Rindu Baca Puisi di Panggung, Maudy Koesnaedi Main di Manusia Istana

Rizky Mulyani diperbarui 19 Jan 2017, 12:35 WIB
Kerinduannya membaca puisi di atas panggung menjadi salah satu alasan Maudy terlibat di Manusia Istana ini. Terlebih ketika ia tahu akan membacakan puisi karya penyair ternama, Radhar Panca. (Adrian Putra/Bintang.com)
Pada awalnya, mantan None Jakarta ini mengakui tidak siap mental. Lantaran rindu dengan teater dan rasa ingin tahu yang tinggi akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan dapat menjalaninya dengan senang. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Pas diajak, memang kebetulan kayak ingin banget, kangen teater, puisi, hal seperti ini. Ya sudah iya saja. Tadinya nggak siap mental, ternyata seserius ini. Pas saya jalani, happy," ujarnya. (Adrian Putra/Bintang.com)
Dengan sangat antusias, Maudy mengatakan banyak pelajaran yang diambil dari pagelaran teaterikal puisi ini. Kepuasan batin Maudy pun terpenuhi dan banyak ilmu yang diserapnya. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Saya senang, hal-hal seperti ini tuh memenuhi jiwa saya, memenuhi batin. Jadi menambah ilmu, kayak kuliah pemahaman puisi bersama Radhar. Jadi mengenang lagi kuliah," aku Maudy Koesnaedi, Rabu (18/1/2017). (Adrian Putra/Bintang.com)
Menurut Maudy, teaterikal puisi Manusia Istana ini merupakan ungkapan kegelisahan dan protes Radhar Panca yang luapkan melalui puisi, dan dapat dijadikan sebagai bahan renungan untuk siapapun. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Saya bersyukur bisa terlibat. Biar bagaimana juga, apa yang ditulis mas Radhar bagus untuk direnungkan walau diciptakan untuk elite politik," tutur Maudy Koesnaedi. (Adrian Putra/Bintang.com)