Sukses

Entertainment

Eksklusif Brandon Salim, Ingin Buktikan Bisa Lepas dari Bayangan Ferry Salim

Fimela.com, Jakarta Sebagai anak artis, Brandon Salim sepertinya belum bisa menghilangkan jejak sang ayah, Ferry Salim pada dirinya. Sebagaimana sang ayah yang berkecimpung di industri hiburan, demikian pula dengan pemilik nama lahir Brandon Nicholas Salim.

***

Awal mula, Brandon lebih memilih menekuni bidang musik sebagai penyaluran bakatnya. Sebuah band bernama Lights ON pernah dibesutnya. Selain sebagai gitaris utama, Brandon juga menjadi pencipta lagu di band tersebut.

"Awalnya memang di musik. Gak mau hosting atau akting. Karena menurut gue menjadi anak band lebih keren karena bisa berinteraksi langsung dengan penggemar," kata Brandon kala menyambangi kantor Bintang.com, kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Namun, seiring waktu ada passion lain di dunia hiburan. Setelah mendapatkan rayuan dari orangtuanya, Brandon mulai mencoba akting. Webseries berjudul Anak Artis menjadi awal Brandon tertarik pada dunia selain musik.

Selanjutnya beberapa film diperankan seperti 7 Hari Menembus Waktu, Heart Beat, Ngenest The Movie, Beauty and The Best, Winter in Tokyo, Dilan 1990, Yowis Ben, Mata Dewa, dan R: Raja, Ratu & Rahasia.

Artis kelahiran Jakarta, 19 September 1996 tersebut menyadari bahwa dirinya memang berada di bawah bayang-bayang sang ayah. Di ranah akting, Ferry Salim memang bukan nama sembarangan. Perannya sebagai Tan Peng Liang di film Ca Bau Kan (2001) membuat Ferry kebanjiran peran.

Karenanya, ia berusaha berakting semaksimal mungkin untuk membuktikan diri. "Setidaknya aku mungkin bisa seperti dia. Kalaupun tidak bisa melebihi, namun bisa menyamainya," imbuh Brandon Salim.

Kepada Bintang.com, Brandon Salim membuka diri, bagaimana awal dia terjun ke ranah akting, pertimbangan setiap menerima tawaran di film, dan juga campur tangan sang ayah, Ferry Salim di setiap langkahnya. Berikut petikan lengkapnya.

Nyemplung ke Akting Karena Orangtua

Tak ada niat pada diri Brandon untuk memilih akting sebagai salah satu passion sekaligus sumber penghidupannya. Ia mengaku awalnya hanya mengikut saran orangtuanya namun kemudian justru ketagihan dan keterusan sampai sekarang.

Kenapa terjun ke dunia entertainment?

Dulu sebenarnya bukan mau akting. Waktu jaman sekolah bikin band. Beneran struggle, bikin musik, video, dan lainnya sendiri. Ngeband gak dibayar, malah ngebayar. Bikin demo ditolak. Dan akhirnya diterima label, setelah itu merasa aman.

Tapi ternyata gak juga. Banyak sekali pertimbangan, seperti bagaimana membuat lagu yang sesuai dengan keinginan banyak pihak. Kita harus klop. Pas di saat itu ada tawaran main serial Anak Artis. Dari situ jadi keterusan.

Kenapa gak mau selain musik?

Awalnya gak mau hosting, atau akting. Mikirnya kalau hosting itu kan yang bawa acara, sementara band itu biasanya yang di-present. Akting juga kalau misalkan ketemu fans mau ngapain, berdiri aja kan. Kalau ngeband kan keren, euforianya. Passion gue kan di musik sebenernya.

Lalu kenapa pilih akting?

Ya, namanya orangtua nawarin coba ini itu, anak muda kan belum tahu passionnya dimana aja. Dan akhirnya setelah dibujuk untuk mencoba, aku suka akting juga ternyata

Apa saja pengaruh dari orangtua, khususnya ayah?

Pasti terinspirasi. Bukan hanya dia seorang artis. Tapi dia figur seorang ayah yang baik sekali. Jauh dari gosip, banyak artis kan selingkuh lah, dan lainnya. Dan gue menemukan bokap gue adalah seorang yang sayang sama istri dan anaknya. Sebagai anak pengennya ya keluarga yang harmonis. Kalau keluarga harmonis, kita jadi bahagia hidupnya. Semangat menjalani hidup. Gue bersyukur orangtua gue harmonis.

Sosok figur ayah yang sayang keluarga, tiap kali pulang kerja bukan ke pesta tapi memilih waktu untuk makan bersama di meja makan. Ada peraturan kalau gak boleh makan di kamar. Karena emang itu satu momen dimana bisa ngobrol ama keluarga. Kalau udah ke kamar masing-masing kan susah ngobrolnya.

Termasuk pilih peran juga?

Sowan ayah dulu?Bukan minta ijin sih. Tapi minta pertimbangan aja. Namanya insting orangtua kan kuat. Jadi kadang kalau dapat skrip, bokap yang baca keseluruhan dulu, baru gue. Kalau dia bilang bagus, ya udah gue langsung ambil. Percaya sama orangtua.

Pernah pengen main, tapi dilarang sama ayah?

Pernah juga. Tapi yang namanya orangtua mau ngelarang pasti ada alasan, dan biasanya jadi yang terbaik buat kita. Tapi sih bukan maksa, menurut bokap begini-begini, kasih masukan, selanjutnya yang mutusin gue.

Termasuk ketika ngambil Film Raja, Ratu & Rahasia ini?

Iya. Tapi terlebih karena film ini diadaptasi dari novel. Dia sering bikin novel dan dan dibikin film. Tak banyak yang diubah dari novelnya, kebanyakan sama. Gak ada kesulitan. Lancar-lancar aja. Dibantu proses reading segala macam. Kalau film kan ada pre productionnya ya. Itu membantu kita untuk mendalami karakter.

Beban karena novel laris?

Ini film dijaga bener ama sutradara dan penulis. Jadi kemungkinan gak akan salah, karakter dijagain ama penulisnya.

Bagaimana mendalami karakter?

Sendiri aja. Banyakin dengerin musik, masuk ke dalam karakter. Lagu itu yang kira-kira masuk kepada karakter. Terus menggunakan beberapa barang yang seperti karakter. Dari beberapa waktu sampai syuting.

Yang intensif adalah chemistry dengan pemeran wanitanya. Kita beda 8 tahun, jadi kayak adik gue. Naruh diri seumuran dia kalau disini. Setiap hari godain dia, dikit-dikit flirty, biar cair. Aurora masih 13 tahun tapi visinya udah seperti anak 17, 18 tahun.. Tapi itu beberapa hari doang, abis itu chatting-chatting.

Apa harapan kamu?

Gue berharap film R: Raja, Ratu & Rahasia yang rilis di bulan Juli ini bisa diterima sama penonton, bisa sukses dan jadi inspirasi positif.

Tak Ingin Disamakan dengan Ferry Salim

Mungkin saat ini Ferry Salim terlalu besar membayanginya. Namun, suatu saat nanti Brandon Salim siap melompatinya. Dengan usaha maksimal setiap berkarya, Brandon ingin dikenal sebagai pribadi yang berkualitas.

Apa kesannya dibilang di bawah bayang-bayang ayah?

Kan menjadi anak gak bisa milih tapi memang dikasih ama Tuhan. Seperti diketahui, ia merupakan Duta UNICEF dan prestasi lainnya. Pengen ngelebihin dia suatu hari. Tapi kemungkinan susah. Karena kemanapun gue pasti akan ada bayang-bayang dia. Mungkin bisa sama aja udah bagus yah. Gak mungkin lebih hebat.

Ya mungkin sekarang orang lebih tahu gue sebagai anak Ferry Salim, namun suatu saat nanti ingin dia dikenal sebagai ayah Brandon Salim. Pokoknya itu aja yang gue tanem di pikiran gue.

Usahanya seperti apa?

Pengen lebih hebat, dari karir dan pencapaian. Juga finansial pengen lebih lagi.

Sekolah akting mungkin salah satunya?

Karena gue kan masih muda ya. Aset yang gue punya cuman waktu. Gue sekarang gak main-main. Jarang pergi dugem-dugem. Bapak cerita, dulu pas jaman dia masih muda, susah banget jadi selebriti atau publik figur.

Apa yang dia lakuin, ketika teman-temannya memilih hang out, dia lebih memilih casting. Dia dulu tinggalnya di Tanjung Priok. Tahun 80-an kan gila dari sana ke Jakarta Selatan gimana. Jauh banget. Dia selalu cerita, perjalanan sampai 2 jam.

Itu yang dipelajari?

Jadi yang gue pelajari dari itu, gak terlalu terlambat untuk kejar impian. Tapi gak ada kata terlalu dini untuk mengejar impian. Karena ketika seorang sudah punya BMW, kita yang dari awal mendahului dia mengejar impian, pasti sudah punya jet pribadi.

Apa sih motto dalam hidup Brandon?

Mungkin ya seperti ini, hidup harus seperti air. Harus bisa fleksibel.

Apa pertimbangan dalam menerima peran?

Terbuka aja mau peran apapun. Tapi yang penting harus ada value-nya. Apapun karakternya, ada value dan dibuat dengan hati. Yang bikin harus punya keinginan seperti itu.

Bagaiman dengan sinetron?

Kalau sinetron gak dulu karena aku mikirnya mereka gak bikin dari hati, hanya untuk duit saja. Gak ada pesan moral yang ingin disampaikan. Gue pengen jadi bagian dari sesuatu, yang menginspirasi orang, dan seperti itu. Terus ada yang bilang pengen banget jadi seperti gue suatu hari nanti.

Apa target ke depannya?

Go with the flow aja sih. Dalam dunia akting pengen berperan jadi seorang ikon, siapa aja yang punya andil dalam kehidupan sekarang. Kalau luar negeri kan banyak banget ya, seperti Steve Jobs, dan lainnya. Pengen peranin from zero to hero di Indonesia. Kalau dulu seperti film pendiri Kaskus.

Selain film ada keinginan?

Pengen. Sempet bikin bisnis baju. Gue kalau bikin bisnis pengennya itu gak identik dengan gue tapi orang tahu itu punya gue. Kadang kayak kue artis kan temporary.

Pengen punya pasif income, kata Warren Buffet (bisnisman asal Amerika) kan lo gak bisa dibilang kaya kalau belum bisa dapet uang sambil tidur. Kalau belum bisa begitu, maka sampai mati lo akan kerja terus. Pengennya sih menjajal bisnis lagi, any kind of bisnis.

Apa sih motivasi hidup Brandon?

Motivasi gue harus bisa lebih hebat dari Brandon sebelumnya, tahun ini harus lebih baik daripada di tahun lalu.

Brandon Salim berharap bisa unjuk diri bahwa kehadirannya di industri hiburan bukan semata karena nama besar Ferry Salim. Namun ada nilai-nilai yang bisa dipertanggungjawabkan dari dirinya dalam setiap karya, termasuk dalam akting.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading