Botak karena Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa Diprotes Anak

[Bintang] Ernest Prakasa — Pemeran, sutradara dan penulis, Ernest Prakasa terlahir dari dunia komedi. Begitu juga dengan dua film yang digarap masih dalam komedi. Ia masih belum pede keluar dari komedi. (Adrian Putra/Bintang.com)

Fimela.com, Jakarta Keputusan Ernest Prakasa membuat janji khusus jika film Cek Toko Sebelah mendapat 2,5 juta penonton ternyata mendapat protes keras dari sang anak. Hal tersebut diaku Ernest karena tak sempat berdiskusi dengan anaknya mengenai janji untuk menggunduli rambutnya.

Usai gundul, Ernest sempat mendapat pujian dari istrinya, Meira Anastasia. Dia mengunggah kata-kata manis istrinya usai rambutnya dibotakin. "HUn.. Aku tuh ketemu kamu lagi botak aku tetap jatuh cinta. Ganteng aja tetep kamu mah," tulis Meira.

Ernest Prakasa gundul. (Twitter)

Karena bekerja bersama saat menulis skenario, istri Ernest memahami keinginannya. "Dia (istri) paham, yang nggak setuju itu anakku. Anak bilang, 'nggak mau dengar'. Agak bersalah juga sama anak karena nazar nggak diskusi dulu. Tapi nggak apa-apa lah, sudah terlanjur," kata Ernest Prakasa.

Ernest Prakasa memenuhi janjinya untuk membotaki kepalanya jika film Cek Toko Sebelah tembu 2,5 juta penonton. Impian itu jadi kenyataan usai libur tahun baru Cina atau Imlek. 33 hari tayang di bioskop, film Cek Toko Sebelah mendapat 2.510.299 penonton.

Uuunnch aku digombalinnnnnnn @meiranastasia 🙈🙈🙈🙈🙈

A photo posted by youtube.com/ernestprakasa (@ernestprakasa) on Jan 26, 2017 at 7:51pm PST

Bukan tanpa alasan Ernest membuat janji khusus di angka 2,5 juta. Sebab, dia ingin karyanya ini masuk jajaran 10 besar film box office Indonesia. Ernest rela membabat asetnya yang berharga jika angka itu berhasil ditembus filmnya.

"Bukan karena nggak bersyukur sama angka 2 juta. Kita ingin sampai di top 10 box office, sebelum disalip film lain. (Top 10 box office) yaitu di 2,4 juta. Sebenarnya rambut saya aset berharga banget. Tapi kalau Cek Toko Sebelah sampai 2,5 juta saya botak," jelas Ernest Prakasa, di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat.