Sukses

Entertainment

Exclusive Interview: John Legend, Sang Pengejar Keindahan

john legend

Mengenakan kemeja kotak-kotak warna merah, celana jeans dan sepatu yang putihnya hampir menyilaukan dan menyita pandang, matanya menyapa saya bahkan sebelum kata Hai, terucap. Ramah, dengan bakat untuk membuat orang yang menatapnya segera merasa spesial lewat sorot matanya yang misterius ibarat sedang berpikir tetapi juga seksi itu menjadi kesan pertamanya. Itu dan ditambah dengan kesan tulus dari gaya serta intonasi bicaranya berpadu dengan ingatan tentang kemampuan olah vokal dan lagu-lagunya, menjadikan sosok yang tidak terlalu tinggi itu semakin dominan pesonanya. Kepada saya dia bercerita mengenai perempuan, kenapa dia lebih suka menulis lagu untuk penyanyi perempuan ketimbang laki-laki, dan pengalaman berkesannya membuat satu hidangan Indonesia yang dipelajarinya di sebuah kelas memasak di Bali.

Fimela: Sebagai penulis lagu dengan banyak penghargaan, lagu apa yang paling mewakili “the woman in you?” Karena kan teorinya manusia itu, lepas dari jenis kelaminnya, tetap memiliki sisi perempuan dan laki-laki di dalam diri mereka.

John Legend: Apa ya? Sepertinya I Love You Love, karena di lagu itu memberi tempat untuk menjadi rapuh karena cinta. Karena kan cinta membawa perih. Latar belakang lagu itu dari orang yang jatuh cinta. Kalau jatuh cinta artinya siap membuka diri, mau mengambil resiko untuk disakiti. Mudah diserang dan lemah. Being vulnerable.

F: Jadi menurut Anda, rapuh karena cinta itu sangat perempuan?

JL: [Tertawa kecil, seolah minta maaf] Ya, maksudnya secara stereotype kan sangat perempuan.

F: Nah, buat Anda, kualitas apa dari seorang perempuan yang Anda pikir paling inspiratif?

JL: Cantik dan indah itu pasti. Tapi buat saya seksi itu penting sekali. Dan bukan sekedar seksi. Seksi karena rasa percaya diri yang cukup, pintar membawa diri, punya rasa humor dan seru. Seksi yang itu.

F: Kalau Anda diminta meneruskan kalimat berikut ini, apa yang akan Anda katakan? “I wish woman were more...”

JL: Easy to satisfied. Perempuan sulit dipuaskan karena terkadang sangat sulit dimengerti dan logika tidak selalu masuk untuk memahami perempuan. Menurut saya, kita ( laki-laki), tidak akan sepenuhnya bisa mengerti perempuan. We try, we try... [tertawa dengan akhiran menggantung tak yakin, hampir putus asa].

F: Anda kemarin menonton pertunjukan Bob Dylan? Nah, seandainya Anda ingin memperkenalkan Bob Dylan pada perempuan, tentang bagaimana memahami musik Bob Dylan, apa yang akan Anda katakan?

JL: Bagi saya, Bob Dylan adalah seorang pujangga, lirik-lirik lagunya sangat kuat. Jadi pelajari lirik-lirik lagunya. Tapi kalau ditanya harus mulai dari lagu apa... hmm saya juga tidak yakin bisa menjawabnya dengan tepat.

john legend

F: Anda membuat cover version lagu Adelle-Rolling In The Deep, kenapa memilih lagu itu?

JL: Saya tertarik dengan melodinya yang terkesan sangat bluesy dan memiliki spiritualitas yang kuat juga. Mengingatkan saya akan Amerika tahun 1800an, ibarat lagu-lagu tua para budak kulit hitam. Nah, di versi saya, saya ingin sekali menonjolkan sisi bluesy dan spiritualitas lagu itu.

F: Dari banyak sekali lagu yang Anda tulis, tema apa yang paling Anda sukai?

JL: Saya menulis banyak lagu tentang cinta, tentang hubungan (relationship), tentang masalah sosial dan juga tentang pencarian seseorang akan sesuatu. Tapi garis besarnya, saya menulis lagu karena saya ingin menciptakan sesuatu yang indah, saya pecinta keindahan. Saya ingin mengejar keindahan itu. Itulah motivasi saya. Tapi sulit sekali pada prakteknya karena untuk menghancurkan sesuatu yang indah itu sangat mudah. Terutama ketika menulis lagu. Terlalu panjang atau terlalu singkat misal bagian reffrainnya, keindahan sebuah lagu bisa hilang seketika. Gampang sekali untuk merusaknya.

F: Apa bedanya menulis untuk penyanyi perempuan dan laki-laki?

JL: Tema kadang tidak terlalu jauh. Tapi ada hal-hal tertentu yang saya coba tuangkan dari perspektif seorang perempuan, bagaimana mereka melihat dunia dan permasalahan mereka. Saya sejujurnya lebih suka menulis untuk penyanyi perempuan karena kalau untuk penyanyi laki-laki, godaan untuk menyimpan lagu itu dan menyanyikannya untuk saya sendiri besar sekali [ terbahak].

F: Berarti Anda sangat paham dan sensitif dong tentang perempuan karena sering menulis untuk penyanyi perempuan?

JL: [John Legend tersenyum penuh arti, tapi lalu menggelengkan kepalanya] Menulis lagu itu kan butuh rasa empati yang besar sekali, mencoba mengerti dan merasakan bagaimana mereka (perempuan) melihat dunia. Saya sering mengobrol dengan teman-teman perempuan saya, dari situ saya mendapat sedikit ide tentang apa yang perempuan rasa/pikirkan. Walau ya itu tadi, rasanya saya tidak akan pernah bisa sepenuhnya mengerti perempuan [tertawa lagi]

F: Apa yang Anda lakukan diantara pembuatan album baru dan tour?

JL: Break. Take a break. Saya suka sekali traveling. Saya sudah pernah ke Hawaii, Afrika Selatan, Carribean, Jepang, Italia dan ingin sekali pergi ke Eropa Timur seperti Rusia, Polandia. Atau ke Turki dan Yunani. Asia cukup eksotis buat saya, [tertawa] ah, tapi saya pikir bagi sebagian besar orang Barat, Asia pasti terasa sangat “eksotis” karena perbedaan budaya, makanan. Sesuatu yang baru dan beda. Makanya jadi terasa eksotis. Oh ya, tahun lalu, dalam perjalanan yang berbeda dengan Java Jazz, which I had so much fun performing, saya berlibur ke Indonesia (Bali). Agenda liburan saat itu melibatkan banyak sekali berjemur di pantai dan saya juga mengambil kelas memasak. Saya belajar membuat ikan yang dibungkus dengan daun pisang [saya katakan istilah pepes untuk itu, dia mengacungkan telunjuknya] ya, itu. Pepes ikan. Banyak bumbu-bumbu. Luar biasa, lezat sekali!

john legend 

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading