Sukses

Entertainment

Eksklusif, Dion Wiyoko Cari Inspirasi untuk Terbang Menembus Langit

Fimela.com, Jakarta Dion Wiyoko bisa dibilang sepi dari pemberitaan miring. Karena masyarakat lebih suka berita sensasi, maka nama Dion sering seperti samar-samar saja terdengar. Namun, tengoklah karya-karyanya. Dion jelas bukan orang yang layak dipandang sebelah mata.

*****

Dion Wiyoko memulai kariernya sebagai model di beberapa majalah seperti Aneka Yess, Femina, dan masih banyak lagi. Dunia model mengantarkannya pada dunia akting melalui beberapa FTV dan sinetron. Film pertamanya adalah Kuntilanak Beranak yang dirilis tahun 2009. Lalu disusul film berikutnya Serigala Terakhir, di mana ia berperan sebagai Lukman masih pada tahun yang sama.

 

Serigala Terakhir yang disutradarai Upi adalah karya fenomenal saat itu. Kemudian pada tahun 2011 membintangi film Khalifah dan beradu akting dengan Marsha Timothy, Ben Joshua, dan Indra Herlambang.

Arek Surabaya kelahiran 3 Mei 1985 ini tak mau membatasi diri. Memulai karir film layar lebar sejak 2009, Dion telah mencatatkan 19 judul film dalam filmografinya. Dion bermetamofrsosis dengan cepat dari satu peran ke pesan lain. Rekornya adalah membintangi 6 film dalam satu tahun di tahun 2012.

 

Tahun ini, Dion siap memperkenalkan karya terbarunya berjudul Terbang Menembus Langit. Film ini mengisahkan perjuangan tokoh utamanya, Onggy, yang diperankan oleh Dion Wiyoko.

Tantangan dan harapan datang silih berganti, mengiringi perjuangan Onggy untuk meraih mimpi. Tapi Onggy tidak pernah sendiri. Istrinya, yang diperankan oleh Laura Basuki, selalu setia di kala sedih maupun senang. Simak yuk obrolan eksklusif Bintang.com bersama Dion Wiyoko berikut ini tentang film terbarunya.

 

Kaya Inspirasi

Film Terbang Menembus Langit menurut Dion Wiyoko menawarkan banyak inspirasi. Film ini juga memberi tantangan baru untuk Dion. Dia berharap penonton juga bisa merasakan inspirasi ketika menonton film ini.

Berperan sebagai apa di Film ini dan apa si cerita tentang film Terbang?

Karakter Onggy ini ambisius untuk hidup lebih baik. Dia pemuda yang gigih ingin keluar dari Tarakan ke Surabaya untuk kuliah dan membangun usia. Dia belajar dari pengalaman untuk hidup lebih baik. Sebenarnya tujuannya cuma satu, untuk membahagiakan keluarganya.

Apa yang membuat Dion Wiyoko menerima tawaran bermain film ini?

Karena memang secara periodenya terpisah-pisah. Ada dari SMA, kualiah hingga dewasa di jakarta. Tantangannya untuk membagi emosi di setiap fasenya. Kalau secara fisik kan make up bisa membantu.

Tapi soal rasa kan harus dibedakan. Untuk membangun emosi itu PR banget, karena 90% film ini harus membawa penonton memahami emosinya. Tantangannya ya itu bagaimana membuat penonton larut dalam emosi.

 

Apa tantangan berperan menjadi seseorang yang masih hidup?

Kalau film biopik Terbang ini beruntungnya pak Onggy bukan orang semua kenal seperti Pak Habibie. Seluruh orang Indonesia tahu gesture nya. Kalau Pak Onggy ini kan nggak semua orang tahu.

jadi kita ambil benang merahnya, semangat hidupnya, bagaimana Pak Onggy menjalani hidupnya. Kalau mengejar fisiknya, kita jauh berbeda. Tugasnya aktor adalah membuat karakternya dipercaya penonton. Kalau penonton bisa merasakan emosinya karakter itulah yang saya kejar.

Riset apa yang dilakukan untuk memerankan karakter ini?

Ada pertemuan dua kali ya. Risetnya lebih pengin tahu bagaimana kejadian aslinya. Mencari infonya sebenarnya lumayan minim sih. Karena kan sosoknya Onggy bukan semua orang tahu.

 

Bagaimana menaklukkan tantangan tersebut?

Dari reading dan workshop sudah berupaya membangun emosinya. Ketemu Pak Onggy juga sebelum syuting. Setiap adegan harus meluruskan visi dan misi Mas Nugros. Jadi setiap fase harus kelihatan bagaimana emosinya dan menentukan batasnya sampai mana.

Sama Laura juga untungnya sudah lama kenal, jadi kerjasamanya enak. Disini konsentrasinya kita berdua, jadi kita klik banget untuk peran Onggy dan Chandra ini.

Dipasangkan kembali dengan Laura Basuki, bagaimana perasaanya?

Wah itu sangat menyenangkan. Dia salah satu patner yang bisa nyambung apa saja ya. Dia mau kerjasama dengan positif. Jadi kita diskusiin mau kayak apa syutingnya. Syuting hampir satu bulan sama Laura paling masalah teknis doang. Maunya nyium kening, dia nyium tangan. Makanya jadi miss.

 

Semangat Promo

Dion Wiyoko baru kali ini merasakan antusiasme tinggi promo film hingga 1,5 bulan sebelum tayang. Tentu ada alasan tersendiri melakukannya. Film ini juga ini memberikan harapan khusus untuknya.

Makna film ini kuat ya?

Selera penonton kan pasti berbeda-beda tapi tujuan utama film ini adalah menghibur dan memotivasi. Bagaimana Onggy berjuang itu diambil dari kaum minoritas dari Tarakan yang harus mengejar mimpinya ke Surabaya, garus jatuh bangun. Tapi itu kuliatnya aja.

Kalau penonton secara luas nggak cuma lihat segi minoritas saja dengan kondisi yang terbatas banget masih bisa sukses. Tapi bagaimana seorang dari Tarakan saja bisa sukses meskipun dengan keterbatasan, asal mau berjuang pasti ada jalan. Juga tentang kebhinekaan kita, keberagaman kita bisa terasa.

Syutingnya kan di Tarakan, Surabaya, dan Jakarta. Dari tiga kota ini mana yang paling menarik?

Sekitar 60 persen syuting di Surabaya. Lokasinya nggak ada di set yang enak, rumah-rumahnya di kontrakan kecil yang panas. yang paling memorable itu di daerah Lawang Seketeng, peneleh itu banyak warga sekitar yang mendukung kami. Mereka nyiapin cemilan dan makan malam. Kita nggak beli catering, akhirnya mereka yang menyediakan. Memberdayakan ekomomi masyarakat sekitar juga. Saya kan aslinya dari Surabaya, tapi lokasinya ini banyak set yang belum saya tahu. Banyak lokasi heritage untuk menggambarkan Surabaya era 80-an dapat banget.

Kalau di Tarakan itu syutingnya setengah bulanannya. Lucunya pas syuting kegigit tawon pas jalan di dermaga yang rusak. Ini ada tawon yang gede banget sejempol. Awalnya ngira bukan tawon karena gede, ada 12 gigitan. Yang paling parah di alis, dipaksa syuting sorenya. Begitu malam bengkaknya besar dan badan panas dingin. Akhirnya ke rumah sakit disuntik supaya bisa lanjut syuting.

 

Kemarin kan sudah mulai roadshow ke Medan, Pelmbang, Surabaya dan Makassar, cerita dong bagaimana pengalaman roadshow di kota-kota tersebut?

Baru kali ini saya promo film 1,5 bulan sebelum tayang. Ini semangatnya uar biasa membbuat masyarakat untuk tahu film ini. Yakin akan hasil produksi film ini berkualitas jadi semangat sekali promonya.

Puji syukur, hampir semua di studionya full. Malah nambah studionya. Di Surabaya itu sampai 6 studio full samapai 1000 lebih tiket. Bukan cuma melibatkan media dan kuis ya. Ini yang kenal Pak Onggy pada ngajak orang lain.

Serunya lagi ini film ditonton lepas dari komunitasnya. Fim ini universal banget, pas di Makassar bangga sama apresiasi mereka.

 

Harapannya apa?

Semoga semakin banyak yang nonton di awal bakal ngajak yang lain untuk nonton karena kesan dari peonnton langsung itu lebih fair dan gampang tertular untuk penonton lain. Mudah-mudahaan 19 April ini orang makin yakin untuk nonton film ini.

5 Alasan untuk nonton Terbang Menembus Langit?

Pertama ini tentang keberagamana, kedua menghibur untuk yang sedang berjuang, bukan hanya komedi tapi juga dramanya juga. Ketiga cukup emosional. Keempat, ini set diambil 70-80an jadi sinematograpinya bagus banget. Tim produksi sampai membangun rumah panggung di Tarakan untuk syuting. Terakhir, kalian akan sangat termotivasi untuk mendapat hidup lebih layak dan bahagia kemudian hari.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading