Sukses

Entertainment

Editor Says: Antara Dilan, Rangga dan Si Boy

Fimela.com, Jakarta Saat ini, film Dilan menjadi pembicaraan masyrakat. Tentunya, bagi yang sudah nonton, bisa melihat gaya bercinta Dilan di era 90-an. Para pemainnya begitu natural memerankan tokoh masing-masing, sehingga para penonton pun terhanyut suasana. Eh, tapi ini bukan membahas tentang film, melainkan sosok-sosok yang begitu diidolakan kaum hawa.

Ada dua hal yang mungkin terjadi, sehingga membuat film Dilan ini menjadi laris manis. Analisa ini silahkan, boleh dipercaya atau boleh tidak. Namanya juga analisa untuk menambah wawasan.

 

Pertama, banyak dari generasi yang menghabiskan masa remajanya di era 90-an, setidaknya yang saat itu menggunakan seragam putih abu-abu, rindu dengan suasana era 90-an yang saat ini menjadi pembicaraan di media sosial. Bahkan, ada komunitas di berbagai media sosial, generasi 90-an. Banyak yang setuju, jika generasi 90-an adalah generasi yang disebutkan banyak keunggulannya.

Kedua, bagi generasi saat ini, melihat film Dilan yang cukup berbeda dari film-film bertema remaja kebanyakan, membuat rasa penasaran semakin tinggi terhadap kehidupan percintaan remaja di era 90-an. Tentu saja, sangat berbeda dengan dunia remaja saat ini yang didominasi dengan teknologi digital.

 

Romantisma yang -mungkin- dianggap lebay sebagian orang, ternyata menggugah remaja saat ini untuk berusaha melantunkan percakapan-percakapan ala 90-an yang -mungkin- belum banyak terkontaminasi dengan teknologi informasi yang begitu bebas saat ini. Tidak vulgar, tapi justru sangat menyentuh hati.

Bagi pecinta Dilan yang juga sudah membaca bukunya, masih akan ada cerita lanjutan dari romantisme Dilan dan Milea. Siap-siap menantikan ya.

 

Dilan, mungkinkah bangkitkan lagi cerita lain era 90-an?

Film Dilan mengingatkan tentang kisah-kisah remaja yang juga menjadi idola. Dilan, seakan menjadi gambaran bagaimana, kisah remaja yang dimabuk asmara, dibangun dengan sisi humanis yang jauh dari kata vulgar. Dilan, seakan mewakili, bagaimana para remaja itu berinteraksi, baik percintaan maupun pertemanan.

Di era 2000-an, mungkin masih ingat dengan film Ada Apa dengan Cinta? Film besutan Rudy Sujarwo itu, mengisahkan tentang romantisme Rangga dan Cinta saat masih berpakaian putih abu-abu. Film AADC? itu disebut-sebut, sebagai salah satu pelopor kebangkitan film Indonesia untuk cerita-cerita cinta para remaja.

 

Sesuai dengan perkembangan zamannya, adegan cinta dalam film AADC? itu menampilkan momen yang menjadi kontroversi saat itu. Saat Rangga mencium Cinta di Bandara, sesaat sebelum Rangga meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Amerika Serikat. Begitu film AADC? meledak, saat itu para remaja era 2000-an pun berlomba untuk bisa membuat puisi seperti yang dibuat Rangga.

Mundur 20 tahun ke belakang, cerita cinta remaja yang fenomenal pernah juga tertuang dalam film Catatan si Boy. Muncul di era 80-an, film Catatan si Boy, menjadi film yang laris manis. Bahkan, pihak produser sampai membuat 4 seri film yang memperkenalkan nama Ongky Alexander tersebut.

 

Kisah Catatan si Boy memang bukan tentang putih abu-abu, melainkan masa transisi dari remaja ke dewasa. Karena itu, film tersebut kerap menunjukkan adegan-adegan cium bibir, hingga busana seksi. Si Boy, menggambarkan sosok lelaki yang tajir melintir, baik hati, suka menolong dan taat beribadah.

Yang pasti, setiap era, punya cerita tersendiri. Kita nantikan, akankah film seperti Dilan, Ada Apa Dengan Cinta dan Catatan si Boy, kembali memenuhi layar bioskop kesayangan kamu?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading