Sukses

Entertainment

Eksklusif Ario Bayu, Pemeran Soekarno dan Sultan Agung yang Belajar Lewat Film

Fimela.com, Jakarta Tak banyak aktor Indonesia yang beruntung bisa memerankan sosok pahlawan nasional. Ario Bayu termasuk di dalamnya. Ia pernah memerankan Soekarno atau Bung Karno dan yang terbaru, Sultan Agung. Pemilik nama lengkap Ario Bayu Wicaksono ini termasuk unik.

***

Meski secara fisik sangat khas Indonesia, ia justru lama tinggal di luar negeri, tepatnya di Selandia Baru selama beberapa tahun. Dunia seni sudah akrab dengan dirinya karena sepupunya, Wulan Guritno, juga seorang aktris. Sedangkan karirnya di dunia film berawal dari peran kecil di film Belahan Jiwa (2005).

Pria yang menikah dengan Valentine Payen di tahun lalu ini namanya baru dikenal luas setelah bermain di film Laskar Pelangi (2008) yang diadaptasi dari novel laris berjudul sama. Di film kreasi Riri Riza dan Mira Lesmana tersebut, Ario Bayu berperan sebagai Lintang dewasa.

Film lainnya yang pernah dibintanginya antara lain, Pintu Terlarang, Rumah Dara, Catatan (Harian) Si Boy, La Tahzan, AADC 2, 5 Cowok Jagoan, Buffalo Boys dan 22 Menit. Peran yang membuat namanya makin melambung adalah saat memerankan sosok Bung Karno di film Soekarno: Indonesia Merdeka (2013) yang disutradarai Hanung Bramantyo.

Lima tahun setelah memerankan Bung Karno, Ario Bayu kini memerankan sosok Sultan Agung di film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta. Tentu bukan perkara mudah memerankan seorang pahlawan nasional. Keunggulan bagi Ario Bayu, ia sudah punya pengalaman memerankan salah satu sosok terpenting di negeri ini.

“Dari Sukarno, saya kemudian dipercayai untuk meranin tokoh yg sebelumnya ada (Sultan Agung) itu deg-degan juga sih sebenernya,” ungkap Ario Bayu saat bertandang ke redaksi Bintang.com di kawasan Gondangdia Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Lalu apa saja yang dilakukan Ario Bayu untuk mendalami perannya sebagai Sultan Agung? Apa pandangannya tentang sosok Sultan Agung dan peran seperti apa lagi yang ingin dimainkan Ario Bayu? Simak hasil wawancaranya berikut ini.

Ario Bayu dan Sultan Agung

Film Sultan Agung yang diproduksi Mooryati Soedibyo Cinema terinspirasi dari perjuangan pahlawan nasional Sultan Agung pada abad ke-16. Simak cerita Ario Bayu tentang film yang ini juga diperkuat oleh Anindya Kusuma Putri, Adinia Wirasti, Marthino Lio, dan Putri Marino.

Bisa diceritakan tentang film Sultan Agung?

Jadi di film Sultan Agung ini kita ingin mengangkat kembali sejarah Indonesia. Kita punya tokoh yang begitu kuat, yang begitu gagah, dan memiliki tokoh yang kepemimpinannya sangat bisa ditiru menurut saya. Jadi di film ini kita ceritakan biografinya lah, kurang lebih perjalanan Sultan Agung dari muda sampai akhirnya dia menjadi raja dan, ya caranya dia menata negaranya agar sejahtera.

Ada tagline Tahta, Perjuangan dan Cinta, apa itu terkait relevansi cerita kolosal dengan generasi sekarang?

Jadi kalau menurut saya masih relevan ya, kalau kita ngomong tahta itu kan klasik, tapi di Indonesia kita pikir banyak sekali orang-orang yang pengen mencari kekuatan, 'kursi', jabatan, jadi itu pun masih sangat relevan di dunia kita sekarang. Terus kalau perjuangan pasti kita sebagai anak muda bangsa harus tetep berjuang untuk meraih aspirasi dan mimpi-mimpi kita.

Nah cinta, wah sedih banget kalau hidup nggak ada cinta. Jadi kurang lebih tiga elemen ini kita coba mix dalam film ini juga karena film kan bentuk entertainment, jadi mau tidak mau kita juga pengen ada elemen itu di film kita. 

Setelah Sukarno, ini kali kedua dapat peran sebagai seorang tokoh nasional, bagaimana prosesnya?

Itu juga saya bingung tuh. Pokoknya dari abis Sukarno tuh orang banyak bilang, 'Ario Bayu pasti orangnya serius banget tuh'. Dari Sukarno, saya kemudian dipercayai untuk meranin tokoh yg sebelumnya ada (Sultan Agung) itu deg-degan juga sih sebenernya. Tapi akhirnya saya juga coba fokus, dalam arti gimana saya coba hidupkan tokoh ini kembali sedemikian rupa agar anak-anak muda bisa kembali terinspirasi bahwa kita nggak perlu lihat ke luar, di dalam negeri pun kita memiliki tokoh-tokoh yang sangat hebat.

Bagaimana kamu memandang sosok Sultan Agung?

Pastinya Sultan Agung itu bukan cuma seorang raja, tapi juga pahlawan nasional, sudah jadi figur. Jadi saya rasa dan saya harap dari film ini anak-anak muda bisa lihat kalau ternyata kita juga punya pemimpin yang keren banget, bisa menyatukan nusantara, rakyatnya, bangsanya, bisa membebaskan negara dari penjajah. Itu yang paling utama dan jadi esensi sebenernya dari film ini.

Apa karakter Sultan Agung yang paling kuat menurut kamu?

Sultan Agung itu tegar, tegas dan tanpa kompromi. Dia mengatakan tidak dari penjajahan. Makanya menurut saya tokoh Sultan Agung ini begitu penting untuk kita kemukakan lagi bahwa kita bisa kok membebaskan dari keadaan yg tidak baik.

Saat terpilih, apakah sudah tahu tentang cerita atau sosok Sultan Agung?

Jujur, sama seperti film Sukarno, waktu itu kefahaman saya mengenai tokoh sejarah Indonesia itu minim sekali. Kebetulan kan saya dibesarin di Selandia Baru, jadi saya nggak punya tuh perspektif histori tentang negara kita. Nah di film ini menjadi kesempatan saya untuk kembali mengenal sejarah. Jadi kayak menang dobel gitu. Satu, saya bisa mempelajari buat diri saya sendiri, dua, saya bisa memerankan tokoh ini dalam passion saya yaitu berakting. Saya seneng lah bisa belajar sejarah Indonesia.

Referensi kamu untuk menjadi sosok Sultan Agung?

Lebih ke buku-buku sih. Jadi ada beberapa buku mengenai Sultan Agung yang saya baca, saya analisa, saya coba kalibrasi. Kalo info kan bisa saya ambil dari mana-mana, semua saya taruh dalam satu wadah dan itu yang harus saya filterasi, saya harus dijadikan satu untuk bisa menghidupkan rohnya Sultan Agung. Jadi prosesnya sih seperti itu, referensinya lebih ke buku dan tokoh sejarah serta informasi sebanyak-banyaknya mengenai sosok Sultan Agung.

Apa pandang kamu setelah mendapat banyak referensi?

Dia itu pemimpin yang kekeuh dengan keputusan dia, pemikiran dia, prinsip beliau untuk membebaskan Indonesia. Jadi itu salah satu nilai yang sangat mulia menurut saya. Beliau ini ingin membebaskan kita dari penjajah, itu sih esensi yang saya dapat. Semoga bisa jadi ruang diskusi di anak muda, apa sih relevansinya film ini di masa sekarang, dan saya rasa banyak sekali.

Ada kesulitan selama proses syuting?

Puji syukur saat kita syuting paling teknis aja ya mungkin ada elemen alam, cuaca kayak hujan. Tapi kalau yang lain-lain oke sih pada umumnya. Memang saya pikir proses bikin film itu pasti ada aja sesuatu, jadi kalau terlalu mulus malah kayak ada yang salah. Istilahnya ya kerikil kecil yang membuat prosesnya menarik. Tapi alhamdulillah fine-fine aja sih.

Jadi belajar bahasa Jawa juga?

Yoi men, akhirnya saya belajar bahasa Jawa, hahaha. Saya sebenernya orang Jawa tapi nggak bisa sama sekali bahasa Jawa. Kebetulan ada guru kami dan ada temen-temen lain yang ngajarin bahasa kromo inggil, jadi ada beberapa sesi kita harus mendalami itu.

Apa hal baru yang kamu dapat setelah menjadi pemeran Sultan Agung?

ujur setiap gua syuting film pasti saya kayak masuk ke semacam realita baru. Setiap film, saya selalu merasa bersyukur, kayak saya punya pekerjaan terbaik di dunia men. Saya merasa sangat berterima kasih bisa berada disini dan memiliki karir yang sesuai passion saya dan disini pun saya jadi belajar terus. Itu yang membuat saya merasa jadi orang yang sangat beruntung yang bisa bekerja di industri ini.

Apresiasi Tertinggi Ario Bayu

Selain Sultan Agung, ada dua film yang dibintangi Ario Bayu sudah tayang di bioskop pada Juli lalu. Dua film tu adalah Buffalo Boys dan 22 Menit. Sebelumnya ada Cinta 2 Kodi yang rilis di awal tahun ini. Setelah vakum dari film untuk berbisnis, Ario Bayu sepertinya semakin aktif di dunia akting.

Tiga film kamu rilis dalam waktu hampir bersamaan, berarti setuju disebut termasuk aktor laris?

Wah kalau itu kebetulan saja jadwal rilis hampir bersamaan, itu kan bukan saya yang atur, hahaha. Kayak Buffalo Boys syutingnya kan sudah tahun lalu tapi baru dirilis di tahun ini.

Kamu sempat vakum dari akting, kenapa?

Iya setelah film Soekarno, saya memang sempat break main film selama 2 tahun. Saya pengen nyoba bidang lain yaitu bisnis, sampai ke Eropa segala. Tapi setelah itu saya malah merasa lebih sreg di film dan balik lagi ke akting. Setelah itu baru mulai main lagi di AADC 2 dan film-film lainnya termasuk Sultan Agung ini.

Kamu termasuk dari sedikit aktor yang sukses memerankan tokoh nasional, bagaimana rasanya?

Ya saya bersyukur aja bisa memerankan sosok Sukarno dan buat saya mungkin masih banyak yang saya bisa perbaiki. Tapi kalau penonton merasa terbawa dengan cerita dan hanyut dalam tokoh yang saya perankan, saya terima kasih sekali. Itu kayak, its the best gift bagi seorang pemain disaat kita tidak hanya diapresiasi, tapi diakui. Saya ngerasa keren banget sih, hahaha.

Kalau ada kesempatan lagi buat main film biopik lagi, mau memerankan siapa?

Go with the flow aja ya. Saya nggak tau setahun lalu bisa meranin Sultan Agung atau tiba-tiba ada kesempatan itu. Yang pasti apapun itu challenge-nya, apapun itu jalannya, rintangannya, tokohnya, saya akan coba semaksimal mungkin untuk setiap projek yang saya jalani.

Filmografi kamu termasuk lengkap. apa lagi yang mau kamu lakukan di industri film?

Masih banyak lah, ini seperti tidak ada ujungnya. Setiap film memberi saya pengalaman. Jadi itu yang akan membuat saya kaya. Jadi saya pengen sebanyak-banyaknya belajar tentang kehidupan, tentang semesta lewat perfilman, cinema, dan teater.

Punya keinginan jadi orang di belakang layar?

Ada. Saya ada keinginan juga di belakang layar. Tapi mungkin masih lama karena saya masih perlu banyak belajar.

Apa proyek terbaru saat ini?

Lagi syuting, ada projek film judulnya Darah Daging. Ini juga keren nih, directornya asik, Sarjono Sutrisno. Ada Tanta Ginting, Donny Alamsyah. Ada juga film action nya Timo Tjahjanto, syutingnya sudah lama tapi mungkin baru rilis tahun ini. Tapi maaf saya belum bisa cerita banyak.

Apa pertimbangan dalam menerima tawaran peran?

Saya emang milih-milih proyek, bukan karena kesombongan atau arogan, tapi saya ngerasa kalau ada nilai dalam cerita, saya akan berkembang sebagai manusia pribadi. Saya tahu limitasi saya sendiri, karena sayang kalau kita main jelek, penonton jadi kecewa kan. Sampai detik ini, sampai saat sutradara ngomong action, jantung saya deg-degan, nervous. Makanya saya bersyukur ada di industri ini. I will try my best to do the best.

Apa apresiasi tertinggi yang kamu dapat sebagai aktor?

Jujur, enam tahun pertama di industri ini saya lakukan untuk diri saya sendiri. Padahal waktu baru pulang dari Inggris dan baru dapat kartu dari Perdana Menteri Selandia Baru jadi salah satu wakil mereka di ajang teater. Tapi saya memilih memulai dari awal dengan ikutan kasting. Wah sudah sering banget ditolak kasting, sampai akhirnya dapat peran kecil dan akhirnya bisa dapet peran utama. Prosesnya panjang tapi tetap saya nikmati dan itu apresiasi yang menurut saya paling tinggi.

Bukannya saat meraih piala?

Saya nggak peduli penonton bilang jelek, saya nggak peduli awards system, itu hanya aspek material. Awarding itu buat siapa? Semuanya subjektif. Itu kalau menurut saya.

Seperti apa karir seorang Ario Bayu dalam lima tahun ke depan?

Dalam beberapa tahun, apalagi sampai lima tahun kedepan saya masih nggak tau apa yang terjadi di karir saya. Harapannya sih saya masih ingin main film, melakukan hal-hal yang saya sukai atau mungkin bisa membantu orang lain.

Sempat mundur dari dunia film yang membesarkan namanya, Ario Bayu comeback pada tahun 2016. Setelah itu sejumlah film kembali dibintanginya. Di tahun ini saja ada tiga film Ario Bayu yang sudah tayang di bioskop yaitu Buffalo Boys, 22 Menit dan Sultan Agung. Film Sultan Agung sudah dirilis mulai 23 Agustus kemarin.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading