Sukses

Entertainment

Eksklusif NTRL, Tetap Berjiwa Remaja di Usia 25

Fimela.com, Jakarta November 1991, sebuah band berlatar musik rock alternatif terbentuk dengan formasi Bagus sebagai pembetot bass, Bimo pada drum, dan Miten yang menjadi pembesut gitar. Kala itu nama Netral (sekarang NTRL) dipilih Bagus dan kawan-kawan sebagai corong bermusik mereka.

***

Awal terbentuk, musik-musik yang menjadi ikon anak muda ketika itu mereka bawakan. Di antara musik yang Netral mainkan dari grup mancanegara seperti Nirvana, Sex Pistols, Sonic Youth, The Cure, dan lainnya. Mereka juga dikenal sebagai band panggung. Dari panggung festival sekolah maupun kampus di area Jabodetabek membuat kemampuan mereka terasah dan makin dewasa. Nyali mereka untuk mengeluarkan karya sendiri pun semakin membuncah.

Album perdana pun mereka keluarkan di bawah label Indosemar Sakti. Bertajuk Wa..lah, album yang dirilis pada tahun 1995 itu menuai sukses dengan penjualan lebih dari 80 ribu kopi kaset dan CD. Sebuah pencapaian yang baik tentunya mengingat ini merupakan debut album mereka.

Waktu berselang, Bimo pun hengkang dengan niat ingin mencari warna baru. Ia tercatat keluar dari band ini pada Juli 1998. Beberapa band sempat dihampirinya seperti Dewa 19, Ahmad Band, TBK, dan Romeo. Jelang setahun hengkangnya Bimo, Netral pun mengajak Eno pada Maret 1999.

Netral sempat berjalan hanya dengan dua personel yaitu Bagus dan Eno saat almarhum Miten memutuskan hengkang untuk menuntut ilmu di Amerika. Kekosongan posisi gitar sempat diisi oleh Apoy Wali sebelum akhirnya mereka menemukan Chistopher Bollemeyer (Coki) pada 2003.

Dan formasi ini, Bagus, Eno, dan Coki masih bertahan sampai sekarang. Tak terasa, usia band yang sejak 2015 berubah nama menjadi NTRL ini sudah seperempat abad. Kekompakan, kelucuan, dan nuansa keluarga demikian terasa ketika mereka berada dalam satu ruangan.

Seperti ketika mereka menyambangi kantor Bintang.com di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Gelak canda mereka pun mengundang kami untuk tertawa bersama. Sekali menyingung musik, sekali menyinggung para personie, dan juga kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

"Ya, tak terasa aja. Tiba-tiba udah 25 tahun berkarya. Selama ini gak pernah mikirin, kita lebih kepada senang-senang, santai aja ngejalaninya," tutur Bagus.

25 tahun memang bukan waktu yang sebentar mengingat banyak sekali band yang memilih bubar atau minimal hiatus dalam berkarya. Sebuah hal yang wajar ketika menyatukan beberapa kepala merupakan sebuah hal yang menguras emosi.

Namun, NTRL berhasil membuktikan bahwa mereka bisa berkarya dan membentuk keluarga dalam tanda petik. Ya, NTRL sudah selayaknya keluarga kedua bagi Bagus, Eno, dan Coki, tempat ketiganya mencurahkan emosi serta isi hati.

 NTRL Tandai 25 Tahun Berkarya dengan Album XXV

Semenjak muncul di blantika musik Indonesia, NTRL sudah menjadi idola bagi anak muda. Album-album mereka dari Wa..lah (1995), Tidak Enak (1997), Album Minggu Ini (1998), Paten (1999), Oke Deh (2001), The Best of Netral (2002), Kancut (2003), Hitam (2005), Putih (2005), 9th (2007), The Story Of (2009), Unity (2012), dan 11/12 (2015) selalu mendapat tanggapan positif.

Kini, mereka mencoba merangkum kiprah selama 25 tahun lewat album XXV yang berisi 26 lagu. Lagu-lagu tersebut sebagian merupakan lagu baru dan sebagian lainnya merupakan hits lawas yang didaur ulang.

25 tahun berkarya gimana rasanya?

Bagus: Pengalaman selama 25 tahun itu gak terasa yah, kita senang-senang selalu jalan-jalan, tur. Gak sempat yah ngitungin begitu, kita ngejalanin aja.

Eno: Ga berasa juga emang. Karena kita ngejalaninya senang gitu. Jadi kayak sebentar aja 25 tahun, tiba-tiba kita udah ngegarap album yang ini, ternyata udah 25 tahun.

Coki: Ya tahu-tahu sekarang 25. Paling terasa di perubahan fisik aja sih. Hahahaa...

Ada beda secara karya?

Coki: Kita mah berasa remaja terus yaa, hahahhaa

Bagus: Tapi secara penulisan lirik sih ada perbedaan ya. Karena udah punya krucil-krucil. Takut suatu saat ditanya, pa lirik ini apa artinya.

Ambil influence dari jenis musik yang jadi trend?

Bagus: Kalau untuk referensi sih kita ambil dari musik apa aja yah. Tapi kalau bikin lagu ya sesuai track kita aja.

Masih tetap pede berkarya, kok bisa?

Eno: Kita mungkin udah biasa ngejam yah. Dan seperti yang om Bags bilang, mainin alat/instrumen yang bikin kita nyaman. Kan semisal ada yang bawa materi, nanti pengen lo ngedrum begini, gitar begitu, kita gak pernah ada begitu. Karena kita band panggung, nanti yang kita mainin di panggung ya yang kita ngerasa nyaman. Jadi gak ada yang misalkan om Bags, nyanyi, tapi hatinya ehh gue gedek.

Album favorit NTRL?

Bagus: Kalau gue sih ini. Karena ada semuanya. Kita aransemen lagi, dengan nuansa musik, emosi dan semangat yang sekarang. Yang dulu-dulu kita gak bisa lakuin, bisa dilakuin di album ini.

Coki: Benar kata om Bags. Ini versi live yang kita aransemen. Ya buat gue album ini ya. Ada semuanya, bisa dibilang the best dengan rasa yang beda. Semua lagu disini enak.

Eno: Sama, XXV. Gue suka lagu Terbang Tenggelam, ada di XXV, suka lagu lainnya, ada di XXV, gue suka lagu Zero Toleransi, gak ada di album yang lain.

Album XXV penanda 25 tahun NTRL? Ada berapa lagu di album ini?

Bagus: Di album ini ada 7 lagu dan 19 lagu lama. Yang baru temanya beda-beda. Selain Zero Toleransi, ada Harga Mati, lagunya tahu sendiri lah, tentang NKRI. Mantra, ceritanya tentang bagaimana kita memberikan mantra untuk kebahagiaan orang lain. Ada juga tentang cinta ya.

26 track, kenapa?

Bagus: Tadinya kan kita bikin itu untuk 25 tahun berkarya. Akhirnya kita kepilih 19 lagu lama, dan tambahin 7 lagu baru.

Eno: Biar nge-grab pendengar baru juga sih. Kita pengen nge-remake lagu biar mereka tahu, kita awalnya gimana, personil awal siapa aja, sampai sekarang ini. Pengen ceritain sejarah kita juga.

Single Zero Toleransi mulanya dari mana?

Bagus: Kalau musiknya waktu itu Eno yang bawa.

Eno: Gue bikin chordnya. Pas rekaman gak sampai setengah jam. Setelah itu liriknya kita serahin ke om Bags.

Ide tentang liriknya?

Bagus: Kalau lirik biasanya nyocokin ke musik yang udah jadi ya. Ini mau dibawa kemana, arahnya mau apa. Dan kebetulan gue mikirnya karena tempo agak cepat, yang awal kebayang tentang dunia binatang. Sampai akhirnya dapat Zero Toleransi, orang-orang sekarang hidupnya sedikit sekali toleransinya ke sesama manusia. Dari dunia binatang itu diurutkan perlakuan-perlakuan manusia yang seperti zero toleransi.

Ngomongin toleransi di Indonesia?

Bagus: Kalau gue sih yang melakukan gerebek-gerebek gitu gak apa-apa juga kali yah. Tapi ya jangan hancur-hancurin. Paling gak ya kan mereka, misalkan gak puasa, ada yang berhalangan karena sakit atau apa ya. Atau beda kepercayaan.

Jangan memaksakan kehendak pribadi. Lo harus ikut gue. Karena kan kita hidup bernegara yang banyak sekali kepercayaan harus saling menghormati ya.

Bicara tema sosial, udah sering?

Coki: Memang dari tahun ke tahun, NTRL selalu nyatet ya perjalanan, apa yang terjadi saat itu selalu ditulis. Seperti sekarang, Zero Toleransi. Karena apa yang terjadi sekarang ini, dari pemberitaan, memang toleransi itu sudah sangat beda ceritanya ama 10 tahun lalu. Ada masalah apapun, kita gak pernah terpuruk sampai seperti sekarang ini. Menurut saya sudah seperti kehilangan Bhineka Tunggal Ika nya.

Apa yang salah dengan Indonesia?

Bagus: Gue nggak tahu juga. Karena ternyata bukan hanya di Indonesia saja. Global loh, seluruh dunia begitu. Ya emang udah jamannya kali ya, orang-orang udah gak menghargai orang lain. Maksudnya udah lebih mementingkan diri sendiri, udah jamannya individualis.

Ya contoh kecilnya dengan penggunaan gadget, medsos, kita udah jadi individualis. Ketemu tapi gak ngobrol. Gak yang interaksi di kendaraan umum. Lebih mainan gadget. Itu bisa jadi salah satu penyebab.

Pendapat kalian tentang no gadget rule di konser?

Bagus: Belum bisa ya (seperti di konser kami). Kalau di luar negeri mungkin bisa ya, kalau misalkan kita manggung, tak boleh penonton pakai handphone. Dulu kan penonton ya nonton aja, sekarang pada megang handphone sendiri-sendiri, mengabadikan. Udah ga bisa diiniin lagi.

Coki: Ada dua sisi sih dari kemajuan teknologi, bisa jadi baik atau tidak. Ya itu tadi. Balik lagi ke manusianya, mau jadi orang baik atau gak. Mau respect ama orang lain atau gak. Kalau mau dihargai ya hargai orang lain.

Hadapi Isu Produktivitas

Sebuah band gonta ganti personil atau bahkan menyerah di tengah jalan? Sudah wajar pastinya. Biasanya bubarnya band terjadi ketika visi dan misi antar personil sudah tak lagi sejalan, atau saat godaan materi yang lebih besar untuk bersolo karir dijadikan sebagai alasan para personil.

Dan tidak demikian dengan NTRL. Dalam bermusik, para personil membiasakan saling menghormati, menjaga ego diri, dan menjadi diri sendiri. Bagi mereka berkarya dengan dan sesuai dengan hati merupakan jurus untuk bisa bersatu dalam band.

Banyak band yang menyerah di tengah jalan, menurut kalian?

Eno: Tergantung dari visi band masing-masing. Dan kita sendiri punya visi. Ada orang bilang kalau album ketiga itu bisa disebut fase aman. Biasanya kita dari masing-masing personil udah tahu satu sama lain. Kita udah ngelewatin itu semua yah.

Emang sebenarnya paling susah mempertahankan band, daripada bikin. Dan kita gak pernah ada masalah sih. Kalau beda pendapat udah biasa dan kita udah punya cara mengatasinya.

Pernah bosan satu sama lain?

Eno: Kita udah ngerasa kayak keluarga aja sih ya. Misalkan kalau latihan, kelar latihan, liburan atau seperti apa. Bicaranya udah fun aja, ga pernah ngerasain hal kayak gitu. Kita gak mikir aja.

Kok bisa?

Coki: Ya emang gak dirasa, karena dari awal emang ya udah senang aja. Kalau kita emang dibawa santai sih. Emang dari awal udah begitu adanya. Sejak awal ikutan NTRL udah begitu adanya.

Banyak band ga akur di dalam, bertahan buat nyari duit aja?

Bagus: Ya dari awal, pas mereka masuk selalu bilang, ama Eno ama Coki, lo jadi diri lo sendiri. Kalau main sesuka hati lo. Jadi emang gak ada batasan ya. Kita kan berkarya, berkreasi gak mau dikotakin, kita terbuka untuk masukan apa. Bisa ke Eno, masukannya nanti begini begitu, atau ke saya. Kita terima aja, ayo aja, selalu bersemangat.Chemistry-nya udah dapet, udah seperti keluarga aja.

25 tahun dianggap sudah di puncak karir?

Bagus: Jangan dong. Kalau udah puncak, nanti selesai dong.

Coki: Rencananya kalau gak Agustus/September, akan bikin konser tunggal. Di Jakarta dengan produksi yang spesial, gak seperti biasanya kita manggung. Nanti akan ada rangkaiannya dalam rangka menuju konser tunggal itu. Mohon doanya semuanya agar konser lancar.

Kan ada Asian Games tuh?

Coki: Sejujurnya kita gak tahu tuh bakalan sama ama penyelenggaraan Asian Games. Tapi ya kalau misalkan atlet-atlet itu capek, bisa nonton kita. Hahahaa.

 

Selain konser tunggal, apa target pencapaian selanjutnya?

Eno,Pengennya terus berkarya aja. Mungkin dalam waktu dekat ketika konser tunggal lancar, bisa dilanjutkan ke kota lainnya. Mudah-mudahan bisa bikin di lain daerah.

Sampai kapan kalian mau bermusik?

Coki: Sampai dipanggil aja..hahahaha

Eno: Sampai nanti apa sampai mati nih. Ya sekuatnya lah.

Bagus: Mick Jagger aja masih kuat noh. Di dalam negeri Ahmad Albar juga masih. Dan dia masih bisa punya anak lagi kan. Masih kuat dalam segala hal. Hahahhaa

NTRL memang bisa menjadi contoh band yang memiliki kredibilitas karya serta kemampuan untuk bertahan hidup dalam gerusan wajah-wajah baru di industri musik pada khususnya. Sebagai band, mereka berharap bisa terus berkarya sampai titik penghabisan. Bravo NTRL!!!!!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading