Menikmati Potret Pemimpin Negara dalam Layar Lebar

Agus Purwanto diperbarui 26 Okt 2011, 00:59 WIB
Frost/NixonPolitisi dan jurnalis mempunyai love hate relationship di berbagai eranya. Di film Frost/Nixon digambarkan bagaimana wawancara antara presiden Amerika ke 36 Richard Nixon (Frank Langella) dengan jurnalis televisi asal Inggris, David Frost. Pasca kasus Watergate yang menimpanya, Nixon butuh waktu lebih kurang tiga tahun untuk kembali tampil ke hadapan publik dan bersedia diwawancara di media. Ron Howard sang sutradara dinominasikan sebagai Best Director di Academy Awards 2009 dan akting Langella mendapat pujian meskipun tidak menembus angka box office melebihi bujetnya senilai $25 juta.
DickKalau Frost/Nixon menggambarkan bagaimana Nixon menghadapi sorotan publik pasca kasus Watergate, film ini justru membuka sisi komedi sang presiden yang akrab dipanggil Dick dengan dua gadis remaja yang diperankan Michelle Williams dan Kirsten Dunst. Film yang beredar tahun 1999 ini seperti mencoba membuat parodi atas terkuaknya kasus Watergate dan menunjukkan bagaimana kecintaan rakyat pada presidennya bisa berubah drastis dan rasa hormat itu berubah jadi benci. Sounds familiar?
InvictusSebagai presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela tidak hanya bisa mempertahankan situasi damai pasca konflik apartheid tetapi juga stabilitas olahraga di Piala Dunia Rugby tahun 1995 silam. Dengan sederet aktor kawakan seperti Morgan Freeman, Matt Damon dan sutradara Clint Eastwood, film ini berhasil masuk ke dalam nominasi Academy Awards tahun 2010. Invictus diangkat dari buku Playing The Enemy: Nelson Mandela and The Game That Changed A Nation karya John Carlin & memasukan potongan puisi Inggris terkenal yang berdampak besar pada sang presiden secara pribadi.
The Last EmperorBerakhirnya era dinasti China diangkat lewat film The Last Emperor yang sukses menyapu bersih Academy Awards tahun 1987. Sutradara Bertolucci mengangkat kisah kaisar Puyi yang diberikan tahta sebagai kaisar saat berusia dua tahun&tumbuh besar di dalam Forbidden City tanpa tahu bagaimana kehidupan di luar tembok istana saat revolusi bergejolak. Usaha mengangkat kisah ini bukan hal mudah bagi Bertolucci, ia membuat dua proposal yang akhirnya disetujui oleh pemerintah Cina. Di saat pebuatan film ini, ia juga harus berbagi izin dengan Queen Elizabeth II yang berkunjung ke Beijing. Akhirnya semua terbayar saat film ini bertahan di box office selama dua belas minggu! 
Obama Anak MentengSejauh ini belum ada film Indonesia yang berusaha mengangkat profil presidennya secara utuh, namun sutradara Damien Demarta lebih tertantang membuat film tentang presiden Amerika Serikat yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Menteng, Jakarta. Lahirlah film Obama Anak Menteng yang lebih banyak bercerita tentang kehidupan Obama di awal tahun 70-an. Tokoh Obama diperankan oleh seorang aktor yang baru pertama kali berakting, Hasan Farouq Ali. Film ini sebelumnya diangkat dari novel yang ditulis oleh sutradaranya sendiri dan dibuat atas riset wawancara pada 30 orang yang diselesaikan selama empat hari saja! 
Vantage PointTidak semua film yang berusaha mengangkat kehidupan seorang pemimpin negara bisa diterima oleh pecinta sinema. Vantage Point memang tidak menampilkan kisah heroik seorang presiden tetapi bagaimana eksistensi seorang presiden begitu mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Perjalanan pengawal presiden Henry Ashton, seorang teroris, sampai rakyat sipil mencoba digambarkan lewat delapan sudut pandang oleh Dennis Quaid, Forest Whitaker dan Sigourney Weaver. Film yang harusnya bisa lebih dalam mengulik kehidupan pengawal presiden lengkap dengan segala kode rahasianya dianggap terlalu banyak bermain-main dalam delapan sudut pandang yang mengulang adegan 25 menit selama delapan kali!