisa jelaskan secara detail apa ceritanya, supaya tidak spoiler tapi Firegate memang masuk genre horor. Bisa dibilang ini film horor Indonesia termahal dan termasuk film horor yang berbeda,karena itu kami lebih suka menyebut FIREGATE sebagai film Supernatural Adventure daripada sekedar film Horor. Saya memutuskan bekerjasama dengan Rizal Mantovani yang menjadi sutradara Firegate. Karena Kita kan sudah tahu reputasi Rizal dalam menangani film genre horor. Di film ini saya juga jadi penulis skenario. Tadinya kita mau hire penulis lain tapi nggak ada yang pas. Terus saya coba nulis draft pertama dan ternyata Rizal suka dan cocok, akhirnya saya yang nulis skenario.

Bagaimana dengan film Kartini?

Film Kartini ini sudah saya rencanakan sejak lama. Ini merupakan kerjasama kita dengan Dapur Film dan disutradarai sama Hanung Bramantyo. Awalnya memang direncanakan rilis di bulan April 2016 mendekati Hari Kartini, tapi akhirnya kita putuskan untuk ditunda sampai April 2017. Selain ada film bertema Kartini juga yang rilis di waktu yang sama, kita akan lebih mengembangkan ceritanya. Dan saat ini kami sangat puas dengan hasil syutingn ya.

Apa yang menjadi penekanan utama di film Kartini?

Film Kartini memang sudah pernah dibuat, tapi lebih menekankan sisi sejarahnya. Kalau kita akan lebih fokus pada segi tema pendidikannya. Kita mau menampilkan sosok Kartini yang sudah berpikiran maju di jamannya, terutama dalam hal pendidikan. Yang diperjuangkan Kartini sebenarnya bukan hanya kaum wanita, tapi juga golongan masyarakat kelas bawah yang waktu itu sangat sulit untuk bisa memperoleh pendidikan formal. Jadi Kartini bukan hanya harus memberontak terhadap keluarganya, tapi juga orangtuanya dan sistem masyarakat saat itu, dan itu yang membuat jasanya sangat besar. Kita akan mengangkat hal-hal yang mungkin selama ini belum diketahui banyak orang.

Anda menjadi produser di film Kartini?

Iya, saya sebagai produser saja. Untuk skenario ditulis oleh Hanung bersama Bagus Bramanthi. Meskipun tentu saja saya ikut men develop cerita dan arah visi film Kartini ini. Apa yang mau kami sampaikan, saya diskusi dengan Hanung dan memutuskan bahwa film Kartini kami adalah emotional journey dari sosok Kartini. Bukan sekedar membahas sejarah atau politik.

Apa yang membuat film Kartini diperkuat barisan pemain bintang seperti Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian dan Christine Hakim?

Kalau Dian Sastrowardoyo sejak awal memang sudah kita plot sebagai pemeran Kartini. Selain Dian, ada Acha Septriasa, Christine Hakim, Adinia Wirasti, Reza Rahadian, Djenar Maesa Ayu, Denny Sumargo, Deddy Sutomo dan yang baru bergabung ada Nova Eliza juga. Kalau pemain lainnya, mereka bersedia bergabung karena tertarik sama ceritanya. Seperti saya bilang tadi, film ini akan fokus pada hal pendidikan dan itu yang membuatnya beda dari film Kartini lainnya.

Robert Ronny. (Fotografer : Febio Hernanto, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com).

Apa lagi proyek terbaru Anda?

Ada proyek baru lagi, tapi kita mau fokus dulu sama Firegate dan Kartini. Kartini rencananya akan rilis pada April tahun depan, kalau Firegate kita punya rencana lain. Kami sudah menerima beberapa tawaran dari sales agent dan distributor Film Internasional untuk film Firegate kami ini dan kami memutuskan untuk menayangkan film Firegate di luar negeri dulu sebelum di Indonesia. Kami harap dengan strategi ini, Film Firegate ini bisa meraih sukses secara komersial di Indonesia.

Siapa sineas idola Anda?

Saya sangat mengidolakan Ang Lee dan Teguh Karya. Mereka jadi inspirasi saya di dunia film. Saya mengikuti perkembangan karir Ang Lee dan menyukai karya-karyanya. Yang saya tahu, Ang Lee sempat menganggur sampai delapan tahun sebelum akhirnya mendapat kontrak membuat film. Setelah sukses sampai ke Hollywood, dia tidak melupakan negaranya, Taiwan, dan tetap pribadi yang humble. Begitu juga Teguh Karya. Film-film beliau termasuk mempengaruhi ketertarikan saya pada dunia film.

Target dan harapan apa yang ingin dicapai?

Harapannya, terus membuat film yang bagus dan disukai penonton. Saya tentu punya tanggung jawab pada mereka yang membiayai film-film saya supaya filmnya ditonton banyak orang. Target lainnya, saya ingin menjadi sutradara lagi. Saya merasa kurang puas saat menyutradarai Hattrick. Karena itu saya ingin menyutradarai film lagi dan mudah-mudahan hasilnya bisa jauh lebih baik.

Dengan kemampuan yang cukup lengkap sebagai produser, penulis skenario dan sutradara, Robert Ronny masih punya  banyak potensi untuk memproduksi film-film berkualitas sekaligus menghibur seperti AADC 2. Apalagi dengan pengalamannya bersama sejumlah sineas senior, membuat kemampuan Ronny makin terasah. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading