Sukses

Entertainment

Editor Says, Miniatur Orang Indonesia di KRL Jabodetabek

Fimela.com, Jakarta Setahun terakhir ketika kantor Bintang.com diboyong ke kawasan Gondangdia, Menteng, Jakpus, saya memutuskan berpindah armada dari motor menjadi kereta api rel listrik (KRL). Macet yang panjang membuat saya kelelahan ketika sampai rumah sehingga memilih KRL. Serunya, 

Kalau Anda pernah mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Anda akan menemukan miniatur rumah dan budaya dari berbagai propinsi di tanah air. Nah, di KRL saya menemukan sejenis TMII juga. Seperti Jakarta yang menjadi tumpuan hidup orang dari berbagai daerah, maka pekerja yang bergerak menuju Jakarta dengan KRL juga berasal dari berbagai daerah.

Setiap hari saya berjumpa dengan penumpang dari latar belakang suku. Beberapa suku terlihat jelas dari wajah dan postrus manusianya. Beberapa baru terlihat ketika mereka berbicara. Gaya bicara orang Jawa, Batak, Padang, Flores, Makassar, atau daerah lain jelas amat mudah dibedakan ketika kita sudah mendengarnya.

Penumpang tengah mengantri untuk menaiki Kereta Commuter Line di Manggarai, Jakarta, Rabu (9/8). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saya termasuk beruntung karena menggunakan KRL ketika infrastukturKRL sudah dibenahi sejak masa Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero). Semua kereta sudah menggunakan AC. Dan tak harus berjubel-jubel hingga ada yang naik di atap kereta.

Jujur, ketika awal menggunakan KRL saya melihat optimisme Indonesia di masa depan. Infrastuktur di stasiun dan KRL 'memaksa' orang untuk mematuhi aturan. Mulai dari antri tiket, buang sampah pada tempatnya, hingga larangan merokok di seluruh area stasiun.

Tapi, semakin hari semakin banyak orang yang saya temui, saya sadar optimisme itu berkurang perlahan. Masih banyak orang yang tidak peduli pada KRL yag mereka tumpangi dan juga sesama penumpang. Misalnya, aturan dilarang makan dan minum di dalam kereta. Ini hal paling sepele, namun tak banyak yang menyadari pentingnya aturan ini dijaga untuk menghormati sesama penumpang.

KRL berbeda dengan kereta jarak jauh yang memiliki waktu istirahat untuk dibersihkan. KRL akan melaju terus bolak-balik sesudai dengan tujuannya setiap hari. Artinya, KRL hanya punya sedikit waktu untuk dibersihkan.

Suasana penumpang saat menunggu krl Commuter line di Stasiun Kota, Jakarta, Jumat (26/12/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Karena itu makan dan minum dilarang dalam kereta. Agar kotoran yang ditinggalkan tidak mengganggu penumpang lain. Juga aroma makanan mungkin akan mengganggu penumpang lain dan merasa tak nyaman.

Yang paling parah adalah, mereka yang makan dan minum lantas tidak membawa turun sampah. Sampah tercecer di lantai atau kursi lain. "Kesel deh, sudah bau, sampahnya ditinggal. Otomatis ya penumpang lain yang bersihkan," ujar Regina Novanda, salah satu penumpang KRL jurusan Bekasi-Manggarai.

Percaya atau tidak, orang yang tidak membuang sampah pada tempatnya di Indonesia ini masih banyak. Tak salah bukan kalau saya menyebut KRL adalah miniatur orang Indonesia? Urusan antri di KRL bisa juga menjadi miniatur Indonesia.

Masih ingat dengan kasus Dinda? Status jejaring sosial Path berisi kebencian terhadap ibu hamil yang meminta duduk di kereta api ditulis oleh akun bernama Dinda. Mengetahui status yang ditulisnya itu menyebar di dunia maya, Dinda membeberkan alasannya.

Miniatur Indonesia di KRL

"Path gw nyebar gara-gara statement ibu hamil ya. ayo monggo yang judge gw ngerasain dulu tiap hari naik kereta terus tiap hari berangkat abis subuh cuma biar dapat tempat duduk. emang lo semua pada ngerti kaki gw pincang gara-gara geser tulangnya. gak kan. makanya gue bela-belain berangkat jam 5 pagi buat dapet tempat duduk. eh tiba-tiba ada ibu hamil baru masuk kereta jam 7 pagi. gue udah lari-larian jam 5 pagi jangan pada maunya cuma dingertiin doang para ibu. emang gue belum hamil tapi kaki gue sakit aja gw ngerti ga mau nyusahin orang kok. plis sama-sama dong kita saling ngerti jangan mau enaknya doang ya ibu-ibu. ayo yang ngejudge ikut saya ya berangkat dari rumah saya jam 5 naik kereta tiap hari dari rumah saya 1 kali naik ojek trus 2 kali naik angkot lho ke stasiun. ikutin aja rutinitas saya tiap hari kalau enggak ada komen apa-apa berarti saya yang berlebihan. hehe," kata Dinda dalam akun Path-nya.

Menurut Dinda, dirinya masih sering melihat ibu hamil lainnya berangkat pagi dan tidak pemalas. Dinda menuturkan, harusnya ibu hamil yang pemalas melihat contoh tersebut.

"Oiya, banyak juga kok ibu hamil yang gue lihat berangkat pagi juga. nah kepada enggak mencontoh mereka. mereka aja bisa kok. kalo enggak mau nyusahin enggak usah minta tempat duduk diem aja. hahahaha.. dasar pemalas. itu buktinya ada kok yang enggak pemalas. respect saya kepada ibu hamil yang mandiri dan enggak manja!!!! be tough girl!" tambah Dinda.

Seperti diketahui, sejak pagi jejaring sosial heboh, ada remaja perempuan mencurahkan kebenciannya kepada wanita hamil yang meminta duduk saat naik kereta api dalam media sosial Path. Wanita tersebut keberatan memberikan duduk karena dirinya sudah berangkat pagi demi mendapatkan kursi tersebut.

"Benci sama ibu-ibu hamil yang tiba-tiba minta duduk. Ya gue tahu lw hamil tapi plis dong berangkat pagi. Ke stasiun yang jauh sekalian biar dapat duduk, gue aja enggak hamil bela-belain berangkat pagi demi dapat tempat duduk. Dasar emang enggak mau susah.. ckckck.. nyusahin orang. kalau enggak mau susah enggak usah kerja bu di rumah saja. mentang-mentang hamil maunya dingertiin terus. Tapi sendirinya enggak mau usaha.. cape dehh," tulis wanita itu yang bertagar #notetomyselfjgnnyusahinorg!!

Penumpang turun dari KRL commuter line Jakarta Kota-Bogor di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (24/11)(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dinda dicaci maki di jejaring sosial karena kecaman terhadap ibu hamil di kereta api yang tiba-tiba memintanya memberi tempat duduk. Tapi pada akhirnya Dinda meminta maaf karena postingannya tersebut. Di screenshot itu terdapat satu posting-an dari akun atas nama Ranny yang mengkritik posting-an sebelumnya dari Dinda. Ranny menandai Dinda dalam posting-an tersebut.

"Hallo mba dinda.. Cuma mau bilang semoga Tuhan mengampuni segala dosa2 anda. Masih dikasih kesempatan dengan diberi keturunan nantinya. Dan smoga ketika anda hamil nanti anda sudah menjadi orang kaya, mapan, dan cukup uang untuk membeli kendaraan pribadi sendiri jd udah gak perlu sakit2 kakinya jalan pagi2 buta buat dapet duduk dikereta. Menyedihkan sekali ketika anda mendadak menjadi hits dengan statement tidak bermoral anda itu. Semoga postingan anda itu bukan hanya krn PMS atau kegalauan anak alay semata ya mbak yah.. Terimakasih karena anda telah berhasil membuat para ibu, perempuan yg punya hati bersedih dan emosi akan hal ini. Dan semoga Tuhan menyadarkan anda agar bias lebih bermoral dan mempunyai empati lebih. Sekian." tulis Ranny.

Posting-an tersebut mengundang komentar dari Dinda. Dinda mengaku khilaf dan meminta maaf kepada Ranny dan pria lain bernama Yoga yang juga berkomentar di posting-an tersebut. Tidak hanya itu, Dinda juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat.

"Maaf mas yogi dan mbak rani saya ingin minta maaf sekali lagi atas perkataan yang tidak berkenan.. memang saya khilaf sekali.. dan ini semua menjadi pelajaran dari hidup saya.. saya berharap mbak dan mas bias memafkan saya begitu juga dengan org diluar sanaa.. sekali lg saya minta maaff yaa mbak dan mas," balas Dinda.

Eh sampai sekarang urusan tempat duduk prioritas ini masih terus jadi perdebatan di dalam kereta. Apalagi jika ibu hamil muda yang belum terlihat buncit perutnya. Banyak orang curiga ibu-ibu itu hanya pura-pura hamil demi mendapat tempat duduk. Duh.... miris bukan? Ketidakpedulian bagi sesama masih saja telihat kuat.

Tapi tak semua tergerus rasa optimisme saya pudar, karena saya sering juga menemui penumpang yang sangat peduli pada penumpang prioritas. Bahkan sebelum ibu hamil naik, beberapa penumpang sudah meneriakan ada ibu hamil butuh tempat duduk. Orang-orang seperti inilah yang selalu membuat saya percaya Indonesia punya masa depan cerah.

"Saya cuma menempatkan diri bagaimana kalau istri saya hamil dan harus naik kereta yang penuh. Tidak ingin menund pulang karena ingin segera istirahat di rumah. Bagaimana pula jika saya masih harus naik kereta? Karena itulah saya mesti utamakan penumpang prioritas," ujar Ogi, salah satu penumpang kereta.

Dua antrian yang selalu dilalui penumpang KRL adalah antrian di gerbang stasiun dan di pintu kereta. Dan inilah miniatur orang Indonesia berikutnya. Antrian keluar stasiun sering menjadi antrian tak beraturan karena banyak yang tergesa-gesa dengan semua urusan masing-masing.

Tapi soal antrian keluar dan masuk kereta masih tetap saja Indonesia banget. Di Jepang, penumpang sudah sadar memberi ruang untuk penumpang yang turun kereta lebih dulu. Mereka antri dengan berbaris sesuai dengan urutan kedatangan mereka. Kalau sudah tidak cukup, mereka tidak memaksa masuk.

Apa kabar penumpang KRL Jabodetabek? Jangan harap Anda bisa antri dengan benar ketika kereta datang. Berdesak-desakan takut tak bisa masuk dalam kereta dan menghalangi jalan penumpang yang mau keluar kereta masih jadi pemandangan sehari-hari. Itulah orang Indonesia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading