Sukses

Entertainment

Lewat Film Darah dan Doa, Usmar Ismail Jadi Bapak Perfilman Nasional

Fimela.com, Jakarta Sosok Usmar Ismail menjadi pembicaraan netizen karena Google membuat persembahan Google Doodle pada hari ulang tahunnya, 20 Maret. Bagi perfilman nasional, jasa Usmar Ismail sangat besar.

Setiap tanggal 30 Maret diperingati sebagi Hari Film Nasional. Alasannya, tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Ada sejarah panjang dibalik penetapan hari tersebut.

Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.

 

Setelah Belanda, Jepang juga memproduksi film saat menjajah Indonesia. Pada era 1942-1949, produksi film di Indonesia dijadikan sebagai alat propaganda politik Jepang. Pemutaran fil di bioskop hanya dibatasi untuk penampilan film -film propaganda Jepang dan film-film Indonesia yang sudah ada sebelumnya, sehingga bisa dikatakan bahwa era ini bisa disebut sebagai era surutnya prodkusi film nasional. Pada 1942, Nippon Eigha Sha, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya dapat memproduksi 3 film yaitu Pulo Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.

Setelah pemerintahan cukup stabil paska kemerdekaan Republik Indonesia, tibalah tanggal 30 Maret 1950 menjadi hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail.

 

Film Pertama Indonesia

Film ini dinilai sebagai film lokal pertama yang bercirikan Indonesia. Selain itu film ini juga merupakan film pertama yang benar-benar disutradarai orang Indonesia yaitu Usmar Ismail juga diproduksi oleh perusahaan film milik orang Indonesia asli yang bernama Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dimana Usmar Ismail tercatat juga sebagai pendirinya. Karena itulah 30 Maret selalu diperingati sebagai Hari Film Nasional.

Tak sampai di situ, semasa hidupnya Usmar Ismail telah meraih berbagai penghargaan film seperti Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno di tahun 1962, Anugerah Seni dari Pemerintah RI tahun 1969 dan setelah wafat namanya diangkat sebagai Warga Teladan DKI.

Memiliki pengaruh besar terhadap industri perfilman Indonesia, sosok Usmar Ismail juga memiliki kesan tersendiri di hari masyarakat. Pada masanya, kritikus film menganggap karya-karyanya seperti Enam Djam di Jogja dan Dosa Tak Berampun sangat mencirikan Indonesia.

Pada masa kejayaannya, ia juga berhasil menarik antusiasme penonton yang berjubel selama lima minggu berturut-turut untuk menyaksikan filmnya. Meski begitu, ada juga film Usmar Ismail berjudul Anak Perawan di Sarang Penyamun yang diboikot pada tahun 1962.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading