Sukses

Entertainment

Indy Barends: "Badai Mendadak Itu Bernama Kanker Payudara"

Next

Indy Barends

Mendengar satu kata kanker saja, sebenarnya sudah membuat saya bergidik, apalagi kalau itu ditambah dengan kata “payudara”. Karena, mama saya adalah seorang survivor kanker payudara, yang saat pertama kali diketahui sudah berada di stadium 3B, dimana itu termasuk stadium lanjut dan nyaris sampai di stadium 4. Kami sekeluarga sungguh kaget mendengar kenyataan itu, karena yang seperti orang banyak tahu, penyakit ini adalah silent disease, penyakit yang tidak menampakkan gejala apa-apa.

Kejadian itu belum lama terjadi di keluarga kami. Baru beberapa bulan yang lalu dan masih di sekitar tahun ini. Cara menemukan benjolan itu pun sungguh nggak terbayangkan bisa begitu. Saat itu mama refleks akan mengambil sebuah barang yang jatuh dari meja dan terbentur. Setelah itu, ia meraba payudaranya dan menemukan benjolan tersebut. Mama langsung memeriksakan diri ke dokter umum yang dilanjutkan ke pemeriksaan lebih spesifik oleh onkologi. Dari situ, langsung dilakukan tindakan biopsi untuk mengetahui sudah di tahap mana benjolan tersebut. Tahap demi tahap drama “kanker payudara” itu berjalan begitu cepat sampai saya beserta keluarga pun seperti terus menerus diberi kejutan demi kejutan. Rasanya seperti diterpa badai mendadak.

Next

 

Indy Barends

Setelah biopsi, mama mulai menjalani serangkaian kemoterapi dengan prediksi di kemoterapi yang ke-13 kali, mama akan menjalani lagi tindakan operasi untuk membersihkan sel kankernya. Ternyata, belum juga sampai di kemoterapi ke-13, setelah diperiksa, sel kanker yang ada di payudara mama telah bersih. Kami sekeluarga sangat kaget mendapatkan kabar seperti itu, karena sejujurnya sudah sangat memasrahkan semuanya pada Tuhan, mengingat banyak sekali pengalaman orang lain yang susah untuk bertahan hidup ketika sudah berada di tahap penyakit seperti yang mama derita. Mama sebagai penderita penyakit penyakit ini pun, sudah sangat pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, yang ternyata malah memiliki akhir cerita seperti ini.

Mendapatkan hasil membahagiakan seperti itu, membuat mama dan kami sekeluarga sangat menyadari kalau dia sendirilah yang menyembuhkan dirinya. Kunci kesembuhan mama cuma satu: tetaplah bahagia. Dukungan keluarga besar yang membanjirinya dengan kasih sayang, membuat mama merasa dicintai, sehingga ia secara otomatis merasa bahagia. Mama sebenarnya juga adalah pribadi yang kuat dan nggak suka membiarkan suatu masalah dipikirkan berlarut-larut. Di sela-sela sesi kemoterapinya, mama masih bisa terlihat bahagia seperti biasanya, mengurus Oma yang sakit dan akhirnya meninggal bulan lalu, serta lincah mengurus keperluan ini itu pernikahan adik saya yang direncanakan berlangsung Desember mendatang. Semua ia lakukan dengan baik seolah-olah ia nggak sakit suatu apapun.

Peran saya sebagai anak dalam hal kesembuhan mama, saya rasa berpengaruh cukup besar. Saya harus pintar-pintar menjaga mood mama supaya jauh dari stress atau bad mood. Saya terus berusaha membuat dia bahagia dan merasa anaknya ada di sini untuk selalu mendampinginya. Ini adalah cobaan untuk kami semua, bukan hanya untuk mama. Makanya, bukan hanya mama yang berjuang untuk sembuh, kami sekeluarga juga ikut merapatkan barisan untuk menjaga mama. Kini, setelah penyakit itu bisa dibilang pergi dari tubuh mama dan kehidupan kami, gantian saya sebagai anak kandungnya harus super waspada. Faktor genetik kanker payudara telah ada di dalam silsilah keluarga saya, dan itu menjadi peringatan besar untuk saya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading