Sukses

Informasi Umum

  • TentangUNICEF bekerja di hampir 190 negara di dunia dan wilayah untuk melindungi hak setiap anak. UNICEF ini bekerja di tempat-tempat tersulit di dunia untuk menjangkau anak-anak dan remaja yang paling kurang beruntung. Selain itu, juga untuk melindungi hak-hak setiap anak, di mana saja. Di lebih dari 190 negara dan wilayah, UNICEF melakukan apa pun untuk membantu anak-anak bertahan hidup, berkembang, dan memenuhi potensi mereka, dari masa kanak-kanak hingga remaja.

    UNICEF Indonesia

    • TentangUNICEF bersama Pemerintah Indonesia, organisasi setempat, pihak swasta dan masyarakat memiliki tujuan untuk memenuhi hak-hak dasar anak bersama. UNICEF Indonesia mengusung program dengan fokus utama mendukung bantuan teknis, penguatan kapasitas, advokasi, formulasi kebijakan dan promosi isu-isu anak di Indonesia untuk menuntaskan jutaan permasalahannya.

      Bagaimana UNICEF Bekerja?

      UNICEF bekerja dengan Perserikatan Bangsa - Bangsa dan badan-badannya untuk memastikan bahwa anak-anak ada dalam agenda global. UNICEF menemukan keseimbangan antara penelitian menyeluruh dan solusi praktis untuk anak-anak.

       

      UNICEF: 80 Juta Anak di Indonesia Terdampak Pandemi COVID-19

      Setahun pandemi COVID-19 memberi dampak luas bagi masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Data UNICEF menyebutkan 80 juta anak dan remaja di Indonesia menghadapi dampak luas terkait pandemi COVID-19.

      Masalah yang tengah dihadapi anak Indonesia kala pandemi meliputi pembelajaran, kesehatan, gizi, dan ketahanan ekonomi. Hal ini dipaparkan UNICEF dalam laporan berjudul Menuju respons dan pemulihan COVID-19 yang berfokus pada anak: Seruan aksi, pada Agustus 2021.

      “Sudah setahun lebih kita berada di tengah pandemi, dan anak serta remaja di seluruh Indonesia tengah menghadapi situasi normal baru yang menantang,” ujar UNICEF Representative Debora Comini dalam keterangan resminya, Jumat (20/8/2021).

      Tantangan yang dihadapi anak dan remaja saat ini tak boleh diabaikan begitu saja. Dibutuhkan upaya penanggulangan dan pemulihan dari COVID-19 yang lebih berfokus pada anak.

      Data yang dihimpun UNICEF mengungkapkan, pada Mei 2021, hampir 1,7 juta kasus dan 46.496 kematian telah dilaporkan. Sebanyak 12,4 persen dari kasus terkonfirmasi dan 1,3 persen dari kasus kematian adalah anak-anak.

      Pada Juni 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia termasuk paling tinggi di dunia. Kesimpulan ini berdasarkan data case fatality atau tingkat kematian pada anak akibat virus SARS-CoV-2 itu.

      "Data IDAI menunjukkan case fatality ratenya itu adalah 3 sampai 5 persen. Jadi kita ini kematian yang paling banyak di dunia," papar Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan, Senin (21/6/2021).

      Aman menjelaskan, dari total kasus positif Covid-19 nasional saat ini, 12,5 persen dikontribusikan anak usia 0 hingga 18 tahun. Ini menunjukkan, satu dari delapan kasus positif Covid-19 di Indonesia merupakan anak.

      Data Eijkman juga menunjukkan, anak-anak membentuk hampir sepertiga populasi Indonesia. Lebih dari 200 anak di bawah 18 tahun di negara ini dilaporkan meninggal karena COVID-19 pada pertengahan Oktober 2020, dengan lebih dari 10% kematian pada anak balita.

       

      Hampir Separuh Sekolah di Dunia Kesulitan Akses Fasilitas Cuci Tangan

      World Health Organization (WHO) bersama UNICEF mengungkapkan bahwa 43 persen sekolah di dunia mengalami keterbatasan terhadap akses cuci tangan dengan sabun dan air yang mendasar.

      Angka ini berdasarkan data dari WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme di tahun 2019. Namun, hal ini tetap menjadi perhatian saat ini mengingat banyak sekolah di dunia yang akan melakukan aktivitas belajar mengajar di tengah pandemi.

      "Penutupan sekolah secara global sejak permulaan pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pendidikan dan kesejahteraan anak," kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF seperti dilansir dari laman resmi WHO pada Jumat (14/8/2020).

      "Kita harus memprioritaskan pembelajaran anak. Ini berarti memastikan bahwa sekolah aman untuk dibuka kembali, termasuk dengan akses kebersihan tangan, air minum bersih, dan sanitasi yang aman."

      Dalam laporan tersebut sekitar 818 juta anak kekurangan fasilitas cuci tangan yang mendasar di sekolah mereka. Hal ini tidak hanya membuat mereka berisiko terkena COVID-19, namun juga penyakit menular lainnya.